Tengok Indahnya Kota Seribu Candi, Magelang

Candi Borobudur di Kabupaten Magelang Jawa Tengah sebagai salah satu cagar budaya yang paling banyak dikunjungi wisatawan
Sumber :
  • vstory

VIVA – Selain objek wisata alam dan kuliner yang khas, Kabupaten Magelang di Provinsi Jawa Tengah juga menyimpan potensi wisata bersejarah, salah satunya candi. Tak kurang dari 10 candi tersebar di wilayah Kabupaten Magelang.

Kepala Dinas Pariwisata, Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Magelang Iwan Sutiarso mengungkapkan keberadaan candi-candi di Kabupaten Magelang relatif banyak. Bahkan berdasarkan sejarah, Kabupaten Magelang konon merupakan metropolitan, sehingga candi-candi yang ada di wilayah ini merupakan potensi pariwisata, baik wisata budaya, wisata edukasi, maupun wisata religi.

“Harapannya akan menambah daya tarik wisata yang ada, yang pada akhirnya akan memperpanjang lama tinggal wisatawan,” ujar Iwan.

Antusiame wisatawan untuk berkunjung, terutama Candi Borobudur masih cukup tinggi, sementara candi-candi yang lain relatif menarik.

“Wisatawan mancanegara lebih menikmati filosofi dari relief dan candi itu sendiri, sementara wisatawan nusantara lebih pada selfi/foto/ambil gambar saja,” ungkap Iwan yang juga menjabat Plt Asisten Pemerintahaan Setda Kabupaten Magelang.

Bagi wisatawan, candi menjadi pilihan destinasinya karena merupakan warisan budaya nenek moyang.

“Selain itu untuk keperluan penelitian/edukasi, untuk beribadah/religi, baru kemudian untuk rekreasi,” imbuhnya.

Keunikan atau karakteristik candi yang ada di Kabupaten Magelang masing-masing tidak sama. Misalnya Borobudur merupakan candi agama Budha, sedangkan Mendut merupakan candi agama Hindu.

Begitu pula dengan Candi Selogriyo yang sensasinya lebih kepada gelar Hidden Temple (candi yang terembunyi), karena lokasinya yang relatif tersembunyi.

“Begitu pula candi-candi yang lain yang filosofinya tergambarkan pada relief-reliefnya,” papar Iwan.

Di antara candi yang paling banyak dikunjungi wisatawan adalah Borobudur karena sudah cukup dikenal sebagai world heritage. “Adapun angka kunjungannya sebesar 6,5 juta orang pada tahun 2019,” jelas Iwan.

Iwan mengemukakan, untuk mengelola candi lainnya di Kabupaten Magelang agar bisa mendunia, bisa dilakukan dengan beberapa hal, di antaranya penataan secara fisik, sinergitas pengelolaan antar lembaga/kementerian. “Serta memaksimalkan promosi atau informasi,” pungkasnya.

Ini dia 15 pesona destinasi wisata candi di Kabupaten Magelang.

1. Candi Borobudur

Candi Borobudur merupakan candi yang paling terkenal dan paling banyak dikunjungi di Kabupaten Magelang. Candi yang terletak di desa Borobudur Kecamatan Borobudur ini menjadi destinasi favorit turis mancanegara. Candi Borobudur dibangun untuk memuliakan agama Budha Mahayana. Keberadaan Candi Borobudur terungkap pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Inggris, Sir Thomas Stamford Raffles pada 1835.

Candi Borobudur berbentuk punden berundak dengan bentuk persegi serta memiliki tangga di keempat sisinya. Bangunan bersejarah ini memiliki 1.460 panel relief cerita yang tersusun dalam 11 deret di sekeliling bangunan candi, yaitu pada bagian kaki dan tubuh candi, salah satunya bernama relief Karma wibangga.

2. Candi Pawon

Candi Pawon merupakan candi Budha yang terletak di Dusun Brojonalan Desa Wanurejo Kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang. Diperkirakan dibangun pada abad VIII – IX Masehi. Di dalam bilik Candi Pawon sudah tidak ditemukan adanya arca. Dinding candi dihiasi dengan relief pohon hayati (Kalpataru) yang diapit pundi-pundi dan Kinara-Kinari (burung berkepala manusia).

3. Candi Mendut

Candi Mendut terletak di Dusun Mendut Desa Mendut Kecamatan Mungkid Kabupaten Magelang. Candi Mendut, Pawon dan Borobudur berada dalam satu Garis Imaginer yang lurus, dan ada dugaan bahwa ketiga candi tersebut memiliki kaitan yang erat.

Candi Mendut adalah Candi Budha Tantrayana yang di dalamnya tersimpan tiga arca Dewa, yaitu Dhyani Budha Vairocana, Bodhisattwa Avalokitesvara, dan Bodhisattwa Vajrapani. Ketiga patung tersebut tingginya sekitar 3 meter dan merupakan lambing 3 Dewa yang membebaskan 3 buah karma bagi penganutnya.

Candi Mendut diperkirakan dibuat sekitar abad VIII – IX Masehi, hingga suatu saat runtuh karena bencana alam dan terbengkalai selama beberapa abad lamanya. Baru pada 1836 di antara semak belukar, reruntuhan Candi Mendut mulai terkuak kembali.

Upaya pemugaraannya diawali pada 1897 s.d 1925 oleh Pemerintah Belanda dengan hasil seperti yang terlihat saat ini, meskipun tidak semua batu asli dapat terpasang karena banyak yang hilang atau belum ditemukan.

4. Candi Ngawen

Candi Ngawen terletak di Dusun Ngawen Desa Ngawen Kecamatan Muntilan. Komplek Candi Ngawen terdiri atas lima bangunan candi yang berjajar ke samping. Berdasarkan temuan arca yang ada di bilik maupun di halaman candi, dapat diketahui Candi Ngawen adalah candi Budha yang didirikan sekitar abad VIII – IX Masehi.

Di dalam bilik candi terdapat arca Dyani Budha Ratnasmbhawa, sayangnya sudah tanpa kepala. Sedangkan pada tiap sudut kaki candi terdapat arca singa dalam posisi berdiri.

5. Candi Selogriyo

Candi Selogriyo terletak di kaki bukit Condong Dusun Campurejo Desa Kembangkuning Kecamatan Windusari. Candi Selogriyo merupakan bangunan tunggal yang berfungsi sebagai tempat pemujaan leluhur yang ditemukan pada 1835 oleh Residen Kedu yang bernama Hartman berkebangsaan Belanda. Pada 1955 – 1957 dilakukan pemugaran yang pertama oleh Dinas Purbakala.

Berdasarkan arca yang ada, yaitu Agastya, Ganesya, Durga Mahesasuramardini, Nandhiswara, dan Mahakala, Candi Selogriyo dipastikan Candi Hindu.

Candi Selogriyo diperkirakan dibangun pada abad VIII M. Pada 31 Desember 1998 jam 02.00 WIB Candi Selogriyo runtuh akibat hujan yang menyebabkan longsor. Candi Selogriyo mengalami keruntuhan hingga 70 persen, kemudian diperbaiki oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Tengah.

6. Candi Lumbung

Candi Lumbung terletak di tepi Sungai Pabelan Dusun Tlatar Desa Krogowanan Kecamatan Sawangan.

Pada bagian pipi tangga terdapat hiasan sulur gelung dan Makara pada bagian ujungnya, sedangkan pada dinding pipi tangga terdapat relief sulur gulung yang keluar dari pot dan diapit dua ekor burung, sedangkan pada kaki candi terdapat relief Ghana.

Erupsi Gunung Merapi 2010 menyebabkan tebing di belakang candi longsor dan sebelum mengakibatkan candi runtuh, para ahli purbakala Jawa Tengah berinisiatif memindahkan candi ke tempat yang aman, yaitu di perkampungan Dusun Tlatar.

7. Candi Asu

Candi Asu merupakan candi Hindu yang terletak di Dusun Candi Pos Desa Sengi Kecamatan Dukun. Candi Asu dan Candi Pendem diduga dibuat dalam waktu hampir bersamaan, hal ini dapat dilihat dari panel relief yang masih kosong, relief Ghana dan Makara yang belum selesai dikerjakan sudah tertimpa bencana Gunung Merapi, sehingga ditinggalkan oleh penganutnya.

Candi Asu, Candi Pendem dan Candi Lumbung sama-sama memiliki relief burung.

8. Candi Pendem

Candi Pendem merupakan candi Hindu yang ditemukan seorang petani saat mencangkul sawahnya. Karena itulah dinamakan candi Pendem (candi terpendam). Terletak di Dusun Candi Pos Desa Sengi Kecamatan Dukun, berjarak kurang lebih 500 meter dari Sungai Pabelan.

Pada bagian dinding pipi tangga terdapat relief Ghana (makhluk kerdil), burung dan sulur gelung.

9. Candi Losari

Keberadaan Candi Losari yang berada di Dusun Losari Desa Salam Kecamatan Salam Kabupaten Magelang, kini bisa semakin jelas dilihat oleh pengunjung.

Pasalnya, Candi Losari yang biasanya terendam dalam air, kini sudah kering secara permanen. Sebelumnya, air menggenangi candi dengan kedalaman sekitar 4-5 meter.

Candi Losari merupakan salah satu candi yang terawat dengan lingkungan yang tertata. Akses jalan yang mudah dah penerangan yang memadai membuat candi tersebut kerap menjadi tujuan wisatawan.

Lokasinya berada di dekat perbatasan Magelang-Yogakarta, melintasi Kecamatan Salam tepatnya di Dusun Losari Desa Salam, akan terpampang tulisan petunjuk arah ke Candi Losari. Dari jalan raya Magelang-Jogja hanya berjarak 300 meter untuk menuju lokasi candi berada.

Secara sekilas, fisik Candi Losari tidak mempunyai banyak perbedaan dengan candi-candi Hindu lainnya, yang membuat beda adalah lokasi candi tersebut berada dipenuhi dengan air, alias bangunan candi terendam dengan kedalaman 4 meter pada musim penghujan.

10. Candi Umbul

Candi umbul merupakan sebuah kolam pemandian berbentuk persegi empat yang dibuat dari batu-batu komponen bangunan candi kuno. Pemandian Air Hangat Candi Umbul memilki 2 buah kolam ukuran 12,5 x 7,15 meter dan kolam ukuran 8,5 x 7 meter.

Destinasi wisata yang satu ini menggabungkan antara wisata budaya dengan rekreasi keluarga.  Candi Umbul merupakan salah satu situs purbakala peninggalan dari Kerajaan Mataram Kuno antara tahun 800 - 850 M atau abad 9 M, sama seperti Candi Selogriyo, Candi Gedongsongo dan Candi Dieng. Berwisata ke Pemandian Air Hangat  Candi Umbul adalah pilihan tepat, berekreasi bersama keluarga sekaligus mengenal peradaban Indonesia.

Terletak di lembah Sungai Elo, di Desa Kartoharjo, Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang,  diperkirakan pada masa silam candi ini digunakan sebagai pertirtaan raja-raja dalam upacara keagaaman. Mata air di dasar kolam menyemburkan gelembung - gelembung  gas yang mengandung belerang yang dipercaya bisa menyembuhkan penyakit kulit dan reumatik. Mata air hangat yang menyembul merupakan sisa-sisa masa purba jutaan tahun silam

11. Candi Gunung Wukir

Candi Gunung Wukir berada di Dusun Canggal Desa Kadiluwih Kecamatan Salam. Berdasarkan prasasti Canggal yang ditemukan pada 1878, candi ini didirikan pada masa pemerintahan Raja Sanjaya dari zaman kerajaan Mataram Kuno, yaitu pada 732 Masehin (654 tahun Saka). Prasasti ini memiliki banyak informasi berkait dengan Kerajaan Medang atau Mataram Hindu. Berdasarkan prasasti ini, Candi Gunung Wukir mungkin memiliki nama asli Shiwalingga atau Kunjarakunja.

Kompleks tempat reruntuhan candi ini berada mempunyai ukuran 50 x 50 meter. Bangunan candi terbuat dari batu andesit. Selain prasasti, di kompleks candi ini juga ditemukan yoni, lingga (lambang Dewa Shiwa), dan arca lembu betina atau Nandi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa candi Gunung Wukir merupakan candi agama Hindu.

12. Candi Gunung Sari

Candi Gunungsari adalah candi Hindu Siwa yang terletak di Dusun Gunungsari Desa Gulon Kecamatan Salam. Lokasi candi ini berada di puncak Bukit Sari (Gunung Sari) tidak jauh dari Candi Gunung Wukir tempat ditemukannya prasasti Canggal.

Saat ini yang bisa dilihat hanyalah puing-puingpondasi dan batu yang beserakan. Kondisinya sudah hampir rata dengan tanah, dan reruntuhan lainnya sudah banyak yang hilang.

13. Candi Retno

Candi Retno berada di Dusun Cetokan 2, Desa Candiretno, Kecamatan Secang. Candi Retno terbuat dari batu bata yang kondisinya saat ini sangat memprihatinkan dan merupakan satu-satunya candi Hindu dari batu bata. Sedangkan candi-candi dari batu bata lainnya yang pernah ditemukan terpendam dalam tanah sengaja ditimbun kembali agar tidak rusak.

14. Candi Brangkal

Candi Brangkal adalah candi yang bercorak agama Hindu, terletak di Dusun Bangkal, Desa Candirejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah. situs candi ini berada di sebuah rumah bambu milik bapak Sarwono. Peninggalan candi ini berupa arca, batu candi dan juga lingga semu yang disimpan di dalam rumah Sarwono. 

Sarwono menemukan candi itu ketika hendak membuat sebuah jalan di pinggir tebing bertujuan untuk memudahkan warga ketika hendak pergi ke sungai. namun ternyata ketika membuat sebuah jalan di pinggir tebing, warga malah menemukan sebuah batu bata berukuran besar. Akhirnya warga mengumpulkan batu bata yang banyak tersebut dan menyimpannya di rumah Sarwono.

15. Candi Batur

Candi Batur terletak di Dusun Ngobaran Desa Candisari Kecamatan Windusari secara astronomis berada. Berdasarkan adanya sisa-sisa peninggalan yang berupa yoni bisa dipastikan Candi Batur merupakan Candi Hindu, akan tetapi kondisi Candi Batur sudah runtuh rata dengan tanah, meskipun masih tersisa sepasang Makara di pintu barat dan timur.  (Fany Rachmawati, Pranata Humas Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Magelang)

Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.