Begini Susahnya Jualan Mobil Mungil di Indonesia

Logo Daihatsu
Sumber :
  • VIVA.co.id/M Ali Wafa

VIVA – Hingga saat ini, jenis mobil yang paling populer di Jepang adalah Kei Car. Alasannya, selain karena mendapat keringanan pajak dari pemerintah, mobil jenis itu juga murah dalam hal perawatan serta ukurannya ringkas, sehingga tidak memakan lahan parkir yang banyak.

Berbeda dengan di Indonesia. Jenis mobil yang laku dibeli konsumen justru berukuran besar dan dapat menampung hingga tujuh orang. Kapasitas mesin yang dipilih rata-rata di atas 1.300cc.

Jika bicara soal efisiensi, maka mobil mungil yang mengusung mesin di bawah 1.000cc adalah yang paling ideal. Lalu, mengapa jenis tersebut kurang diminati di Tanah Air?

Menurut Direktur Pemasaran PT Astra Daihatsu Motor, Amelia Tjandra, minimnya minat akan memiliki mobil dengan mesin yang kecil dan efisien, tidak lepas dari anggapan bahwa performa yang dihasilkan kurang sesuai dengan kebutuhan.

“Kalau menurut studi kami, orang Indonesia agak alergi dengan mesin di bawah 1.000cc. Kenapa? Image saja. Mesin kecil kurang performa, lebih ke arah itu,” ujarnya di Kolaka, Sulawesi Tenggara belum lama ini.

Wanita yang akrab disapa Amel itu menjelaskan, hal itu juga pernah terjadi saat pabrikan mobil menawarkan kendaraan dengan transmisi otomatis.

Menurutnya, kala itu banyak konsumen yang tidak tertarik dengan transmisi itu. Alasannya banyak, mulai dari kurang familiar dengan pengoperasiannya, hingga bagaimana jika mobil mengalami kerusakan.

“Dahulu, awal muncul transmisi otomatik juga sama. Kalau mogok, enggak bisa didorong,” tuturnya.

Meski demikian, bukan berarti Daihatsu menyerah begitu saja. Bahkan, mereka saat ini baru saja selesai menggelar uji jalan mobil yang menggunakan mesin 1.000cc dengan tambahan perangkat turbocharger.

“Thor sudah selesai diuji coba. Sudah bagus. Buat jalanan Indonesia, mesin 1.000cc turbo itu sudah ditest, ternyata oke,” ungkapnya.