Liverpool vs City: Handball Penentu Juara Liga Inggris Musim Ini?

Manajer Manchester City, Pep Guardiola. - Reuters
Sumber :
  • bbc

Musim lalu, gelar juara Manchester City ditentukan oleh jarak 11 milimeter. Musim ini, apakah 21 detik menjadi penentu gelar Liga Primer?

Pada laga di Stadion Anfield, Minggu (10/11) waktu setempat, Liverpool memperlebar jarak dengan Manchester City sejauh sembilan poin dalam klasemen sementara Liga Primer melalui kemenangan 3-1.

Namun, hasil pertandingan itu bisa saja berbeda jika wasit berkata lain saat laga berjalan lima menit dan lima detik.

Saat itu, para pemain asuhan Pep Guardiola yakin mereka seharusnya mendapat penalti setelah umpan silang Bernardo Silva mengenai bek kanan Liverpool, Trent Alexander-Arnold.

Selang 21 detik dari insiden itu, City tertinggal satu gol.

Apa yang terjadi?


Manchester City berkeras bahwa mereka seharusnya mendapat tendangan penalti setelah umpan Bernardo Silva mengenai Trent Alexander-Arnold. - Reuters

Silva menyepak bola dari sektor kanan pertahanan Liverpool menuju Sergio Aguero yang berdiri menanti umpan di kotak penalti.

Saat bola datang menghampiri Aguero, Alexander-Arnold berupaya menghalangi dan si kulit bundar malah mengenai lengan kanannya.

Akan tetapi, wasit Michael Oliver tidak menggubris insiden itu dan malah melambaikan tangan, tanda instruksi untuk segera melanjutkan permainan. Para pemain City tidak terima dan langsung memprotes keputusan wasit.

Di lain pihak, kubu tuan rumah terus menggulirkan bola dan langsung melancarkan serangan ke jantung pertahanan City.

Hasilnya?

Fabinho mampu melepaskan bola dari jarak 22 meter ke sudut kiri gawang yang tidak bisa dijangkau kiper Claudio Bravo sehingga anak-anak asuhan Jürgen Klopp unggul 1-0. Semuanya terjadi dalam periode 21 detik sejak Alexander-Arnold dituding melakukan pelanggaran handball di dalam kotak penalti.

Setelah pertandingan, pemain bernomor punggung 66 itu mengatakan kepada SkySports: "Saya pikir [bola] itu mungkin mengenai lengan saya, namun kena Bernardo Silva lebih dulu, mereka mengajukan complain tapi kami harus tetap bermain."

Sementara itu, mantan kapten City, Vincent Kompany, berdalih permainan seharusnya dihentikan di kotak penalti Liverpool, terlepas dari apapun keputusan akhir wasit.

Dia berujar kepada SkySports: "Anda bisa berargumen mengenai handball Bernardo sebelumnya—Saya pikir dia tidak mengetahuinya sama sekali dan itu adalah posisi yang wajar. Namun [Alexander-Arnold] adalah handball, itu bukan posisi yang wajar. Hentikan laga dan buatlah keputusan.

"Anda bisa berdalih apapun, tapi saya menilai tangan Bernardo pada posisi yang wajar dan Alexander-Arnold tidak."

Apa yang terjadi musim lalu?

Musim lalu, penentuan nasib kedua tim terjadi pada 3 Januari, ketika Liverpool bertandang ke Stadion Etihad untuk memperlebar jarak dengan Manchester City di puncak klasemen Liga Primer.

Ketika skor masih 0-0, bola yang dilesatkan Sadio Mane menghantam tiang gawang dan usaha John Stones untuk menghalaunya malah membentur kiper Ederson. Bola kembali mengarah ke gawang sehingga memaksa Stones meluncur dan mengenyahkan bola dari garis gawang.

Teknologi garis gawang menunjukkan bola masih lekat dengan garis setipis 11,7 milimeter. Artinya, tidak gol.

Manchester City kemudian memenangi laga 2-1 dan itulah kekalahan satu-satunya Liverpool pada musim 2018-2019. City belakangan meraih gelar juara dengan unggul satu poin pada klasemen akhir, Mei lalu.

`Sampah!`

"Tanya wasit, jangan tanya saya. Tanya Mike Riley dan para kru VAR," cetus Guardiola ketika ditanya soal keputusan wasit terhadap insiden yang melibatkan Alexander-Arnold di kotak penalti.

Lantas, apa yang dikatakan wasit?

Keputusan untuk tidak memberikan penalti kepada City, menurut Dewan Ofisial Pertandingan Profesional, karena klaim handball atas Trent Alexander-Arnold "tidak memenuhi pertimbangan untuk handball yang disengaja".

Keputusan itu dikecam sejumlah pihak.

"Benar-benar sampah! Sangat tidak masuk akal," kata Chris Sutton, mantan pesepakbola Liga Primer yang sekarang menjadi pengamat sepak bola untuk BBC Radio 5 setelah membaca pernyataan ofisial.

"Jika saya pemain Man City, saya akan berang. Dalam pertandingan yang ditentukan oleh momen-momen sedemikian kecil, itu adalah perwasitan yang buruk."

Sutton menambahkan: "Akan ada kontroversi. Tampak lengan Tren berada pada posisi yang tak wajar. Saya pikir Alexander-Arnold adalah bocah yang sangat, sangat beruntung. Seharusnya itu penalti.

"Saya tidak paham mengapa itu [penalti] tidak diberikan. Lengannya keluar, bola mengenainya pada lengan, itu penalti. Saya tidak paham dengan penjelasan aturan handball yang diberikan kepada kita mengenai definisi penalti.

"Mengapa Michael Oliver tidak pergi sendiri dan melihat monitor? Nanti dia akan melihat lagi keputusannya dan tahu dia berbuat kesalahan."

Robbie Savage, yang juga menjadi pengamat untuk BBC Radio 5 Live, menambahkan: "Bagaimana bisa itu tidak handball? Jelas-jelas omong kosong. Gunakanlah monitor yang ada di pinggir lapangan. Itu kesalahan besar."

Reaksi atas insiden

Sebelum pertandingan dimulai, banyak kalangan yang memprediksi peran VAR dalam pertandingan kelas kakap ini.

Melalui teks yang disiarkan langsung BBC, ramalan mengenai VAR terbukti tepat.


Ramalan soal peran VAR - BBC

Liverpool pada akhirnya dapat merebut tiga angka. Setelah gol Fabinho, Mohamed Salah menggandakan keunggulan tuan rumah sebelum babak pertama usai.

Adapun Manchester City masih kesal dengan gol pertama, yang dapat dilihat dari reaksi asisten pelatih Mikel Arteta saat berdiskusi dengan wasit keempat Mike Dean ketika kedua tim muncul dari kamar ganti untuk memulai babak kedua.

Gol pamungkas Liverpool yang dicetak Sadio Mane menempatkan City ketinggalan tiga gol, yang pertama dalam laga Liga Primer sejak Januari 2018 dan juga terjadi di Anfield.

City mampu melesakkan bola ke gawang Liverpool melalui Silva , namun gol itu hanyalah penghias dalam laga dramatis tersebut.

Liverpool kini mengantongi 34 poin di klasemen sementara Liga Primer, sementara City berada di posisi keempat dengan tertinggal sembilan poin.

Pada posisi kedua terdapat Leicester City yang diarsiteki mantan manajer Liverpool, Brendan Rodgers. Sedangkan di peringkat tiga diduduki Chelsea.

Dengan kondisi demikian, tim mana yang mampu mencegah Liverpool menjuarai Liga Primer untuk pertama kali?