Gubernur Banten Sebut Ma’ruf Amin ‘Wakil Presiden’

Gubernur Banten Wahidin Halim dan calon wakil presiden Ma’ruf Amin ketika menghadiri peringatan Hari Lahir Nahdlatul Ulama di Kota Tangerang, Banten, pada Sabtu, 23 Maret 2019.
Sumber :
  • VIVA/Eduward Ambarita

VIVA – Gubernur Banten Wahidin Halim terang-terangan menyebut Ma’ruf Amin sebagai “wakil presiden” dan bukan calon wakil presiden ketika dia menghadiri peringatan Hari Lahir Nahdlatul Ulama di Kota Tangerang, Banten, pada Sabtu, 23 Maret 2019.

Dalam forum yang dihadiri juga Ma’ruf Amin itu, Wahidin mengawali pidato sambutannya dengan menyapa sang calon wakil presiden. Namun dia menyebutnya “wakil presiden”. Dia beralasan, “Kalau disebut wakil presiden, enggak kampanye tapi doa; kalau calon wakil presiden, baru kampanye.”

Wahidin tak secara lugas menyampaikan sikap politiknya tetapi dia mengisyaratkan tak punya pilihan selain pasangan Joko Widodo-Ma’ruf Amin.

"Jadi jangan tanya lagi [dukungan] saya. Sudah tahu sama tahu saja. Apalagi saya Gubernur Banten, dukungan dan doa dari beliau. Jadi saya tidak berpanjang kalam, sudah paham," katanya.

Wahidin menjelaskan, sejak menjabat wali kota Tangerang, Ma'ruf selalu rutin hadir dalam pengajian dan tausiah di wilayahnya. Dukungan kepada Ma'ruf sudah sepantasnya ia sampaikan karena Ma'ruf seorang ulama besar dan mantan rais aam NU.

Selain itu, katanya, mayoritas masyarakat Banten adalah kalangan nahdliyin atau warga NU yang sudah jelas sikap politik mereka. "Saya tahu persis di Banten hampir 99 persen kaum nahdliyin, yang harus kita gerakkan secara sosial, ekonomi, dan secara politik sama-sama kita bangun," ujarnya.

Tak takut intimidasi

Ma'ruf, dalam kesempatan sebelumnya, berharap para pendukungnya tidak takut datang ke tempat pemungutan suara pada 17 April 2019. Dia merasa perlu mengingatkan itu karena belakangan berkembang rumor pengerahan massa untuk menekan masyarakat agar tidak memilih calon tertentu.

"Sebab ada isu-isu akan ada intimidasi, akan ada menghalangi orang supaya tidak memilih, dan juga ada upaya-upaya melakukan tekanan-tekanan," katanya usai menghadiri Apel Akbar Barisan Pengawal Ulama di wilayah Lapangan PIK Penggilingan, Cakung, Jakarta Timur.

Bentuk intimidasi itu bisa berakibat takutnya masyarakat atau pendukungnya ke TPS. Ia meminta, barisan relawan di belakang dia dan Jokowi meyakinkan orang-orang di sekelilingnya agar tak khawatir.

Berulang kali Mustasyar NU itu mengatakan bahwa pemilu adalah sekali lima tahun sekali yang mestinya dirayakan secara gembira, bukan menakut-nakuti.