Kaya dari Dunia Maya

Pemerintah melalui Direktorat Jendral Pajak (DJP) terus membidik para artis dan mereka yang punya penghasilan melalui akun media sosial.
Sumber :
  • Instagram/han_yoora

VIVA.co.id – Matanya tajam menatap kamera yang siap membidik. Raut wajahnya dibuat sensual meski gaya busananya kasual. Sesekali ia melenggok, mengubah pose dan ekspresi di antara riuhnya jepretan kamera.

Namanya Mimi Jamilah. Tak semua orang mengenal wanita ini. Tapi bagi para netizen yang aktif di media sosial, bisa jadi dialah idolanya. Dia selebgram, selebriti yang terkenal di Instagram.

Di era yang serba online, jadi terkenal tak lagi harus tampil di televisi. Media sosial jadi dunia baru yang mempertemukan semuanya tanpa batas ruang dan waktu. Tak melulu harus berparas ayu, karena era serba seru kini buka peluang yang tak lagi semu. 

Dengan satu foto ciamik saja, wanita itu bisa mengumpulkan ribuan bahkan jutaan penggemar di akunnya. Tak hanya itu, tawaran kerja sama pun datang mendulang pundi-pundi uang yang menggiurkan.

Era kreatif saat ini memang membuka peluang besar bagi siapa pun yang bisa berkarya. Tidak hanya di tanah nenek moyang, tapi juga di negeri orang. 

Selain selebgram, banyaknya kreator konten kreatif juga ikut meramaikan profesi baru yang tak bisa dianggap sebelah mata. Punya banyak penggemar pun akhirnya mengundang pengusaha untuk nebeng jualan.

Endorsement jadi jalan bagi para selebgram menambah penghasilan. Tarifnya dari puluhan ribu hingga puluhan juta. Bahkan konon, para YouTuber bisa raup ratusan juta rupiah dari video-video yang mereka ciptakan.

Karena itulah, tak heran jika pemerintah melalui Direktorat Jendral Pajak (DJP) terus membidik para artis dan mereka yang punya penghasilan melalui akun media sosial. 

"Mereka (Selebgram) itu bukan objek pajak baru. Dalam UU diatur, bahwa seluruh jenis penghasilan pada dasarnya objek pajak," ujar Direktur Potensi Kepatuhan, dan Penerimaan Pajak DJP Kementerian Keuangan Yon Arsal.

Ia juga menambahkan bahwa selebgram dan toko jual beli online pada dasarnya sama dengan jenis berdagang di toko konvensional, hanya berbeda pada media. Namun, jika penghasilan tersebut sudah memenuhi syarat wajib pajak maka selebgram dan YouTuber juga para pegiat bisnis di dunia maya pun sudah sepatutnya taat pajak. 

Seiring berkembangnya industri kreatif di Tanah Air, kemunculan selebgram dan YouTuber juga terus bertambah. Mereka punya branding image yang berbeda-beda untuk bisa menggaet penggemar masing-masing. Mereka di bawah ini adalah beberapa selebgram dan YouTuber yang tak asing lagi di Indonesia.

Ria Ricis, beli mobil hingga bayar kuliah

Nama selebgram yang satu ini pasti sudah populer di kalangan para netizen. Bernama asli Ria Yunita, gadis kelahiran 1 Juli 1995 ini merupakan adik Oki Setiana Dewi. Wajah keduanya memang sangat mirip namun rupanya punya pilihan karier yang cukup berbeda. Jika Oki lebih pilih dakwah dan seni peran, Ria Ricis sukses di dunia hiburan lewat ranah media sosial.

Ria mulai terkenal lewat akun Instagramnya, @riaricis1795. Akun itu saat ini sudah diikuti lebih dari 5,2 juta followers yang didominasi anak muda. Gadis yang dikenal periang dan tak bisa diam ini punya keunikan sendiri yang membuatnya jadi salah satu selebgram terpopuler di Indonesia. Dalam setiap foto dan video yang ia unggah, si cantik berhijab itu kerap kali tampil konyol dan kocak. 

Mengangkat tema kehidupan sehari-hari, Ria tak malu untuk menunjukkan ekspresi dan gaya unik yang bahkan sering dianggap menggelikan. Postingan Instagram Ria Ricis banyak diisi dengan parodi isu-isu yang sedang hangat di kalangan anak muda. Mulai dari urusan percintaan hingga isu panas yang dikemas lucu bikin gemas.

Tak hanya di Instagram, Ria Ricis juga mulai menjajaki YouTube. Lewat akun Ricis Official, channel yang dibuka sejak Januari 2016 ini sudah diikuti lebih dari 33 ribu penggemar. Bersama teman-temannya, Ricis pun menelurkan video-video lucu yang menghibur. 

Kepopuleran Ria Ricis dalam dunia maya membawa keberkahan tersendiri baginya. Banyaknya followers membuat Ricis jadi incaran perusahaan untuk endorse produk mereka. Kepada VIVA.co.id, Ria mengaku awalnya tak pernah menyangka bisa sampai sesukses ini.

Ria mulai menerima tawaran endorse produk sejak jumlah followers-nya 7 ribuan. Namun, saat itu, sistemnya lebih sederhana karena masih berupa barter barang.

"Pihak endorse ngasih barang banyak banget jadi aku posting belum berupa uang," katanya.

Jumlah followers yang meningkat dan feedback yang baik, Ria Ricis pun kini masuk dalam salah satu jajaran selebgram termahal. 

Ria memang menolak menyebut tarif endorse yang diterapkan. Akan tetapi, ia mengungkap sudah bisa membiayai hidupnya sendiri dari hasil endorse yang diterimanya.

"Alhamdulillah pendapatan endorse-an itu aku sudah bisa biayai hidupku sendiri dan enggak minta dari orangtuaku lagi," tuturnya. 

Lebih mencengangkan lagi, Ricis bahkan membeberkan karena endorse inilah, ia bisa membeli mobil dan segala lainnya sendiri.

"Alhamdulillah aku sudah bisa beli mobil. Alhamdulillah bisa bayar kuliah sendiri. Alhamdulillah segala sesuatu bisa bayar sendiri dan bisa bantu keluarga dan bantu teman, sekitar semua, Alhamdulillah dari hasil endorse," kata Ria Ricis lagi.

Untuk jenisnya, Ria Ricis mengatakan meski sudah pernah pegang berbagai produk, namun lebih banyak item fesyen, seperti baju dan sepatu. Menurutnya, feedback untuk endorse kedua item tersebut paling besar. Yang terpenting bagi Ria, produk yang ditawarkan adalah produk original.

"Yang pertama harus jelas apa yang di-endorse, kita menerima yang produk original, karena kalau yang KW itu sama saja mendukung masyarakat pakai yang KW, kita harus mendukung produk original," ujarnya tegas.

Ria Ricis menampik jika popularitasnya didompleng dari nama sang kakak. Baginya, ia sendiri membangun nama Ria Ricis dari nol hingga bisa jadi seorang selebgram. Ketika ditanya apakah ia akan serius menekuni profesinya sebagai selebgram, Ria tak mengiyakan namun tak juga menyangkalnya.

"Iya bsa dibilang iya dan bisa dibilang enggak, Instagram itu ada masa-masanya," kata Ria.

Yang pasti, gadis ini berharap, media sosial bisa jadi lahan berkreasi dan mencari pundi-pundi uang. 

"Nambah kreativitas lagi dapat banyak teman, digunakan sebaik mungkin semoga bisa dapat bermanfaat bagi segala usia, bukan dari remaja saja," ucapnya.

Goizza, dua kali ‘gajian’

Pemilik nama lengkap Afrizal Kurniawan ini dikenal lewat akun Instagramnya @goizza yang diikuti lebih dari 77 ribu followers. Bagi netizen yang aktif mengikuti akun-akun kreator kreatif pasti tak asing lagi dengan nama tersebut. Jika di Instagram pernah melihat video parodi drama Korea atau lagu K-Pop, bisa jadi, salah satunya adalah hasil garapan Goizza.

Anak muda kelahiran 1992 ini mulai aktif menjadi content creator pada tahun 2014 saat bulan puasa. Waktu itu juga menjadi awal kemunculan komunitas Indovidgram yang kemudian banyak me-repost video komedi yang ia buat.

Awalnya iseng saja, namun ternyata banyak yang menyukai karya Goizza yang mendorongnya semakin terpacu untuk terus membuat video lain yang baru. Dengan cepat, followers Goizza pun ikut meroket.

Berbagai video parodi yang diciptakan Goizza berhasil membuat para netizen kepincut. Terlebih lagi, ia sering membuat konten yang berbau Korea atau K-Pop yang kini jadi branding-nya. Jika mengintip ke laman akunnya, netizen bisa dibuat ketagihan.

Banyaknya penggemar Goizza juga membuat tawaran endorsement datang menghampirinya. Saat berbincang dengan kami, Goizza berkisah awal mula terjun dalam dunia endorsement hanya dengan niat bantu usaha teman saja. Namun lama kelamaan, Indovidgram rupanya tertarik untuk menawarinya bergabung dalam manajemen mereka.

"Jadilah aku mulai menerima endorse atau campaign dari brand-brand gitu," kata Goizza.

Karena sudah bersama manajemen, Goizza menerangkan, semua yang berkaitan dengan kerja sama sudah ditangani oleh pihak manajemen. Biasanya, brand akan menghubungi agensi yang kemudian akan diteruskan ke pihak manajemen.

Nantinya, para calon klien akan diberikan daftar rate card masing-masing kreator yang tergabung bersama manajemen. Pihak brand bisa memilih kreator dan kreator pun bebas menerima tawaran tersebut atau tidak.

"Kalau sudah deal sama rate-nya. Brand kasih brief campaign-nya, ditawari ke kreator, sanggup apa enggak," ujarnya.

Bagi Goizza sendiri, sejauh ini tidak ada pertimbangan pribadi dalam menerima tawaran yang datang. Hampir semua dikerjakan, karena itu yang menuntutnya untuk lebih berpikir kreatif.

"Setiap campaign yang ditawarkan jadi tantangan buat aku berpikir kreatif," tambahnya.

Sayangnya, Goizza menolak membeberkan berapa pendapatan yang bisa ia raup dari endorsement tersebut. Tapi, pria yang bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil ini punya bocorannya.

"Ini bukan penghasilan tetap juga. Kadang sepi campaign, kadang lumayan ramai. Kalau ramai dalam sebulan bisa berasa dua kali gajian gitu," kata Goizza.

Selain terkenal di Instagram, Goizza juga punya akun YouTube dengan nama yang sama. Jumlah penonton akun YouTube Goizza lebih dari satu juta sejak dibuka pada tahun 2009. Meski begitu, pria yang berdomisili di Yogyakarta ini mengaku tdak terlalu fokus pada YouTube sehingga belum bisa mendulang penghasilan dari sana.

Michan_91, meraup rezeki dari hobi

Selebgram yang satu ini juga mungkin sudah terlihat familiar di kalangan para hijaber. Bernama asli Mimi Jamilah, akun Instagram @michan_91 sudah punya lebih dari 173 ribu followers dan populer sebagai salah satu selebgram hijab yang banyak diincar sejumlah brand fesyen lokal.

Popularitas Mimi sebagai selebgram memang tak pernah disangkanya. Ia mengaku semua bermula sekitar dua tahun lalu ketika ia tergabung dalam sebuah komunitas hijab. Karena hobi berfoto dan rajin mengunggahnya ke akun media sosial, rupanya banyak netizen yang suka.

Hingga kini pun Mimi tak mengerti apa yang membuat fotonya banyak disukai netizen. Sering di-repost akun-akun besar membuat namanya semakin dikenal luas. Sejak itulah, tawaran endorsement mulai berdatangan.

Saat berbicara dengan VIVA.co.id, Mimi mengatakan jika jenis produk yang sering ia terima adalah item fesyen, seperti pakaian, hijab, sepatu, dan juga aksesorinya. Mimi mengaku tak mau melakukan endorsement untuk produk krim pemutih, pelangsing, atau peninggi dengan alasan takut jika tidak ada izin dari BPOM.

Selebgram yang juga pernah menjadi model untuk brand fesyen Zaskia Adya Mecca ini menjelaskan, ada beberapa pilihan endorsement yang ia tawarkan, yakni secara personal atau grup yang diurus agensi bernama Famela Management.

Secara personal, brand atau pemilik online shop akan langsung menghubunginya untuk penawaran kerja sama. Sementara untuk grup, pihak brand akan berhubungan dengan pihak manajemen terlebih dahulu yang juga mengurus sejumlah selebgram lain di bawah naungannya. Lalu, apa perbedaannya?

Secara umum sebenarnya sama saja, namun salah satu perbedaannya tentu ada pada tarif. Mimi mengaku menerapkan harga yang lebih mahal untuk endorsement personal dibanding secara grup. Untuk satu kali foto personal, Mimi menarifkan harga yang disesuaikan dengan jumlah bulat followers-nya saat ini. Misal, Rp170 ribu karena jumlah followers yang mencapai 173 ribu.

Sementara jika endorsement dilakukan secara grup, harga yang diterapkan akan lebih rendah. Pihak manajemen pun akan mengambil biaya sendiri sebelum melempar tarif pada calon klien atau dalam hal ini pemilik produk dan juga toko online.

Selain itu, Mimi juga punya jenis pemotretan khusus dengan harga yang lebih tinggi. Pemotretan itu dilakukan jika sebuah brand ingin lebih banyak produk yang difoto olehnya. Barang pun akan dikembalikan lagi pada si pemilik setelah pemotretan selesai. Karena melibatkan fotografer lain, maka dari itu tarifnya pun ikut meningkat dan berkisar pada Rp250 ribuan.

Selama menggeluti aktivitas selebgram ini, Mimi mengaku sangat bersyukur. Bagaimana tidak, dalam satu bulan saja, Mimi bisa meraup mulai dari Rp4 hingga 10 jutaan. Itu pun sudah ia batasi, karena permintaan yang begitu tinggi.

"Iya lumayan itu kalau enggak di-close ya terus. Iya hampir tiap hari," katanya melalui sambungan telepon.

Meski menggiurkan, namun Mimi tak ingin menjadikan selebgram ini sebagai pekerjaan tetap. Wanita yang juga seorang qoriah atau pelantun ayat suci Alquran dan guru di sebuah pondok pesantren di Ciledug itu mengatakan bahwa aktivitasnya sebagai selebgram adalah hobi yang membawa rezeki lebih. 

"Kalau aku sih mengalir saja, namanya juga rezeki dari Allah. Mungkin dikasih rezekinya dari hobi itu jadi syukuri saja, tapi bukan jadi kerja tetap," ujarnya lagi.

Edho Zell, mendunia lewat YouTube

Bagi kalangan internet junkies dan juga anak muda, nama Edho Zell sudah akrab di telinga. Mengawali kariernya di dunia hiburan sebagai MC pada tahun 2004, Edho Zell kini jadi YouTuber yang paling tenar di Indonesia.  

Dibuka sejak tahun 2006, akun YouTube Edho Zell sudah ditonton lebih dari 218 juta kali. Ia juga sudah memiliki 985 ribu lebih subscribers di akunnya dan akan terus bertambah. Tak heran jika sejumlah penghargaan pernah diraihnya, salah satunya adalah YouTube Silver Button, sebuah penghargaan untuk YouTuber yang berhasil meraup lebih dari 100 ribu subscribers di tahun 2015.

Edho punya banyak video lucu dengan berbagai tema. Dia biasa memarodikan lagu, isu-isu panas baik dalam maupun luar negeri, hingga merekam kesehariannya. Beberapa karyanya yang sangat laris manis ditonton dan terkenal adalah video parodi Sakitnya tuh di Sini, Rude dari Magic, dan juga Instagram Syahrini. Video-video lucu Edho Zell pun tak jarang diunggah ulang oleh 9gag.tv, sebuah channel video internasional yang sangat terkenal.

Jadi YouTuber terpanas di Indonesia saat ini konon membuatnya sebagai salah satu YouTuber termahal untuk digaet para sponsor. Edho Zell bukan hanya aktif di YouTube, lewat akun Instagramnya, ia pun kerap berbagi keseruan aktivitas lewat video dan juga foto.

"Your smile is my energy to create more videos," tulisnya dalam bio akun yang diikuti lebih dari 956 ribu followers tersebut. 

Muda, kreatif, dan out of the box adalah kata yang menurutnya bisa mendeskripsikan seorang Edho Zell.

Han Yoora, vlogger Korea cinta Indonesia

Indonesia juga punya YouTuber yang berasal dari Korea. Namanya Han Yoora yang kini juga sedang digilai anak muda, terutama mereka yang penggemar K-Pop. Han Yoora merupakan gadis asli Korea yang sudah tinggal di Bali sejak 12 tahun silam. Dara cantik kelahiran 1991 ini sudah fasih berbahasa Indonesia lantaran sejak SMP masuk sekolah umum yang diisi oleh orang lokal. 

Han Yoora kini menetap di Jakarta dan bekerja di salah satu perusahaan produksi, EBLO Production, yang juga menaungi aktivitasnya sebagai YouTuber. Terjun fokus sebagai YouTuber sejak awal tahun 2016, nama Yoora melesat cukup cepat. Saat ini, Yoora mengantongi lebih dari 316 ribu subscribers di akunnya. Fansnya pun di mana-mana, apalagi, ia pernah bermain dalam sketsa komedi di sebuah stasiun televisi.

Akun YouTube Yoora banyak diisi dengan konten yang beragam. Mulai dari kecantikan, fesyen, parodi lucu, gaya hidup, hingga vlog atau rekaman kesehariannya. Karakternya yang periang dan cuek membuat Yoora disukai banyak penggemar. Videonya sering kali dibanjiri komentar-komentar positif dari para netizen.

Tak heran jika wanita satu ini pun sering dapat tawaran endorsement. Meski banyak, Nabila, Talent Manager dari EBLO Production mengatakan, pihaknya selalu pilih-pilih. Diakuinya, manajemen ingin akun Yoora tetap konsisten menyuguhkan video-video yang menghibur dan inspiratif. Maka sering kali video berbau iklan atau sponsor dibuat agar tidak terlalu menonjol.

Soal berapa tarif video yang dibuat Han Yoora dan tim, Nabila hanya menyebutkan berkisah puluhan juta rupiah.

"Pokoknya sudah dua digit, hehehe..." katanya saat dihubungi.

Namun, tarif tersebut adalah tarif yang dibayarkan pada perusahaan. Sebab, status Yoora di perusahaan produksi itu sebagai karyawan, maka Yoora menerima haknya seperti karyawan lainnya alias dengan sistem gaji. 

Meski begitu, bagi Yoora, bergabung bersama perusahaan lebih membuatnya nyaman. Ia suka karena bisa membuat konten yang lebih bagus bersama rekan tim lainnya daripada harus kerja sendirian.

EBLO juga menaungi YouTuber lain yang juga orang Korea. Akan tetapi, terkait rate card, Yoora punya tarif yang berbeda karena jumlah subscribers dan jam terbangnya yang sudah lebih lama.

Memajaki selebgram dan YouTuber

Potensi penghasilan yang besar dari para selebgram dan juga YouTuber saat ini kembali jadi sorotan Direktorat Jendral Pajak. Gaung memajaki para selebgram dan YouTuber pun kembali santer terdengar.

Goizza, selebgram yang juga seorang PNS Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama di Temanggung menjelaskan, secara umum siapapun yang sudah mendapat penghasilan, baik itu selebgram maupun karyawan kantoran sudah harus bayar pajak penghasilan. 

"Cuma bedanya kalau selebgram kita yang harus menghitung sendiri pajak kita karena kita sendiri yang tahu penghasilan kita berapa," katanya.

Goizza pun bertutur bahwa ia termasuk selebgram yang taat pajak. Karena sudah bergabung dengan Indovidgram, pajak dari pendapatan yang terima sudah dipotong langsung sesuai ketentuan. Pihak agensi pun memberi bukti potong pajak tersebut.

Menurutnya, masalah pajak selebgram ini bukan lagi soal setuju atau tidak, karena memang selebgram sudah harus bayar pajak sejak dahulu. Namun, saat ini pemerintah menyoroti media sosial sebagai ladang subur untuk perpajakan. 

"Banyak yang sudah menerima penghasilan per bulan sampai ratusan juta rupiah hanya dari media sosial saja," kata Goizza lagi.

Begitu juga dengan Edho Zell yang pernah membuat video khusus soal pajak selebgram ini di akun YouTubenya. Dalam video tersebut, Edho memperlihatkan bukti lapor pajak yang selama ini ia lakukan.

Meski begitu, Edho mengaku tak paham pajak. Beruntung ia punya istri yang pernah bekerja di bank yang lebih paham soal hal tersebut. Urusan pajak pun disebut Edho jadi urusan konsultan pajak yang mereka percayai dan juga manajemennya.

"Ini laporan pajak kita, berlembar-lembar. Jujur gue enggak gitu ngerti soal pajak. Jadi gue enggak bisa jelasin isi kertas itu apa. Untungnya istri gue ini kerja di bank dahulu jadi dia lebih ngerti pajak," kata Edho sambil memperlihatkan lembaran tersebut di depan kamera.

Tak hanya Edho dan Goizza, Ria Ricis pun ternyata mengaku rutin melaporkan penghasilannya. Ria setuju, karena menurutnya, pendapatan yang didapatnya bukan seratus persen miliknya, tapi ada juga hak untuk mereka yang membutuhkan.

"Pajak itu enggak berat, yang buat berat itu kalau kita enggak bayar jadinya numpuk itu yang berat. Kita sebagai penduduk yang baik harus bayar pajak," kata Ria. 

Urusan pajak penghasilan yang ia terima sebagai selebgram pun diakuinya sudah diurus oleh admin yang mengelola. Ia mengaku ada potongan untuk pajak, admin, dan fotografer dari bayaran endorsement dan hanya menerima harga bersihnya saja.

Selain selebgram dan juga YouTuber, para artis Tanah Air pun ikut bicara soal pajak ini. Fenomena endorsement produk atau campaign di media sosial juga dilakukan oleh para artis, misalnya Prilly Latuconsina, Edies Adelia, Dude Harlino, dan lain sebagainya. 

Prilly, aktris muda yang sedang naik daun itu mengaku dahulu memang sempat buka endorsement namun sudah berhenti sejak April 2016 lalu. Alasannya, ia ingin akun Instagram murni sebagai diary tanpa ada promosi produk lagi.

Meski tidak menjadikannya sebagai sumber penghasilan tetap, Prilly pun mendukung para selebgram dan juga artis untuk bayar pajak. 

"Aku setuju saja ya. Aku tuh orangnya obey, karena pasti ada alasannya ya pemerintah menetapkan kebijakan tersebut. Selama untuk negara, pajak juga untuk kita-kita saja kan. Enggak masalah," kata Prilly saat dijumpai di sebuah acara pada Kamis malam, 10 November 2016.

Pun begitu dengan pasangan Dude Harlino dan Alyssa Soebandono. Pasangan ini mengaku akan mengikuti perkembangannya. Mereka pun siap patuh, karena yakin, peraturan tersebut diterapkan karena punya manfaat dan perhitungan yang matang.

Namun ada juga yang masih menyangsikan masalah ini, seperti Nikita Mirzani, misalnya. 

"Semua orang kan punya lahannya sendiri untuk mencari duit. Buat Niki sih terlalu lebay pemerintah kalau sampai bikin artis selebgram untuk dikenakan pajak," kata Niki kepada VIVA.co.id.

Ia menganggap jika penghasilan selebgram sebenarnya belum seberapa dan pemerintah seharusnya fokus pada potensi yang lain.

"Ambillah pajak sesuai dengan yang sudah dikotak-kotakin. Misalkan orang kaya yang punya ini itu, kenapa enggak difokusin ke yang seperti itu? Kenapa harus ke selebgram segala macam? Itu penghasilannya enggak banyak kok," katanya lagi.

Sementara itu, Edies Adelia juga ikut memberi pandangannya. Sebagai pekerja seni, bayaran yang diterima para artis memang selalu dipotong pajak. Namun terkait endorsement yang juga ia lakukan secara profesional, ia pun mendukung meski harus jelas besaran dan regulasinya.

"Jangan kita yang kecil ini dikejar itu konglomerat yang punya gedung, punya ini itu. Hasil kita (kecil). Artinya harus adil kalau mau diperlakukan harus adil, kita sebagai masyarakat memang harus bayar pajak, tapi jangan ada tebang pilih yang kecil diurusin, yang gede enggak. Nah itu," ujar Edies.

Butuh sosialisasi

Meski banyak artis, selebgram, dan YouTuber yang sudah sadar pajak, rupanya tak sedikit juga yang belum paham masalah ini. Mimi Jamilah salah satunya. Walau sempat mendengar dengungan perpajakan untuk selebgram, minimnya sosialisasi membuatnya tak paham banyak. 

"Aku pernah dengar sih, tapi sejauh ini aku enggak ngerti," katanya. Menanggapi regulasi tersebut, ia pun setuju dan akan patuh jika sudah termasuk Wajib Pajak.

Edho Zell dan juga Goizza pun menyayangkan kurangnya sosialisasi dari pemerintah soal pajak kepada para kreator konten di media sosial. Padahal, butuh pemahaman yang menyeluruh agar peraturan ini bisa efektif.

"Gue percaya bahwa teman-teman YouTubers dan selebgram ingin banget bayar pajak. Cuma mungkin memang kurang publikasi cara pemakaiannya, membayar, dan edukasinya, karena gue di sekolah enggak pernah diajarin bayar pajak. Cuma gue enggak tahu anak sekarang diajarin atau enggak. Dan ada konotasi YouTubers dan selebgram dikejar-kejar pajak which is kayak serem banget padahal enggak serem," kata Edho dalam video berjudul Youtubers Selebgram Dikejar PAJAK dan Latihan Dance pada 20 Oktober 2016.

Goizza pun menambahkan betapa pentingnya sosialisasi pajak dan juga menumbuhkan kesadaran itu sendiri di kalangan para rekan selebgram lainnya. Saat ini, ujarnya, rencana pajak selebgram belum cukup tersosialiasi. 

"Kebanyakan teman-teman tahunya karena sudah dipotong agensi terus sudah sampai di situ. Padahal kita masih harus ngitung lagi total penghasilan kita berapa baru dihitung lagi pajaknya, karena tarif pajak itu bertingkat, semakin besar penghasilan kita, semakin besar juga pajak yang musti kita bayar," ujarnya melalui pesan obrolan bersama VIVA.co.id.

Ia pun berharap teman-teman selebgram dan YouTuber bisa lebih sadar soal pajak.

"Jadi kalau buat selebgram lagi heboh sekarang, sebenarnya emang sudah dari dahulu harus bayar pajak. Dan tenang, sebenarnya tarif pajak ini enggak banyak hanya segelintir dari penghasilan yang kamu dapat," kata Goizza lewat video yang sama dengan Edho Zell. (ms)