Menjajal Surga Belanja di Beijing

Wangfujing
Sumber :
  • Viva.co.id/Anisa W

VIVA – Negara China, memang memiliki daya tarik tersendiri. Sebagai salah satu destinasi wisata populer di dunia, negara tersebut memang memikat wisatawan untuk berlibur. China Tourism Board mencatat bahwa 4,4 juta turis mancanegara datang setiap tahunnya.

Begitu banyak tempat wisata yang sarat sejarah ada di negara berjuluk Negeri Tirai Bambu ini. Salah satu kota yang paling diminati untuk disambangi turis adalah Beijing. Banyak hal yang bisa ditemui di kota ini. Misalnya saja, Forbidden City, situs peninggalan dunia oleh UNESCO tahun 1987 ini adalah rumah raja yang penuh sejarah kelam.

Lalu di Beijing, Anda juga bisa mengunjungi Great Wall (Tembok Besar China) yang termasyur dan menjadi salah satu dari tujuh keajaiban dunia.

Sama halnya dengan sejumlah kota di dunia yang memiliki lokasi belanja, Beijing pun mempunyai tempat untuk menyalurkan hobi bagi para 'penggila' belanja, guna memuaskan kegemaran berbelanja. 

Yang terkenal, sebut saja Wangfujing, Xidan, Silk Street, Ya Show, Yue Show, Tian Yi, atau Hong Qiao, dan belum lagi tempat-tempat belanja lain yang jumlahnya mencapai ratusan di kota Beijing.

Beberapa waktu lalu, VIVA berkesempatan mengunjungi Beijing, dan beberapa tempat dan pusat perbelanjaan yang digadang-gadang menjadi surga belanja di provinsi tersebut.

Dari sekian banyak area perbelanjaan, VIVA memilih enam lokasi belanja cukup dikenal dan direkomendasikan para agen perjalanan atau warga Beijing kepada para tamu.

Jika Anda berencana berlibur ke Beijing dalam waktu dekat, berikut ini enam destinasi belanja di beijing yang wajib Anda sambangi.

1. Solana

Malam pertama di Beijing, VIVA menyempatkan untuk mengunjungi Solana, yaitu salah satu shopping mall yang termasyur di Beijing. 

Terletak di Taman Chaoyang Road Beijing, mal ini cukup popule,r karena hampir semua brand ternama dunia ada di sini. Sebut saja, H&M, Zara, Bershka, Gucci, LViton, Armani hingga brand sport ternama seperti Nike, Adidas, Puma, hingga Vans.

Alasan pajak, produk yang dijual di China, memang lebih murah dibanding produk yang dijual di Indonesia. Selain itu, ada banyak seri yang tak dijual di Indonesia.

"Selisihnya bisa Rp500 ribu sampai Rp1 juta lho," ujar Fenny, salah satu wisatawan Indonesia yang ditanyai VIVA beberapa waktu lalu.

Selain surga belanja produk-produk bermerek, pengunjung juga dimanjakan dengan sajian kuliner unik dari kafe dan resto yang bertebaran di sana.

Terlebih lagi, arsitektur bergaya Eropa berkonsep open space dengan hiasan lampu warna warni di pojok-pojok area belanja, juga kerap bikin konsumen betah. Jika mampir ke Solena, sempatkan nongkrong di pinggir danau atau kolam air mancur ya. Dijamin betah.

2. Great Wall, Muntianyu

Tidak lengkap rasanya ke China, jika belum ke Tembok Besar. Ada lima gerbang masuk ke tembok sepanjang 21 ribu kilometer yang membentang di 15 provinsi ini.

Gerbang terdekat dari Beijing, adalah di wilayah Mutianyu di sebelah Timur laut Beijing. Menurut pemandu kami, ini adalah gerbang yang paling sepi pengunjung dibanding gerbang lainnya. Salah satunya yang paling favorit adalah gerbang Badaling di Barat Laut Beijing.

Hanya butuh waktu dua jam untuk sampai ke Mutianyu dari pusat kota Beijing. Setengah jam sebelum tiba di Mutianyu, pengunjung akan disajikan pemandangan pedesaan China yang tenang. Kebetulan VIVA berkunjung di saat sedang musim semi, sehingga kondisi cuaca cerah dan hangat. Di kanan kiri, ada warga desa menjajakan buah-buahan.

Jika berpikir Great Wall hanya wisata sejarah, Anda salah besar. Ternyata, di area wisata banyak restoran dan kafe halal, jadi tidak perlu khawatir kelaparan. 

Yang hobi belanja, Anda bisa menyalurkan hasrat Anda di sini. Sepanjang jalan menuju pintu masuk toko-toko souvenir, toko pakaian yang berderet. Bahkan, Anda juga bisa menemukan toko topi, toko sepatu, hingga perabotan pecah belah di sini. Namun, Anda harus pandai-pandai menawar harga, karena di sini lebih mahal ketimbang di tempat lain.

Memasuki kawasan ini, pengunjung hanya perlu membayar 120 RMB, atau sekitar Rp240 ribu untuk tiket naik kursi gantung, sekaligus turun dengan wahana seluncuran dari atas bukit. 

3. Wangfujing

Surga belanja lainnya adalah Wangfujing. Terletak di tengah kota dan lokasinya tidak terlalu jauh dari Lapangan Tiananmen, area ini merupakan pusat belanja favorit tidak saja bagi wisatawan asing dan domestik tapi juga warga kota Beijing sendiri. 

Di lokasi itu, pemerintah setempat menyediakan jalan khusus bagi para pejalan kaki untuk menikmati jalan-jalan yang penuh deretan toko di kiri-kanan sepanjang sekitar 1,5 kilometer. Wisatawan bisa melihat, memilih dan membeli berbagai barang khas China di tempat tersebut. 

Barang-barang yang tersedia mulai dari pernak-pernik, pakaian, tekstil, mainan anak-anak, alat-alat elektronik, hingga makanan dan minuman khas China. 

Harga barang yang dijual juga tidak terlalu mahal, umumnya sudah dipatok dan diberi label-label (misalnya 100 yuan untuk tujuh Keping tempelan kulkas). Kalau pun mahal, umumnya masih bisa ditawar walau tidak bisa turun jauh. 

Untuk datang ke Wangfujing, Anda bisa menggunakan taksi dan hampir semua supir taksi di Beijing, mengetahuinya. Namun, untuk menghemat ongkos, wisatawan bisa juga sampai ke lokasi itu dengan menggunakan kereta bawah tanah (subway) dengan membayar dua yuan atau sekitar Rp2.600 per orang dan turun di stasiun Wangfujing, yang lokasinya tepat di depan pusat belanja itu. 

4. Xidan

Sekitar lima kilometer arah barat Wangfujing, juga terdapat lokasi belanja Xidan, yang juga banyak didatangi wisatawan maupun masyarakat Beijing. Walaupun Xidan tidak sepopuler Wangfujing, tetapi di lokasi belanja itu wisatawan akan banyak juga menemukan berbagai barang yang bisa dijadikan oleh-oleh atau untuk dipergunakan sendiri. 

Di Xidan, juga terdapat ratusan toko-toko yang lebih kecil atau kios tidak seperti di Wangfujing yang tokonya umumnya lebih besar. 

Bedanya dengan Wangfujing, untuk berbelanja di Xidan, Anda akan dihadapkan pada kondisi belanja yang berdesakkan, demi memperoleh barang dengan harga murah tapi kualitasnya cukup baik. 

5. Silk Street

Di Beijing, juga ada pilihan untuk wisatawan yang lebih suka berbelanja dalam satu gedung (one stop shopping) yang beratap sehingga wisatawan tidak akan kepanasan atau kehujanan. Tempat itu adalah Silk Street yang terletak di wilayah Yong`anli. 

Terdapat gedung berlantai enam di tempat itu yang bisa memanjakan wisatawan untuk memilih barang yang diinginkan dalam satu gedung, sehingga memudahkan calon pembeli untuk mencari barang. 

Di lantai satu dan dua misalnya, khusus menyediakan pakaian, baju, jaket, dan celana dengan berbagai motif dan mode. Sementara itu, di lantai tiga tersedia kain dan pakaian sutera dengan berbagai warna, bahan, dan corak sesuai selera, Pada lantai empat dan lima, tersedia perhiasan batu-batu mulia, seperti giok dan emas. Sedangkan di lantai enam, tersedia restoran dengan berbagai menu makanan dan minuman. 

Pembeli yang tidak bisa berbahasa China, tidak perlu khawatir bakal mengalami kesulitan berkomunikasi dengan pedagang, karena mayoritas penjual di Silk Street bisa bahasa Inggris. 

6. Ya Show

Pusat belanja lain yang tak kalah populer adalah Ya Show yang letaknya di daerah Sanlitun, suatu daerah yang berdekatan dengan tempat tinggal atau kantor sejumlah kedutaan besar atau korps diplomatik. 

Sama halnya dengan di Silk Street, di Ya Show gedungnya setiap lantai juga telah di tata untuk memudahkan wisatawan agar tidak perlu pusing mencari barang yang diinginkan. 

Para penjual di Ya Show, umumnya juga bisa berbahasa Inggris dan bahasa asing lainnya. Bahkan, beberapa di antaranya ada yang bisa bahasa Indonesia atau Melayu, karena memang lokasi itu merupakan tempat favorit belanja bagi wisatawan asal Indonesia dan Malaysia.

Banyaknya tempat belanja sejenis yang bertebaran di Beijing, membuat wisatawan memiliki banyak pilihan banyaknya tempat belanja yang tumbuh di Beijing. 

Penting diperhatikan saat belanja di Beijing

Meski banyak pilihan berbelanja, namun yang sering menjadi kendala adalah bahasa. Para pedagang di China, memang rata-rata berbahasa Mandarin. Tetapi, banyak juga yang bisa berbahasa Inggris dan Indonesia. Jadi, tidak perlu takut belanja cuma karena kendala bahasa.

Kalkulator dan 'bahasa tarzan' adalah bahasa sah yang dapat digunakan, jika kita belanja di negeri yang tidak banyak bisa berbicara dalam bahasa Inggris.

Selain kalkulator, yang harus diwaspadai adalah beredarnya uang palsu. Pengalaman yang saya alami sendiri menukarkan Rupiah dengan Yuan di salah satu money changer di Jakarta Selatan, ternyata 'tidak laku', saat saya gunakan untuk berbelanja. Pemilik toko dengan bahasa lokal, dengan seadanya berusaha menjelaskan bahwa uang yang saya bawa palsu.

Karenanya, pastikan money changer yang Anda tukarkan tersebut, termasuk ke dalam Authorized Money Changer atau money changer berizin. Hal ini sangat penting, karena dapat mengurangi risiko pembohongan atau mendapatkan uang rusak bahkan palsu. 

Selain itu, jika Anda terlanjur mendapatkan uang palsu, sebaiknya langsung disimpan kembali, jangan coba-coba membelanjakannya lagi. Karena, biasanya pemilik toko yang mendapati uang palsu di China, langsung dengan spontan menyobeknya. Dengan menyimpannya, besar kemungkinan Anda bisa menukarnya kembali di Money Changer tempat Anda pertama kali menukarkannya. Seperti yang saya lakukan.

Tak hanya uang palsu, Anda juga harus menggetahui bahwa ada dua versi mata uang di China, yaitu seri 2005 dan 2015. Meski memiliki bentuk yang hampir sama, namun keduanya memiliki perbedaan.

Tips menawar saat berbelanja di Beijing

Karena pedagang di sana pasang harga gila-gilaan, maka sebaiknya Anda juga harus menawar gila-gilaan. Pedagang di Beijing, memang banyak jenisnya. Walau rata-rata bertampang 'jutek' dan mudah marah, namun jangan patah semangat untuk menawar.

Para pedagang di Silk Street dan Ya Show misalnya, umumnya mereka akan memberikan harga yang sangat tinggi apabila yang datang calon pembeli adalah orang asing dan terkesan baru datang ke Beijing, atau belum mengetahui pasaran harga. 

Pedagang umumnya akan menawarkan harga gila-gilaan hingga dua kali lipat atau bahkan tiga kali lipat dari harga yang sesungguhnya.

Sejumlah warga asing yang sudah lama tinggal di Beijing, dan berpengalaman belanja di pusat belanja, bahkan menyarankan pada calon pembeli untuk berani menawar dengan harga seperempat dari harga yang ditawarkan.

Biasanya penjual akan marah-marah, karena pembeli menawar dengan harga yang menurut mereka tidak masuk akal. Namun, itu adalah kesempatan bagi pembeli akan tarik ulur menaikkan penawaran harga dan paling tinggi menaikkan hingga setengahnya. 

Penjual biasanya, tidak akan berani melepas si calon pembeli untuk tidak membeli di tokonya. Apalagi, jika pada musim sepi di saat pembeli tidak banyak dan toko yang menjual produk serupa juga terdapat banyak di sekitarnya. 

Karena itu, ada baiknya memang bagi wisatawan yang baru pertama kali datang ke Beijing dan ingin belanja, tetapi belum tahu seluk-beluk belanja, hendaknya ditemani orang lain yang sudah lama tinggal di Beijing, misalnya teman atau kerabatnya. (asp)