Fahri Hamzah Kritik KPU Masih Pakai Data Pemilih yang Invalid

Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah.
Sumber :

VIVA – Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah menyambut baik peluncuran aplikasi bernama Rekat Indonesia yang dibentuk Relawan Kawal TPS, salah satu simpul relawan calon presiden-wakil presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.

Aplikasi itu dinilai bisa membantu melawan kecurangan di pemilihan presiden dan pemilihan legislatif 2019 mendatang. Sebab, ia merasa kecurangan digital masih rentan terjadi.

"Dari mana pintunya (kecurangan digital)? Pertama, kenapa KPU memakai platform atau template data lama dan tidak mau terbuka dengan data baru, sementara saya mendapatkan teman-teman yang melakukan analisa ulang terhadap data banyak invalid. Ada delapan sampai sembilan persen data invalid, jelas itu. Invalid-nya aneh-aneh," ujar Fahri dalam acara di Restoran Al Jazzeerah Cipinang Cempedak, Jakarta Timur, Minggu 3 Maret 2019.

Fahri mengaku sudah mendorong KPU untuk terbuka soal data tersebut. Tapi, menurut dia, KPU saja dirasa tak paham.

"Jadi pimpinan KPU ini enggak paham apa yang bisa terjadi di bawah. Bagaimana permainan-permainan dari luar masuk meng-hack lalu mengatur presentase pemilihan dan sebagainya," kata Fahri.

"Siapa yang mengendalikan data digital kita, saya tanya? Ada enggak pejabat yang mengatakan saya yang pegang pemilu kita, penduduk kita karena KPU tidak pakai data Dukcapil, karena e-KTP dianggap masih bermasalah? Sekarang siapa yang bisa jawab saya pegang data pemilih pemilu?," lanjut dia.

Maka Fahri menilai peluncuran aplikasi ini sudah tepat. Namun, Fahri minta para relawan Prabowo-Sandi bisa memanfaatnya dengan baik.

"Mumpung ini ada upaya semi digital jadi nanti berdasar data manual nanti masuk ke dalam data digital untuk memobilisir seluruh warga kita yang mau membantu ini tapi tolong baca pola data digitalnya. Saya curiga data apapun yang masuk ada bahasa algoritma yang menghacurkan presentasi. Ada potensi dimainkan karena kita calon cuman dua, itu bisa pola pakai lama dipakai sekarang," ujar Fahri.

Ia minta nanti para relawan melakukan audit lagi. Hal itu tak lain guna memastikan adakah kecurangan.

"Ini jihad kita sekarang, mudah-mudahan dengan bantuan para ahli ada. Nanti apapun yang terjadi harus ada audit total terhadap data kita supaya betul-betul kredibel," ujarnya.

Aplikasi bernama Rekat Indonesia dibentuk para relawan pendukung Sandi dan Capres Prabowo Subianto. Relawan itu bernama Relawan Kawal TPS.

Aplikasi ini dibentuk guna mengawal dan mengawasi suara Paslon 02 di TPS pada hari pencoblosan 17 April 2019. Koordinator Rekat Indonesia, Tanty Widanarni mengatakan aplikasi juga dibentuk guna memantau jalannya pemilihan yang jujur, adil, dan tanpa kecurangan.

Aplikasi ini sendiri dapat diunduh di playstore. Aplikasi memiliki tiga fungsi sekaligus, yakni menggalang relawan, mengawal perhitungan, dan menjadi bukti digital yang valid bagi suara 02. (ren)