Di Balik Pesan Jokowi dari Markas Kopassus

Presiden Joko Widodo saat sidak di Markas Kops Baret Merah Kopassus di Cijantung
Sumber :
  • VIVA/Agus Rahmat

VIVA.co.id – Pekan ini, tidak biasanya Presiden Joko Widodo sibuk mengunjungi markas-markas militer dan kepolisian. Dalam beberapa hari terakhir, Jokowi memimpin upacara di depan para prajurit sambil bertegur sapa dengan mereka.

Ini sama sibuknya dengan kunjungan dia sekaligus berdialog dengan para ulama berpengaruh di Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, serta pengasuh Pondok Pesantren. Jokowi pun sampai membatalkan kunjungan kenegaraan ke Australia demi bertemu dengan para ulama dan aparat keamanan.

Sebagai kepala negara dan panglima tertinggi angkatan bersenjata di negeri ini, Jokowi sah-sah saja menemui mereka sewaktu-waktu. Namun, jadwal Jokowi bertemu dengan para aparat keamanan dan ulama secara berturutan mengundang sederet pertanyaan sekaligus sorotan dari berbagai kalangan – baik media massa, politisi, hingga masyarakat.

Benarkah pertemuan-pertemuan itu terkait dengan perkembangan yang terjadi pasca Aksi Demonstrasi Damai 4 November yang berbuntut dengan kericuhan? Benarkah konsolidasi Jokowi dengan pihak keamanan dan ulama belakangan ini terkait dengan kecurigaannya bahwa ada aktor-aktor politik yang menggerakkan kericuhan pasca demo 4 November lalu? Apakah Jokowi patut “siaga satu” dalam menanggapi perkembangan saat ini?

Walaupun dikenal tegas, Jokowi bukanlah pemimpin yang bertipe “frontal”. Dia secara normatif telah menyatakan bahwa apa yang dilakukan belakangan ini sekadar merekatkan kembali soliditas dan hubungan yang harmonis dengan pihak keamanan serta elemen masyarakat demi memperkuat “komitmen menegakkan Negara Kesatuan Republik Indonesia” sambil memastikan “penegakan hukum tetap berjalan.” Namun manuver Jokowi ini sudah mengundang tanggapan dan tafsiran yang beragam dari berbagai pihak, terutama dari politisi lawannya. 

Namun, tentunya, Jokowi sudah mendapat komitmen kuat dari aparat keamanan. Seperti yang terdengar saat “Salam Komando” menggema pada Kamis pagi, 10 November 2016, di Lapangan Markas Komando Khusus (Kopassus) di kawasan Cijantung, Jakarta Timur. Pagi itu, bertepatan dengan peringatan Hari Pahlawan, markas Korps Baret Merah kedatangan tamu istimewa, yaitu Presiden Jokowi.

Dia secara khusus memberikan arahan sekaligus melakukan inspeksi mendadak pasukan elit TNI Angkatan Darat ini. Presiden mendatangi pasukan dan menyalami satu persatu prajurit Kopassus yang mengikuti apel militer pagi itu. 'Komando' begitu teriak prajurit saat menerima salam dari panglima tertinggi di militer RI.

Dalam amanatnya, Presiden Jokowi yang didampingi Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo dan Kepala Staf TNI AD Jenderal Moelyono, bangga bahwa prajurit TNI siap ditugaskan di mana pun, dan tak gentar dengan dalam membela NKRI.

Pada kesempatan itu, Presiden memerintahkan prajurit Kopassus agar menempatkan diri sebagai perekat kemajemukan dan menjaga persatuan Indonesia.

"Prajurit TNI di mana pun berada harus mengutamakan kepentingan bangsa di atas kepentingan pribadi dan golongan untuk kejayaan Indonesia. Berdiri tegak di atas semua golongan, mengatasi kepentingan pribadi atau kelompok untuk kemajuan Indonesia," kata Jokowi di Markas Korps Kopassus, Kamis, 10 November 2016.

Kehadiran tiba-tiba Jokowi ke markas TNI bukan kali ini saja. Sebelum ini, Jokowi menemui 2.185 prajurit TNI AD, AL dan AU di Lapangan Apel Markas Besar Angkatan Darat (Mabesad), Jalan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Senin, 7 November 2016. Pasukan yang ditemui Jokowi itu adalah pasukan yang mengawal pengamanan aksi damai 4 November lalu.

Jokowi tidak saja menyambangi markas tentara. Dia pun Jumat ini dijadwalkan menyambangi Markas Brigade Mobil Kepolisian di Kelapa Dua Depok serta Markas Korps Marinir di Cilandak, Jakarta Selatan.

Dengan mengunjungi markas-markas militer dan kepolisian itu, Jokowi menegaskan bahwa soliditas TNI dan Polri akan dapat mempersatukan ras, suku dan agama yang berbeda-beda di Indonesia, sehingga dapat mewujudkan cita-cita kemerdekaan bangsa Indonesia.

"Soliditas TNI dan Polri  yang telah ditunjukkan  di lapangan pada saat pengamanan aksi damai,  tanggal 4 November 2016 agar terus dijaga di semua tingkatan, dan selalu bersinergi dalam menjalankan tugas negara," terang Jokowi.

Sehari setelahnya, giliran Jokowi memberikan arahan kepada seluruh Kapolda, perwira tinggi Polri dan pemimpin pengamanan aksi 4 November di PTIK, Jakarta, Selasa, 8 November 2016. Jokowi menegaskan, Polri sebagai institusi besar, tidak boleh takut, apalagi kalah dengan tekanan dari pihak manapun.

"Tidak boleh institusi sebesar Polri ragu, kalah apalagi, terhadap kelompok-kelompok kecil, terhadap organisasi-organisasi apa pun, tokoh-tokoh siapa pun. Karena, dengan penegakan hukum yang tegas itulah negara ini akan kuat," ujar Jokowi.

Menggerakkan Kopassus

Di Markas Kopassus, Jokowi disambut hangat dengan yel-yel penyemangat prajurit Komando. Jokowi yang mengenakan setelah jas berdasi berdiri berbaur di tengah-tengah pasukan. Para prajurit elit langsung menyambut kehadiran Jokowi yang didampingi Panglima TNI dengan lagu yel-yel Kopassus berjudul "Kami Si Raja Hutan".

Mendengar riuh yel-yel "Kami Si Raja Hutan", Jokowi yang semula hanya berdiri menyaksikannya sambil tersenyum, ternyata ikut larut dalam keriuhan prajurit Komando. Presiden Jokowi ikut menghentakkan kaki sambil mengepalkan tangan.
 
Di tengah-tengah prajurit Komando, Presiden Jokowi kembali mengingatkan  fungsi pasukan Kopassus. Jokowi menegaskan, dia bisa sewaktu-waktu menurunkan pasukan Kopassus untuk misi-misi khusus.

"Yang dalam keadaan emergency, dalam keadaan darurat inilah pasukan cadangan yang bisa saya gerakkan sebagai Panglima tertinggi lewat Pangab lewat Panglima TNI untuk keperluan-keperluan khusus," kata Presiden Jokowi di Cijantung, Jakarta.

Mantan Gubernur DKI Jakarta itu memastikan, untuk situasi sekarang ini belum pada situasi yang bisa disebut darurat. Jokowi sempat terdiam beberapa detik, kemudian melanjutkan penjelasannya. "Kalau tadi kan ada kalaunya (emergency bisa diturunkan)," ujar Jokowi menegaskan.

Sebelum itu, Jokowi diperkenalkan alat utama sistem persenjataan (alutsista) yang biasa digunakan prajurit Kopassus. Mayor Inf Romadhoni dari prajurit Kopassus kemudian mendampingi Presiden Jokowi untuk menjelaskan jenis-jenis persenjataan Kopassus berikut fungsinya.

Jokowi ditunjukkan alat persenjataan yang digunakan prajurit Kopassus mulai dari senjata, alat penerjun, penyelam, penjinak bahan peledak, hingga tim satwa. Mayor Romadhoni juga menunjukkan alat yang digunakan untuk pengintaian dan drone dari Detasemen Bantuan Kopassus.

Mayor Romadhoni juga menunjukkan kepada Jokowi jenis-jenis senjata api yang digunakan prajurit Kopassus. Antara lain, senjata jenis pistol G2 Pindad, senapan serbu jenis SS2 Varian 1 dan senapan runduk atau senapan yang digunakan untuk penembak jitu (sniper) jenis AX50 dengan peluru berkaliber 12,7 milimeter yang dilengkapi teropong dan penyelaras malam.

'Show of Force'

Anggota Komisi I DPR RI dari Fraksi PKS Sukamta tak pungkiri konsolidasi Jokowi ke pasukan TNI dan Polri bisa dibaca sebagai upaya 'show force' usai aksi demo 4 November 2016 lalu. Presiden sebagai panglima tertinggi ingin menunjukkan kekuatan militernya dan punya kewenangan untuk menggerakkan pasukan elit TNI dalam situasi darurat.

Ditambah lagi, dalam beberapa hari terakhir ini, usai demo 4 November 2016, Jokowi secara proaktif menemui ormas-ormas dan tokoh agama. Maka dari itu, kedatangan Jokowi ke markas militer dinilai Sukamta merupakan bagian tak terpisahkan dari konsolidasi untuk menenangkan situasi.

"Bisa jadi itu masih satu paket tindakan. Tapi ini negara demokrasi, kalau tujuannya emang untuk menakuti ini sudah tidak zamannya lagi," kata Sukamta kepada VIVA.co.id, Kamis, 10 November 2016.

Menurut Sukamta, masyarakat dunia saat ini sudah tak lagi takut dengan aksi represif negara, apalagi Presiden di Indonesia dipilih dengan cara demokrasi. Ia memandang kedatangan Jokowi ke markas Kopassus masih wajar dan bukan dalam kerangka menakut-nakuti rakyat. Presiden hadir di markas TNI sebagai panglima tertinggi.

"Kalau untuk menggerakkan TNI kan sudah ada Undang-Undangnya, semua ada SOP-nya. Selama semua dalam koridor UU, tidak perlu dikhawatirkan. Saya percaya Presiden tidak akan mencederai demokrasi. Pasti Presiden bukan begitu maksudnya," ujar dia.

Sebetulnya kata Sukamta, kalau maksud Presiden ingin menunjukkan kepada rakyat bahwa Indonesia adalah negara kuat, khususnya dalam menangani kasus dugaan penistaan agama yang dilakukan Gubernur DKI Jakarta nonaktif, Basuki Tjahaja Purnama, maka menurut Sukamta solusinya sangat sederhana.

"Biarkan proses hukum berjalan secara fair, adil dan secepatnya kepada pelakunya dan jangan dialihkan kepada masalah lain-lainnya," terang politikus PKS Ini.

Sebaliknya, Anggota Komisi I DPR RI dari Fraksi Demokrat, Syarif Hasan justru menilai kehadiran Jokowi di markas TNI-Polri sebagai usahanya untuk menghadirkan ketentraman bagi rakyat. Jokowi lanjutnya, ingin memastikan semua aparat di bawahnya berfungsi sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya (tupoksi) masing-masing.

"Selama ini juga semua TNI loyal pada Jokowi sebagai Presiden. Demokrat juga dukung kok Jokowi. Kita juga inginkan agar pemerintahan ini bisa melakukan tugas-tugasnya hingga 2019 untuk  kepentingan rakyat. Jadi apa yang dilakukan Jokowi sudah sepantasnya," kata Syarif Hasan kepada VIVA.co.id.

Keutuhan NKRI

Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) sebagai kubu utama penyokong pemerintah menepis tudingan negatif kehadiran Jokowi di Markas Kopassus, yang dikaitkan dengan demo 4 November 2016 lalu. Politikus PDIP Evita Nursanty menegaskan, kehadiran Jokowi dalam rangka konsolidasi biasa antara pemimpin dengan bawahannya.

"Namanya saja Kopassus atau pasukan khusus ya memang keberadaan mereka untuk tujuan khusus. Jadi tidak ada kaitannya dengan hal lain," kata Evita dalam pesan singkatnya kepada VIVA.co.id, Kamis, 10 November 2016.

Namun demikian, Evita mengingatkan bangsa ini untuk sama-sama menjaga persatuan dan kesatuan. Bagaimanapun, TNI dan Polri sesuai dengan tupoksinya, berada di garda terdepan menghadapi pihak-pihak yang akan mengancam kedaulatan NKRI.

"Kita terus terang prihatin jika ada pihak-pihak yang sengaja membuat gaduh suasana kebersamaan kita sebagai bangsa yang Bhinneka Tunggal Ika," ujarnya.

Anggota Komisi I DPR ini memastikan pemerintah saat ini sedang bekerja keras untuk melakukan pembangunan di segala bidang. Presiden Jokowi mencurahkan perhatiannya hingga terus turun ke bawah untuk memastikan berjalalannya pembangunan itu. Seharusnya publik mengapresiasi hal itu dan mendukung kebijakan Presiden bersama jajarannya.

"Apa kita tidak senang kalau bangsa kita semakin maju dan sejahtera? Kalau ada yang mau dikiritik silakan dikritik, dan kita tunggu pilpres selanjutnya sebagai saluran yang konstitusional untuk memilih Presiden," tegasnya.

Pengamat Militer Salim Said pun berpendapat sama. Menurut dia, kedatangan Jokowi ke Markas Kopassus adalah sesuatu hal yang wajar. Kedatangan Presiden ke markas TNI lanjut Salim, untuk memastikan bahwa aparat negara tahu apa kemauan Presiden sebagai pemimpin tertinggi tentara.

"Menurut saya bagus, beliau menjelaskan, berkomunikasi supaya orang-orang di bawah, pasukan itu tidak bingung apa sih yang terjadi. Presiden datang sebagai pemimpin tertinggi tentara untuk menjelaskan. Jadi bagus aja," terang Salim saat dihubungi VIVA.co.id.

Guru Besar Universitas Pertahanan itu memastikan TNI-Polri sudah bekerja sangat baik, terutama saat mengawal pengamanan aksi demo 4 November 2016 lalu. "TNI membantu polisi. Jadi ini sebenarnya urusan polisi, tapi TNI memberikan bantuan bilamana diperlukan supaya semuanya tertib, aman, dan saya kira semuanya baik-baik saja, nggak ada yang aneh," tegasnya.

(ren)