Dahsyatnya Greysia/Apriyani Vs Pembantai 3 Ratu Bulutangkis di Istora

Pertarungan Greysia/Apriyani vs Kim/Kong.
Sumber :

VIVA – Kamis Wage, 18 Juli 2019, malam di ujung petang, terjadi pertarungan besar BLIBLI INDONESIA OPEN 2019, di lapangan 3 Istora Senayan, Jakarta. Antara Greysia Polii/Apriyani Rahayu melawan 2 gadis muda Korea Selatan, berjuluk pembantai ratu-ratu bulutangkis dunia di New Zealand Open 2019, Kim So Yeong/Kong Hee Yong.

Pertandingan berlangsung panas, semangat kedua pasangan berkobar meski bertarung di bawah teror armosfer jeritan suporter setia tuan rumah.

Dari awal gim pertama saja, mereka sudah adu kuat dan cepat di lapangan. Saling salip poin terjadi hingga di waktu krusial. 34 menit mereka saling gempur dan hasilnya, Kim/Kong merebut kemenangan dengan angka tipis, 20-22.

Apa yang terjadi gim pertama membuat Greysia/Apriyani semakin berkobar saja. Terbukti, di awal gim kedua, 3 poin langsung didapat. Kim/Kong benar-benar dibuat tak berdaya, jelang jeda saja Greysia/Apriyani unggul jauh 11-3.

Tapi, itu belum seberapa, pertarungan hebat selanjutnya terjadi mendekati waktu krusial. Apalagi ketika Greysia/Apriyani unggul 18-13. Untuk mendapatkan 4 poin menuju kemenangan sangat sulit. Pertahanan Kim/Kong sangat kuat. Serangannya pun mematikan. Apriyani beberapa kali berhasil menjebol pertahanan Kim/Kong dengan smes menyilang.

FOTO: Kim/Kong selebrasi kemenangan.

Hanya saja sekali lagi, Greysia/Apriyani lupa bahwa lawan mereka ini memiliki smes panjang yang berbahaya. Malahan seringkali Greysia/Apriyani memberikan bola-bola lambung jauh. Dan efeknya sangat dahsyat, pada kedudukan 19-17, Kim/Kong melakukan serangan seporadis ke pertahanan Greysia/Apriyani, terhitung 7 smes ditembakkan beruntun secara bergantian dari baru bisa menjebol pertahanan Greysia Polii.

Jeritan-jeritan tak henti terpancar dari mulut-mulut gadis-gadis negeri ginseng itu. Poin pun terus merambat naik mendekati angka lawan. Tapi perjuangan mereka akhirnya berakhir setelah di menit 60, Greysia/Apriyani merebut kemenangan dengan angka 21-18.

Pertandingan akhirnya dituntaskan dengan 1 gim tambahan. Kali keadaan berubah, Kim/Kong yang terlihat lebih berjaya menguasai pertandingan. Dalam beberapa menit saja mereka sudah unggul 2-7 dari Greysia/Apriyani.

Greysia/Apriyani memang pantas diandalkan Indonesia, bagaimana tidak, saat tertinggal itu, mereka tak lantas patah arang, dengan ditemani suara gemuruh suporter mereka mulai mendikte jalannya pertandingan, hasilnya sangat luar biasa, Kim/Kong dibuat berhenti menyerang. Greysia/Apriyani mulai mempermainkan tempo dengan lebih banyak melepaskan bola-bola ringan.

Dan beberapa kali Kim/Kong lengah dengan strategi itu dan kebobolan hingga akhirnya tak disadari perolehan poin Greysia/Apriyani sudah menempel pada kedudukan 6-7.

Strategi Greysia/Apriyani berjalan mulus hingga mendekati jeda. Mereka berhasil meredam energi muda lawan. Di satu sisi, memang lelah sudah mulai mendera efek dari pertarungan sengit di dua gim sebelumnya.

Tensi pertandingan sedikit menurun, poin pun baru beranjak ke angka 7-9. Kedua pasangan memilih memulihkan stamina dengan beristirahat saat lapangan dibersihkan. Di menit 75 pertandingan dilanjutkan, Greysia/Apriyani kembali mengempur sporadis, Kim/Kong juga meladeni dengan pertahanan rapat.

Saat kedudukan 8-10, terjadi sebuah insiden. Greysia Polii tiba-tiba memprotes cara Kim melakukan servis. Greysia menghampiri wasit dan meminta keputusan. Insiden ini menambah panasnya drama memperebutkan tiket ke perempatfinal turnamen berhadiah total 1.250.000 dolar Amerika Serikat.

FOTO: Protes Greysia/Apriyani ke wasit.

Wasit pun menyatakan, servis Kim melanggar dan poin akhirnya bertambah untuk 9-10. Di menit 81, Greysia/Apriyani berhasil menyamakan angka 10-10. Tapi Kim/Kong juga mendapatkan 1 angka untuk menutup jeda dengan keunggulan sementara 10-11.

Usai jeda Kim/Kong mendapatkan tambahan 1 angka untuk keunggulan 10-12. Namun, belum lama laga dilanjutkan, insiden protes terulang lagi, kali ini Kim yang berteriak keras pada wasit menyatakan bahwa bola servisnya menyentuh tubuh Apriyani sebelum bola itu keluar lapangan. Tapi wasit memutuskan bola keluar dan skor berubah 11-12.

Kim/Kong kembali merenggangkan jarak angka setelah mendapatkan 2 poin beruntun dan mengubah angka di papan skor menjadi 11-14. Kedua pasangan terlihat sangat lelah, di menit 85 mereka meminta waktu untuk pembersihan lapangan.

Usai mencuri waktu untuk menghela napas, pertandingan dilanjutkan dan dengan cepat Greysia/Apriyani mencuri 1 angka untuk mengubah skor jadi 12-14. Tapi, setelah itu Kim/Kong melejitkan poin menjadi 12-17.

FOTO: Protes Kim/Kong ke wasit.

Protes kembali terjadi, saat itu Kim merasa bola pengembalian dari Apriyani keluar lapangan. Tapi wasit memiliki keputusan lain. Akhirnya poin Greysia/Apriyani bertambah lagi jadi 13-17.

Dan akhirnya, setelah terus-terusan digempur, pertahanan Greysia/Apriyani semakin goyah. Puncaknya sebuah pukulan Apriyani usai menahan gempuran smes beruntun, terbang jauh melebar dan tepat di menit 94, laga tuntas. Kim/Kong menang 13-21 dan melaju ke perempatfinal menghadapi pemenang laga antara peraih medali emas Olimpiade 2016, Misaki Matsutomo/Ayaka Takahashi dengan ganda Jiran, Chow Mei Kuan/Lee Meng Yean.

Perlu diketahui, nama Kim/Kong mendadak ditakuti para ganda putri dunia setelah mereka membantai 3 ratu bulutangkis dunia saat merebut gelar juara di New Zealand Open 2019.

Menghabisi juara dunia 2018, Mayu Matsumoto/Wakana Nagahara di perempatfinal, mengalahkan Yuki Fukushima/Sayaka Hirota di semifinal dan menumbangkan Misaki Matsutomo/Ayaka Takahashi di final.

Dengan hasil, Indonesia kembali puasa gelar juara ganda putri Indonesia Open untuk yang ke 11 tahun. Perlu diketahui, kita terakhir kali menguasai gelar juara ganda putri di Indonesia Open 2008, gelar itu didapatkan Vita Marisa/Liliyana Natsir.

Meski apapun yang terjadi di Istora malam ini, Greysia Polii dan Apriyani layak mendapatkan ucapan terima kasih dari kita semua pecinta bulutangkis Indonesia. Semoga Indonesia Open 2020 kita berjaya.

Baca: Luar Biasa, Fajar/Rian Baru Saja Bikin Istora Senayan Bergemuruh Hebat