Bangkitnya Dunia Balap Tanah Air

Ketua Ikatan Motor Indonesia (IMI), Sadikin Aksa
Sumber :
  • VIVA/Purna Karyanto

VIVA – Indonesia akan menjadi tuan rumah MotoGP pada 2021 di Sirkuit Mandalika, Nusa Tenggara Barat (NTB). Event balap motor paling bergengsi di dunia tersebut tentu sangat dinanti, mengingat Indonesia menjadi salah satu negara dengan fans MotoGP terbesar. Event ini juga menjadi simbol bangkitnya industri balap di tanah air.

Sebelumnya Indonesia juga telah sukses menggelar beberapa event balap bertaraf internasional. Tentu masih segar dalam ingatan, saat Indonesia juga sukses menggelar balap motocross tingkat dunia MXGP di Semarang, tahun 2018 lalu.

Tak hanya itu, bangkitnya industri balap di tanah air juga ditandai dengan hadirnya beberapa event tingkat nasional. Yang paling gres hadirnya Kejurnas Indonesia Motorprix Championship (Oneprix) yang dihelat PT Oneprix Motorsport Manajemen bersama Ikatan Motor Indonesia (IMI).

Sinyal kebangkitan dunia balap tanah air semakin lengkap dengan akan hadirnya balapan digital yang kini tengah dipersiapkan IMI. Bahkan Indonesia lewat IMI sebagai regulator telah melahirkan komisi balapan digital.

Kembali bergairahnya dunia balap di tanah air ini tentu tak lepas dari peran berbagai pihak. Salah satunya IMI yang memang punya tanggung jawab besar sebagai regulator dunia balap tanah air. Nah, apa saja langkah-langkah yang dilakukan IMI guna mendorong industri balap tanah air? Berikut petikan wawancara VIVA dengan Ketua Umum IMI, Sadikin Aksa.

Bisa ceritakan langkah IMI di bawah kepemimpinan Anda dalam mendorong industri balap tanah air

Saat saya menjabat sebagai wakil ketua IMI pada 2011, saya ditugaskan ketua IMI saat itu (Nanan Soekarna) untuk aktif datang ke konferensi dan kongres di luar negeri. Dari situ saya berpikir, ternyata apa yang kita jalanin  di Indonesia itu masih terlalu kecil dan tertinggal. Karena itu cara pandang harus kita ubah. Balapan itu industri bukan hanya sekedar balapan.

Bisa jelaskan industri balap yang Anda maksud?

Begini, di luar itu balapan sudah menjadi industri bukan hanya olahraga. Jadi mereka benar-benar berusaha untuk menjadikan tontonan menarik, lalu bagaimana pembalap itu sebagai sebuah profesi menghasilkan uang, bukan sekedar hobi. Gampangnya, jadi nanti pembalap tak lagi perlu sibuk cari sumbangan atau sponsor tapi justru brand ramai-ramai melakukan investasi.Nah, tinggal bagaimana cara menarik brand tentu dengan tontonan yang menarik dan semua aspek dipertimbangkan. 

Lalu langkah apa lagi yang Anda lakukan?

Setelah melihat masih ada yang salah, saya mencoba berdiskusi dengan teman dan ternyata mereka punya pikiran sama. Ada yang salah. Pertama kami benahi organisasinya dulu (IMI). Anggaran dasar kita sesuaikan dengan zaman tentunya. Itu juga yang saya dapat dari luar. Begini, kami tahun lalu Munaslub dan Rakernas itu paling cepat dari seluruh organisasi yang pernah ada. Munaslub kita hanya 20 menit. Kalau yang lain bisa lama bahkan ada lempar-lemparan. Rakernas tidak sampai sejam. Kalau mau rebut ya di rapat koordinasi teknis (rakernis) dan pokja. Ini yang saya bentuk dalam organisasi di bawah kepemimpinan.

Ketua Umum IMI Sadikin Aksa dapat penghargaan FIM

Lalu?

Itu dari organisasi ya. Satu lagi bagian IMI orang banyak tidak tahu yakni IMI Mobilitas. Ini pekerjaan besar IMI yang selama ini tak pernah disadari. Jadi mobilitas di sini itu bukan hanya wisata lewat touring, tapi juga ada kampanye keselamatan berkendara.

Nah, sekarang ada tugas baru yaitu membantu mengembangkan smart city. Jadi ternyata dari 28 item smart city yang dikeluarkan PBB, 18 itu ditugaskan pada FIA (Federasi Otomotif Internasional) atau IMI di Indonesia. Dan dua tahun terakhir IMI mobilitas ini bisa berkembang. Contohnya, nanti kalau ada touring ke luar negeri yang keluarin paspor IMI. Jadi jangan hanya mikir IMI itu balapan saja.

Bicara touring ke luar negeri, apakah wacana SIM internasional dikeluarkan IMI Anda setuju?

SIM Internasioal ini kalau kita mau tahu, mulai 2014 memang dipindahan ke Kepolisian. Asalnya dulu diserahkan ke IMI karena dulu IMI memang bagian dari Korlantas dan Perhubungan. Tapi kami selama ini telah berkomunikasi dengan Kepolisian dan rencananya nanti kami jadi agen untuk mengurus sim internasional. Jadi kami ikuti undang-undang tidak masalah di pemerintah.

Bagaimana cara IMI menjelaskan tugasnya sebagai regulator, soalnya banyak masyarakat yang masih menganggap IMI penyelenggara balapan?

Jadi kami sekarang ini banyak mengembangkan promotor-promotor untuk balapan motor dan mobil karena itu cara paling efektif. Lewat itu kami bisa menegaskan bahwa fokus kami pada regulasi. IMI hanya mengawasi para event digelar sesuai dengan regulasi. Alhamdulillah, dua tahun terakhir ini banyak promotor bermunculan, salah satunya PT Oneprix Motorprix Manajemen itu.

Berbicara regulasi yang dikeluarkan IMI, apakah perlu mengalami perubahan dari tahun ke tahun?

Oh tentu. Harus disesuaikan dengan perkembangan. Contohnya, di balapan motor dulu kan regulasi dibuat untuk kelas 110cc. Sekarang jarang motor 110cc. Muncul kelas 125cc bahkan kebanyakan 150cc. Tentu dengan motor semakin kencang dari tahun ke tahun harus dibarengi dengan regulasi yang sesuai untuk keamanannya. Contohnya di Oneprix, karena ada kelas 150cc maka kami minta sirkuit juga harus diubah untuk keamanannya. Kita harus antisipasi berbagai kemungkinan.

Ada sanksi tidak untuk pelanggaran?

Oh pasti dan banyak. Bahkan tak hanya promotor, personel atau pembalap juga kami beri sanksi jika memang terbukti menyalahi aturan. Banyak kok kasusnya.

Saat awal menjabat, salah satu fokus Anda adalah menjadikan IMI berbasis aplikasi online, bagaimana saat ini?

Kita sudah jalan tapi memang ada beberapa kendala. Mulai pendaftaran lewat online, semua serba online. Bahkan nantinya pun pengawasan kami berbasis online. Tim IT kita sudah mempersiapkan semuanya. Lima tahun lalu saya sempat bingung untuk IT kok anggaran besar dan ternyata sekarang saya sadar memang kompleks dan perlu anggaran besar.

Terkait dengan salah satu tugas IMI untuk membantu menekan angka kecelakaan lalu lintas?

Untuk hal itu, kita juga kumpulkan masukan dari luar selama saya ikut konferensi atau diskusi. Nah, saat ini kami terus memilih cara yang cocok untuk memberikan kesadaran ke masyarakat. Karena memang berbeda-beda untuk tiap negara sebab berkendara di luar negeri juga beda dengan Indonesia.

Bisa jelaskan fokus IMI terkait wisata motor?

Ini yang perlu digarisbawahi. Setiap kejuaraan dunia baik balap mobil atau motor point pentingnya tidak boleh olahraga, harus tourism. Karena apa? Kejuaraan balap dunia itu atletnya sudah profesional tidak ada yang masih pembinaan. Gaji mereka juga besar bahkan mungkin lebih  besar dari presiden kita. Buktinya ada pembalap F1 yang punya jet pribadi.

Jadi itu juga jadi patokan kami di IMI. Jadi kalau ada yang mengajukan menggelar event harus berdasarkan tourism. Kalau masih hanya sekedar olahraga kami tidak dukung. Contoh oneprix dengan tvOne, kalau berhasil nanti pasti banyak provinsi yang minta. Itu yang harus kita ubah mindsetnya.

Apa harapan dan barometer keberhasilan selama memimpin IMI?

Bagaimana menjadikan event olahraga motor sebagai industri tentunya. Simplenya gini, saya ingin balap otomotif juga seperti sepakbola yang telah menjadi industri. Nah, nantinya orang justru tak ingin menjadi pengurus IMI tapi justru jadi promotor. Tapi tentu saya harus benahi dulu dari sisi regulasi. Nah, kalau nanti banyak bermunculan promotor tentu itu menjadi bukti saya telah berhasil.

Selain di IMI, Anda juga punya klub sepakbola dan perusahaan, sebenarnya passionnya dimana?

Kalau disuruh milih harus melihat dari sudut pandang mana dulu. Kalau untuk bisnis, saya pilih jadi promotor. Kalau berpikir orang lain, tentu perusahaan karena karyawan saya banyak. Tapi yang jelas, kalau semua sudah berjalan baik saya sebenarnya lebih tertarik menjadi promotor. Tapi catatannya, kalau di Indonesia sudah ada promotor yang sukses saya tidak akan turun. Saya sudah senang jika ada promotor yang sukses karena saya.

Apa sebenarnya yang membuat orang sungkan jadi promotor?

Karena tidak tahu bisnisnya, tidak ngerti ini industri. Pola pandang balapan masih event olahraga saja. Pernah ada yang datang ke saya ngadu rugi dan minta sumbangan. Saya saat itu mikir pasti ada yang salah dan bilang kalau rugi kenapa diadakan. Seharusnya event ini kan jadi ajang promosi. Itu barunya namanya berhasil. Kalau kita sumbang jadi salah malah.

Kembali ke Oneprix, sebenarnya ada regulasi yang khusus tidak?

Oneprix ini kita buat sebagai top of the top balap motor bebek di Indonesia. Jadi juara-juara di setiap wilayah akan bertanding di sini. Gampangnya seperti di bola ada divisinya. Juara di tiap wilayah naik ke Oneprix. Tahun berikutnya bisa naik, yang terbawah turun. Juara region bakal naik. Atasnya ada kejuaraan asia dan dunia tentunya.

Balapan motor di Surabaya

Apa tantangan Oneprix nantinya?

Tantangannya tentu membuat event ini jadi tontonan yang menarik, bukan balapan yang seru.Tontonan menarik bisa menjadi balapan yang seru. Balapan yang seru belum tentu bisa jadi tontoan menarik karena bisa saja kita bikin seru dengan regulasinya. Intinya balapan harus memadukan banyak aspek (multievent).

Bagaimana tanggapan Anda terkait banyak komunitas motor yang lepas kontrol?

Harus kita cari tahu, genk motor ini motifnya apa? Biasanya kan sosial ekonomi, tidak kerja. Belum tentu mereka suka balap atau wisata motor. Waktu saya terpilih sebagai ketua, bersama Pak Tito pernah panggil mereka genk-genk motor, ya kalau yang suka balapan kami berikan wadahnya. Kalau yang tidak yang treatment-nya berbeda-beda. Intinya, kalau yang berlatar kondisi sosial ekonomi, IMI tidak bisa sendiri. Ini tugas bersama.

Soal wacana motor gede (moge) bisa lewat tol?

Moge itu kan cc-nya memang gede dan kalau dibawa di jalan macet sangat tidak enak. Bahkan bisa membahayakan tak hanya dirinya sendiri tapi pengguna jalan yang lain. Tapi terkait wacana boleh lewat tol tetap harus banyak yang dipikirkan. Mungkin bisa saja tapi dipisah seperti di Bali.

Kalau secara saya pribadi, mungkin harus ditentuin dulu cc-nya yang bisa lewat tol dan kalau ramai konvoi juga harus dikawal. Harapannya dengan kemudahan itu juga akan mendongkrak sektor wisata touring terutama di daerah-daerah yang kini tengah dikembangkan jalan tol.

Terakhir, langkah apa yang Anda anggap menarik dilakukan IMI saat ini?

Kita saat ini tengah mengembangkan digital motorsport atau di luar dikenal dengan e-sport. Tapi kalau e itu kan identik dengan balap mobil listrik. Jadi kita pakai istilah digital motorsport. Kita salah negara yang punya komisi digital motorsport dan punya kejuaraan digital motorsport.

Perlu diketahui, digital motorsport itu ada dua, online dan offline. Kita sudah mulai offline, dan jumlah peserta lebih dari 1.500. Padahal itu baru prakejurnas. Nanti ke depannya, akan ada seri-serinya. Selain itu, karena bikin sirkuit beneran susah dan perlu banyak dana tentu untuk tahap awal kita bikin sirkuit digitial dulu. Ada nanti di Surabaya dan mungkin Sirkuit Palembang akan digital dulu. (mus)