Kisah Petugas TPS; Di Garut Keguguran, di Depok Pecah Pembuluh Darah

Petugas KPPS di Padang memindahkan bilik suara karena angin kencang dan hujan di Tabiang Banda Gadang, Padang, Sumatera Barat, Sabtu (27/4/2019). TPS di daerah tersebut rusak akibat angin kencang dan hujan sejak Sabtu pagi?Ilustrasi.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra

VIVA – Sebanyak 101 petugas Pemilihan Umum (Pemilu) 2019 di Jawa Barat dinyatakan meninggal dunia. Angka kematian tersebut terjadi akibat faktor kelelahan dan riwayat penyakit hingga serangan jantung karena waktu pengerjaan memakan waktu ekstra.

Divisi SDM dan Litbang Komisioner KPU Jawa Barat, Undang Suryatna menjelaskan dari laporan yang diterimanya, para petugas meninggal diakibatkan rasa lelah yang tidak wajar. Selain wafat, pihaknya juga mencatat petugas yang mendapat dampak serius terhadap kesehatannya.

Salah satunya, menurut Undang, petugas TPS di Kota Depok, Malpendi. Tutur Undang, Malpendi mengalami pecah pembuluh darah. “Sakit pecah pembuluh darah karena kecapean mengurus logistik Pemilu 2019," ujar Undang, Selasa 30 April 2019.

Selain petugas asal Depok, lanjut Undang, petugas TPS di Kecamatan Pendeuy Kabupaten Garut, Pipit Nuraeni harus rela kehilangan kandungannya yang berusia tiga bulan setelah menjalankan tugas sortir dan pelipatan surat suara Pemilihan Presiden (Pilpres) dan Pemilihan Legislatif (Pileg).

"Terjadi pendarahan ketika sortir dan pelipatan surat suara presiden dan wakil presiden. Kemudian setelah beberapa hari pendarahan tanpa henti sepulang menjadi pemateri bimbingan teknis di tiga desa yang ada di Kecamatan Peundeuy. Tepatnya jam 02:30 WIB terjadi kontraksi hebat sehingga menyebabkan janin yang baru tiga bulan keluar (guguran)," cerita Undang.