Kendala Baterai Mobil Listrik Bukan Hanya soal Bikinnya

Pertamina Gandeng BMW Luncurkan Dispenser Pengisian Mobil Listrik.
Sumber :
  • VIVA/Muhamad Solihin

VIVA – Dibandingkan dengan mobil konvensional, kendaraan yang digerakkan oleh energi listrik menggunakan lebih sedikit komponen. Hebatnya lagi, semua komponen itu tidak memerlukan perawatan berkala.

Hanya ada tiga bagian pada sumber penggerak mobil listrik, yakni dinamo, baterai dan alat elektronik yang digunakan untuk mengatur arus setrumnya. Berbeda dengan mesin berbahan bakar, yang membutuhkan piston, klep dan banyak komponen lain.

Pada mobil listrik, baterai bisa dikatakan sebagai jantung dari kendaraan tersebut. Sayangnya, hingga saat ini teknologi pengembangan baterai masih belum pesat. Proses pembuatannya juga tidak mudah.

Indonesia sebenarnya punya sumber daya alam, yang bisa digunakan untuk pembuatan baterai kendaraan listrik. Belum lama ini, sebuah pabrik didirikan di Morowali, Sulawesi Tengah, untuk mengolah sumber daya nikel dan kobalt, yang menjadi bahan pembuatan baterai jenis lithium.

Namun, pengembangan industri otomotif yang mengarah ke era kendaraan listrik bukan hanya soal baterai. Hal itu diungkapkan oleh Direktur Pemasaran PT Toyota Astra Motor, Anton Jimmy.

“Tidak hanya membuat baterai, cara daur ulang baterainya bagaimana. Berarti, kan harus ada pabrik untuk daur ulang juga. Jadi, ekosistem baterai itu harus ada,” ujarnya di Jakarta, Senin 13 Mei 2019.

Menurut Jimmy, ada dua cara pengolahan baterai bekas kendaraan listrik. Pertama, digunakan untuk menghidupkan perangkat elektronik yang daya listriknya lebih kecil, hingga benar-benar tidak bisa dipakai.

“Setelah itu, dibuang. Di Jepang, ada perusahaannya (yang mengurus soal pembuangan limbah baterai). Cara kedua, diambil sel baterai yang masih bagus lalu dikemas lagi. Yang benar-benar rusak, ya dibuang,” tuturnya. (kwo)