PKS Anggap Pemilu 2019 sebagai Pertarungan Eksistensi

Ketua Fraksi PKS Jazuli Juwaini
Sumber :
  • Foto: Dokumen PKS

VIVA – Anggota Majelis Syuro Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Jazuli Juwaini, meminta kepada seluruh kader partai fokus pada Pemilu 2019 yang dianggap berbeda dari pemilu biasanya.

Dalam acara Konsolidasi Nasional Anggota DPR-DPRD di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Rabu 30 Januari 2019, Jazuli menyampaikan bahwa Pemilu 2019 ini merupakan pertarungan eksistensi.

"Hitungan beberapa puluh hari lagi pemilu presiden dan pileg akan kita lewati, buat kita pemilu bukan sekedar pesta demokrasi, tapi pemilu adalah merupakan pertarungan eksistensi. Eksistensi dakwah, eksistensi kebenaran, eksistensi kebaikan, eksistensi kedaulatan rakyat RI," kata Jazuli di Hotel Grand Sahid Jaya.

Karena itu, dia meminta kepada para kader PKS untuk bisa memenangkan pileg maupun pilpres dalam hal ini pasangan calon nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Guna meraih itu, ada beberapa pertarungan eksistensi yang harus dilakukan.

Pertama, pertarungan eksistensi kedaulatan pangan. Salah satu caranya yakni Fraksi PKS nanti harus melawan impor beras. Karena dengan hal itu, dampaknya akan memberikan kesejahteraan petani dan khususnya rakyat.

"Fraksi PKS tidak pernah setuju dan menolak keras kalau pemerintah mengimpor beras dari luar, kenapa? Karena ini artinya menghina petani RI, artinya kita lebih menghormati petani luar dari pada anak bangsa sendiri," ujarnya.

Kemudian, pertarungan eksistensi selanjutnya yakni mengenai eksistensi keadilan. Jazuli mengungkapkan bahwa PKS harus menegakkan keadilan secara objektif sesuai dengan supremasi hukum.

Terakhir, adalah pertarungan eksistensi kesejahteraan rakyat. Sebagai negara yang besar, Indonesia harus hidup dalam kesejahteraan. Menurut Jazuli, jika negara salah kelola, akan kehilangan arah.

"Negara ini salah kelola salah berkepihakan, maka rakyatnya seperti tamu di negara dan di rumah sendiri. Kita ingin mengedepankan tenaga kerja anak bangsa sendiri daripada mengedepankan anak bangsa asing," ujarnya. (art)