PAUD Inklusi Cinta Kasih Amelia Beri Harapan Bagi ABK Desa Wunut

PAUD Inklusi Cinta Kasih Amelia Desa Wunut.
Sumber :
  • Nurlina Sri Andalis (Kepala Sekolah)

PAUD Inklusi Cinta Kasih Amelia berdiri di atas lahan seluas 200 meter persegi di Desa Wunut, Kecamatan Ngombol, sekitar 8 km dari pusat Kota Purworejo. PAUD Inklusi ini didirikan pada tahun 2011 oleh Nurlina Sri Andalis yang juga merupakan tenaga pengajar di PAUD Inklusi ini. Inovasi ini dilakukan Nurlina demi memerangi kurangnya pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di desa ini.

Saat itu, Nurlina merasa prihatin dengan kondisi anak-anak di Desa Wunut yang memiliki kebutuhan khusus, tetapi tidak mampu mendapat pendidikan usia dini karena orang tua mereka tidak mampu membayar biaya sekolah inklusi yang tergolong mahal, khususnya bagi keluarga buruh dan nelayan di Desa Wunut.

“Awalnya, gagasan ini muncul karena kebetulan saya juga seorang bidan. Kami fokus pada deteksi dini untuk anak berkebutuhan khusus. Kami berpikir setelah ini apa yang perlu dilakukan untuk anak-anak ABK ini, hingga akhirnya kami menyarankan untuk memperhatikan tumbuh kembang anak tersebut,” jelas Nurlina. 

Nurlina juga menjelaskan awal mula sebelum terbentuknya PAUD Inklusi Cinta Kasih Amelia, ia dan beberapa tenaga pendidik lainnya berinisiatif untuk memulainya dengan sistem home schooling.

“Awalnya, kami memulainya dengan sistem home schooling, tapi seiring berjalannya waktu ternyata cukup banyak juga yang berminat dengan pendidikan anak usia dini untuk anak berkebutuhan khusus, hingga akhirnya kami menyarankan kepada pemerintah setempat untuk dibangun PAUD Inklusi,” jelas Nurlina. 

Hasil perjuangan Nurlina dan beberapa tenaga pendidik saat itu pun tidak sia-sia. Gagasan untuk memperhatikan tumbuh kembang anak berkebutuhan khusus sejak usia dini ini membuat Nurlina mendapatkan dukungan dari pemerintah setempat. 

Dengan bantuan Pemerintah Desa Wunut dan komitmen yang kuat dari Nurlina serta dukungan masyarakat Desa Wunut dalam melakukan inovasi, saat ini PAUD Inklusi Cinta Kasih Amelia mampu berkembang seiring dengan alat-alat sekolah, bantuan makanan, dan ruangan kelas yang semakin baik. 

Dalam prosesnya, Pemerintah Desa Wunut bersama dengan orang tua murid dan tenaga pengajar PAUD Inklusi melakukan inovasi untuk menciptakan kegiatan belajar mengajar yang menyenangkan bagi murid dengan melakukan pertemuan rutin antara guru, orang tua, dan perwakilan Pemerintah Desa Wunut.

“Kami memiliki grup yang bernama Ayah Bunda. Grup ini tujuannya yaitu untuk melakukan kegiatan yang dilakukan setiap satu bulan sekali dengan agenda membahas perkembangan anak didik, sekaligus saling memberikan informasi tentang kegiatan-kegiatan atau rencana pendidikan yang akan diikuti murid ke depannya. Kegiatan yang dilakukan secara informal ini biasanya ditutup dengan acara makan bersama,” kata Nurlina. 

Selain itu, anak-anak mulai diperkenalkan dengan kegiatan-kegiatan di luar ruangan agar mereka mampu beradaptasi secara sosial, tidak memiliki hambatan komunikasi, dan membentuk pribadi yang terbuka dan humanis. Kegiatan itu antara lain menggambar bersama dan bercocok tanam.

Tidak hanya itu, dengan rutin mengikuti pembelajaran di PAUD Inklusi ini, ternyata anak-anak berhasil mengalami kemajuan psikologis. Mereka mulai mampu beradaptasi dengan teman- teman sebaya, orang tua, juga anak-anak semakin mandiri dan bertumbuh kembang dengan baik. 

“Tujuan dari dibangunnya PAUD Inklusi ini, yaitu agar anak didik berkebutuhan khusus di sini mampu mandiri, sehingga mereka tidak bergantung lagi dengan orang tua,” kata Nurlina.

Bukan hanya anak didik, tapi tenaga pendidik PAUD Desa Wunut juga merasa lebih dihargai dan dipahami dengan kekurangan-kekurangan yang mereka miliki sebagai tenaga pendidik bagi anak-anak berkebutuhan khusus, karena tanggung jawab mendidik anak-anak berkebutuhan khusus bukanlah hal mudah.

Dengan berkembangnya PAUD Inklusi Cinta Kasih Amelia serta dukungan dari pemerintah setempat, Nurlina berharap agar pemerintah semakin konsisten untuk memberikan perhatiannya terhadap anak-anak berkebutuhan khusus.

“Saya berharap agar pemerintah lebih perhatian lagi terhadap pendidikan dan tumbuh kembang anak-anak berkebutuhan khusus karena mereka juga anak-anak negara; mereka punya kesempatan, hak, dan perlindungan yang sama dengan anak-anak lainnya,” kata Nurlina.

Pemerintah Desa Wunut pun perlu turut diapresiasi karena telah menjalankan mandat sebagai institusi negara yang telah hadir menjamin hak-hak dasar warga negaranya melalui pembangunan mental dan karakter anak bangsa. Tentunya hal ini patut dicontoh oleh desa-desa lainnya di Indonesia.