Listrik Ngadat Bikin Sekarat

Pekerja melakukan pemeriksaan konduktor Sutet di Arcamanik, Bandung, Jawa Barat
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi

VIVA – Pantulan cahaya biru di atas kotak kaca persegi panjang menghiasi belasan kios ikan hias. Gemercik air menjadi wahana bermain ratusan ikan hias di dalam aquarium berkonsep aquascape.  Pandangan teduh itu memancing para pencinta ikan hias mendatangi Pusat Penjualan Ikan Hias yang berlokasi di Jalan Raden Intan, Duren Sawit, Jakarta Timur ini.

Situasi ini berbeda dengan kondisi saat Perusahaan Listrik Negara atau PT PLN (persero) yang tanpa pemberitahuan berhenti mengaliri listrik kepada pelanggannya selama lebih dari tujuh jam pada Minggu 4 Agustus 2019.

Yopi, salah satu penjual ikan di pusat penjualan ikan hias itu mengatakan, situasi hari ini jauh lebih baik jika dibandingkan pada Minggu, 4 Agustus 2019 lalu. Pria asal Sukabumi yang sudah berjualan ikan hias sejak 2004 itu mengaku, pemadaman lampu atau yang dikenal dengan istilah blackout kemarin sangat berdampak bagi dirinya dan teman-teman seprofesi lainnya. 

Penjual ikan hias dirugikan akibat listrik mati

Menurut Yopi, kiosnya mengalami pemadaman listrik lebih dari enam jam, yaitu sejak pukul 11.48 WIB hingga 18.30 WIB. Belum lagi di sebagian wilayah Jabobetabek listrik padam lebih dari delapan jam.  "Bisa dibayangin itu, itu mati lampu terlama yang pernah saya alami selama saya jualan ikan hias kayanya," kata Yopi kepada VIVAnews, Kamis, 8 Agustus 2019.

Insiden pemadaman listrik itu berdampak pada matinya puluhan ikan hias yang dijualnya. "Ada lah 20 (ekor) an yang mati. Yang paling banyak Koi. Kalau dihitung jutaan juga itu kan kita ruginya," ujarnya menambahkan.

Ia berharap, insiden pemadaman listrik seperti kemarin tidak terjadi lagi di masa mendatang. Terlebih lagi. "Jualan ikan hias kan enggak setiap hari juga yang beli kan. Dan yang namanya ikan itu pasti sangat tergantung dengan listrik. Kalau enggak ada listrik atau listriknya mati, waduh, bisa gawat kita."

Hal senada disampaikan Yudhi Setiawan. Warga Matraman Jaya yang berjualan minuman dingin yang dipasok untuk pedagang pasar Tanah Abang juga merasakan dampak ekonomi yang cukup hebat dari kejadian padamnya listrik.

Dia merasakan pemadaman listrik sekitar 18 jam pada Minggu kelabu itu. Di mana pada hari itu tak ada satu pun minuman dingin yang dijualnya laku terjual. Belum lagi barang dagangan lainnya. "Kerugian pada hari itu sangat besar sekali bagi pemasukan dagangan saya,  ya itu tadi saya pemasok minuman dingin buat tukang dagang di pasar sekitaran Tanah Abang," ujarnya.

Ilustrasi mati listrik

Untuk itu, ia meminta kepada PLN dan Pemerintah agar lain kali memberikan pemberitahuan sebelum adanya pemadaman. Selain itu, untuk tanggung jawab atas kejadian ini dirinya meminta PLN perbaiki kinerja dan tidak terulang.

Hal yang sama juga menimpa bisnis besar seperti pusat perbelanjaan. Ketua Umum DPP Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI), Stefanus Ridwan mengatakan, matinya listrik yang cukup lama menjadi sebuah musibah bagi para pelaku ritel di dalam mal. Sebab, sejumlah transaksi sempat mati di sejumlah toko, terlebih mesin kasir tidak dapat berfungsi maksimal.

"Satu jam pertama saat listrik mulai padam pada Minggu siang pelaku ritel mengaku kena dampaknya, transaksi dan pembayaran sempat terganggu karena listrik mati," ujar Stefanus kepada VIVAnews.