Gagal Juara Lagi, Praveen/Melati Harus Berlatih 1000 Smes

Ganda campuran, Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti.
Sumber :
  • PBSI

VIVA – Pasangan ganda campuran Merah Putih, Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti harus puas tampil sebagai runner up ajang Australia Open 2019 akhir pekan lalu. Di partai puncak, Ucok/Meli ditekuk duo China, Wang Yilyu/Huang Dongping dua game langsung, 15-21 dan 8-21, Minggu 9 Juni 2019.

Meski demikian, sejumlah torehan apik mampu dicatatkan duet asal klub PB Djarum Kudus tersebut menuju final, yakni denan menumbangkan unggulan ketiga asal Jepang yang juga juara All England 2018, Yuta Watanabe/Arisa Higashino serta peraih perak Olimpiade Rio de Janeiro 2016 asal Malaysia, Chan Peng Soon/Goh Liu Ying.

Hasil ini merupakan ketiga kalinya Ucok/Meli gagal di partai puncak tahun ini usai menorehkan catatan serupa di gelaran final India Open dan New Zealand.

Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi (Kabid Binpres) PP PBSI, Susy Susanti menilai meskipun belum berhasil mengunci satu gelar, namun Praveen/Melati sudah banyak progres.

"Sebetulnya sayang, berapa kali belum bisa memanfaatkan kesempatan dengan baik. Di perempat final dan semifinal, mereka tampil luar biasa, betul-betul luar biasa mainnya. Praveen/Melati ini sebetulnya salah satu pasangan yang ditakuti sama lawannya, tapi balik lagi ke kematangan mereka," ungkap Susy Susanti dalam rilis resmi PBSI.

"Saya melihat mereka sudah mulai stabil, nggak kalah di babak-babak awal. Minimal babak perempat final, semifinal ke final. Kalau sebelumnya bisa kalah sama lawan yang tidak diunggulkan di babak awal, sekarang sudah bisa menunjukkan kelasnya. Praveen/Melati harus mempertahankan peringkatnya di delapan besar dunia, mereka harus tahu standard mereka di mana," jelas Susy.

Kekalahan di final Australia Open 2019 merupakan kekalahan kelima beruntun yang dialami Praveen/Melati dari pasangan rangking dua dunia tersebut. Praveen/Melati belum pernah berhasil mengalahkan Wang/Huang.

Permainan cepat dan kematangan strategi yang diterapkan Wang/Huang memang sangat membuat Praveen/Melati kewalahan. Mereka tidak bisa keluar dari tekanan demi tekanan dan sulit mengembangkan permainan.

"Praveen/Melati juga harus lebih cerdik menganalisa lawan, misalnya Wang/Huang, sudah lima kali kalah. Benar-benar harus dipelajari kekalahan sebelumnya, misalnya banyak error, ya perlu ditingkatkan fokusnya, diperkuat defense-nya, misalnya Melati di latihan 'dikeroyok' lawan tiga pemain putra. Atau serangannya? latihan smash sampai 1000 bola deh istilahnya," ujar Susy.

"Kalau kami lihat kan pasangan China ini pintar, mereka tidak pernah memberi bola ke atas pada Praveen, nah Praveen tidak dapat serangan, sedangkan ini andalan dia. Program latihan dari pelatih mungkin bisa ditambahkan, bagaimana placing-nya Praveen bisa lebih halus, lalu jangan nafsu, nggak apa-apa main reli dulu, adu dulu, begitu ada kesempatan, baru serang. Jadi ini, antisipasi dan pancingan serangan ini yang mungkin bisa diterapkan sebagai variasi bagi Praveen/Melati," tegas Susy.