'Aroma Karsa' Bikin Dewi Lestari ke Bantargebang-Gunung Kawi

VIVA – Dewi Lestari akhirnya merilis novel ke-12 berjudul Aroma Karsa dalam bentuk fisik. Novel yang mencapai 107 ribu kata tersebut membuatnya tertantang, apalagi ini merupakan novel epik.

Wanita dengan sapaan Dee itu merasa semakin terpacu adrenalinnya sebagai seorang penulis. Khususnya memperdalam teknik penuturan dan struktur penulisan ketika menggarap novel tersebut.

"Karena memang ketika sudah saya susun dramanya, saya sempat berpikir, 'Wah ini akan jadi drama yang sangat rumit'. Bagaimana yang rumit ini diikuti dengan mengalir dan masuk akal, itu seninya," katanya saat jumpa pers di Le Seminyak Cafe, Cipete, Jakarta Selatan, Rabu, 14 Maret 2018.

Wanita kelahiran Bandung itu pun ikut mencoba kelas meracik parfum di Singapura demi totalitas dalam pembuatan novel. Bahkan dia tak malu mengunjungi pusat pembuangan sampah Bantargebang di Bekasi hingga mendaki Gunung Lawu di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur.

"Sampai di sana (Singapura) itu yang saya cari bahan bahan yang menarik. Contohnya, amber grace, berasal dari muntahan paus, mahalnya minta ampun. Itu muntahan ikan paus, mengering selama berapa puluh tahun di laut, kemudian terbawa ke pinggir pantai, itu bisa dilelang laku Rp500 juta, dibeli oleh rumah-rumah parfum besar," tutur pelantun Ketika Kau Jauh itu.

Adapun Aroma Karsa mengisahkan tokoh utama pria bernama Jati Wesi dan seorang perempuan bernama Tanaya Suma. Mereka merupakan tokoh sentral dalam novel Dee kali ini. Jati Wesi adalah pria asal Bantargebang, yang berprofesi sebagai peracik parfum di pasar. Banyak orang terpikat dengan keahlian indera penciumannya.

"Saya membaca buku teori tentang menulis, hampir semua mengungkapkan deskripsi penciuman itu punya kekuatan yang sebetulnya lebih kuat daripada visual di tubuh manusia. Aroma Karsa betul-betul memaksa saya menggali Bahasa Indonesia, juga ada perumpamaan atau metafora yang tidak pernah saya lakukan sebelumnya," kata wanita bernama lengkap Dewi Lestari Simangunsong ini. (one)