Menyoal Sahur On The Road

Polisi menertibkan lalu-lintas di jalur yang jadi lokasi Sahur on the road di Jalan MH. Thamrin Jakarta beberapa waktu lalu.
Sumber :
  • Twitter @TMCPoldaMetro

VIVA.co.id – Bulan Ramadan adalah bulan berlimpah pahala. Sekecil apa pun amal perbuatan yang dilakukan, maka akan dibalas dengan pahala yang berlipat ganda.

Untuk mendapatkan pahala melimpah di Bulan Ramadan tak selamanya harus mengeluarkan biaya yang banyak, bahkan hanya dengan modal suara saja, akan diganjar dengan pahala yang luar biasa besarnya.

Namun, dewasa ini, banyak sudah orang yang salah kaprah dan salah arah dalam menjalankan ibadah sunah yang satu ini. Bukannya membangunkan orang sahur dengan tertib, kegiatan ini malah menciptakan suasana sahur semakin tidak kondusif.

Kegiatan itu bertajuk sahur on the road (SOTR). Dari namanya sudah dapat dipastikan kegiatan ini adalah sahur berkeliling di jalanan.

Fenomena SOTR di Indonesia muncul beberapa tahun belakangan ini, banyak orang terutama dari mereka yang terlibat dalam kegiatan kelompok penyuka kendaraan bermotor menggelar kegiatan ini.
 
Awalnya, SOTR diciptakan untuk meningkatkan amal ibadah dengan cara berkeliling membangunkan orang sahur dan juga membagikan makanan untuk Kaum Duafa.

Tapi, seiringi waktu berganti, kegiatan ini berubah menjadi sebuah kegiatan yang cenderung dibenci masyarakat di waktu sahur.

Bagaimana tidak, perilaku pelaku SOTR kini cenderung brutal, mereka tak peduli lagi kegiatan itu merupakan bagian dari ibadah, mereka hanya memanfaatkan momentum sahur untuk dapat menguasai jalanan, tanpa mempedulikan pengguna jalan lainnya.

Bahkan, dalam beberapa tahun ini, sering terjadi gesekan yang berujung pada bentrokan antar kelompok yang sedang menggelar SOTR.

Salah satu contohnya seperti yang terjadi Minggu, 18 Juni 2017, pukul 03.18 WIB. Dua kelompok SOTR terlibat saling serang dengan batu dan senjata tajam di Jalan Merdeka Barat, Gambir, Jakarta Pusat.

Tak hanya itu, dua kelompok yang bentrok juga menggunakan senjata berupa petasan untuk menyerang kelompok SOTR lainnya.

Kondisi ini sungguh sangat disayangkan, sebab tak hanya menyebabkan jatuhnya korban, tapi akibat perbuatan pelaku SOTR itu, pengguna jalan terganggu hingga terpaksa mencari ruas jalan lain agar bisa aman dilintasi menuju tujuan.

Padahal pemerintah dan kepolisian sudah dengan tegas melarang masyarakat untuk menggelar SOTR dengan cara berkonvoi berkeliling kota. 

Sebab, kegiatan SOTR sangat mudah disusupi anggota geng-geng motor yang suka melakukan provokasi agar terjadi keributan. Terutama oleh geng motor yang suka berbuat kriminal.

"Tetapi yang on the road ini berkali-kali saya sampaikan itu lebih banyak mudarat-nya karena banyak diboncengi oleh geng motor dan rawan untuk berbuat kriminal," kata Gubernur DKI Jakarta, Djarot Saiful Hidayat, baru-baru ini. 

Djarot menegaskan, pelarangan itu dikeluarkan bukan untuk masyarakat yang benar-benar melakukan kegiatan membangunkan orang untuk santap sahur. Tapi, pelarangan ditujukan bagi kelompok SOTR yang berkonvoi dengan kendaraan di jalanan.

"Bukan melarang sahurnya loh. Gara-gara saya keras untuk melarang sahur on the road, saya juga di-bully dianggap melarang sahur, dianggap tidak Islami, dianggap tidak sahur," kata Djarot.

Selanjutnya...Dilarang Polisi

Dilarang Polisi

Tak hanya pemerintah, kepolisian juga menyatakan larangannya atas kegiatan SOTR di jalanan. Kepolisian menyarankan agar kegiatan SOTR dilakukan di lingkungan sekitar rumah saja dengan beribadah.

"Kami koordinasi lakukan langkah-langkah. Itu kan biasa, kami larang sahur on the road. Begitu liburan anak sekolah makin banyak pemuda keluar malam," kata Kepala Polda Metro Jaya, Irjen Pol Mochamad Iriawan.

Berdasarkan catatan, tak hanya di Gambir, kejadian keributan dalam konvoi SOTR juga terjadi di Kemayoran. Kelompok SOTR berbuat anarkis dengan menyerang dan melukai seorang anggota TNI yang sedang beraktivitas di belakang patung Ondel-ondel.

Anggota TNI bernama Prada Ananda Puji Santoso (22 tahun) menderita luka parah setelah sengaja ditabrak dengan menggunakan mobil oleh kelompok pelaku kegiatan SOTR.

Dari semua kejadian itu, kepolisian tak tinggal diam. Kepolisian langsung menerjunkan personel untuk menindak tegas kelompok SOTR yang berbuat onar dan melanggar hukum.

Semua orang yang terlibat dalam kelompok SOTR pembuat onar diamankan. Puncaknya saat puluhan remaja  diamankan kepolisian di beberapa lokasi keributan kelompok SOTR di Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan, yakni depan SPBU Penjernihan, Tanah Abang dan depan Thamrin City, Tanah Abang, Jakarta Pusat. 

Dalam tindakan tegas itu, terungkap pelaku SOTR ini tak murni berniat membangunkan orang untuk sahur. Tapi mereka sengaja berkeliling membawa tema SOTR, untuk mencari lawan bertikai.

Hal ini terbukti dengan ditemukan sejumlah senjata tajam dan senjata berbahaya lainnya yang dapat mencelakai orang lain pada diri pelaku SOTR yang diamankan di Jakarta Selatan.

Ironisnya, puluhan pelaku keributan SOTR itu masih anak-anak atau mereka yang masih duduk di bangku sekolah menengah pertama dan atas.

Nyaris saat ini tak ada lagi manfaat yang didapatkan masyarakat dari kegiatan SOTR. Yang ada hanya ketakutan dan kecemasan akan terjadi hal yang tak diinginkan terutam ketika beraktivitas malam hari di jalanan.

Keributan sangat mudah sekali terjadi antar kelompok yang sedang berkonvoi. Apalagi kepolisian mengungkap ada saja peserta konvoi SOTR yang mengkonsumsi narkoba. Sehingga peserta SOTR sering tak terkendali dalam bertingkah ketika berkonvoi. (ren)