Terungkap, Penyebab Hawkeye Belum Terpasang di Indonesia Open

Ilustrasi teknologi "Hawkeye" pada pertandingan bulutangkis
Sumber :
  • victorsport.com

VIVA – Ada yang sedikit berbeda dari dua hari pertama penyelenggaraan pertandingan Blibli Indonesia Open (BIO) 2019 BWF World Tour Super 1000.

Rupanya, pada lapangan utama venue Istora Gelora Bung Karno, Jakarta, tidak tersedia teknologi "Hawkeye" atau mata elang yang kerap difungsikan dalam setiap pertandingan resmi ajang BWF World Tour Super.

Hawkeye adalah alat yang digunakan untuk melakukan pengamatan terkait titik jatuhnya shuttlecock di lapangan pertandingan. Alat tersebut biasanya dipasang di lapangan utama sebuah venue turnamen untuk membantu empire dan pemain saat meminta challenge.

Dan usut punya usut, alat hawkeye untuk gelaran BIO 2019 sempat salah alamat pengiriman dari kantor BWF di Kuala Lumpur, Malaysia. Alih-alih hendak mengirim ke Jakarta, paket pengiriman alat hawkeye justru terkirim ke Kota Chongqing, China.

Hal tersebut telah dikonfirmasi kebenarannya oleh Ketua Umum Panitia Pelaksana BIO 2019, Achmad Budiharto.

"Hawkeye itu sudah dikirim 2-3 hari sebelum tanggalnya. Tapi, ada kode sama, terkirimnya ke negara lain. Kode bandara kan CGK, tapi barangnya kebawa ke China," ungkap Achmad Budiharto yang juga menjabat Sekretaris Jenderal PP PBSI kepada para wartawan.

"Karena sudah masuk ke sana, jadi harus tahan dulu tiga hari baru kirim balik lagi, jadi terlambat. Sebenarnya kemarin sore itu sudah sampai di bandara dan harusnya bisa dipasang tadi malam. Tapi, ternyata ada hambatan kecil yang cukup ngaruh besar. Dokumen pendukungnya banyak tidak sesuai," jelasnya.

Terkait hal tersebut, Budiharto memastikan tidak ada sanksi apapun dari BWF akibat belum terpasangnya hawkeye hingga hari pertandingan kedua, Rabu 17 Juli 2019.

"Kesalahan pihak pengirim. Itu yang ngirim kan BWF, yang mengadakan kan BWF. Dari Malaysia, kirim dari kantor pusat BWF," tegas Budiharto. (one)