Indonesia Masih Sulit Menuju Negara Maju

Ilustrasi pelamar kerja
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Arif Firmansyah

VIVA – Pendiri Indonesia Economic Forum, Shoeb Kagda mengatakan, perjalanan Indonesia menuju ekonomi US$7 triliun atau menjadi negara maju sangat berat. Terutama dengan perkembangan ekonomi global saat ini yang secara serentak melemah hingga kondisi ekonomi domestik yang belum kuat meski stabil.

Heboh Loker PT KAI Dianggap Sulit, Tere Liye: Kalau Mau Gampang Daftar Jadi Caleg DPR

Menurutnya, kondisi ekonomi global memang telah menjadi tantangan semua negara. Akan tetapi, yang perlu menjadi perhatian pemerintah Indonesia, menurutnya, adalah kekuatan domestik Indonesia yang harus diperkuat, khususnya besarnya potensi tenaga kerja Indonesia.

Sayangnya, dengan potensi bonus demografi Indonesia yang besar, namun hingga saat ini lapangan pekerjaan yang layak bagi angkatan muda belum tersedia dengan baik. Tergambar dari masih banyaknya jumlah pengangguran muda di Indonesia.

KAI Buka Suara soal Syarat Loker IPK 3,5 hingga Skor TOEFL 500

"Pemuda Indonesia sangat optimistis. Tapi 35 persen lulusannya enggak mendapat pekerjaan," kata dia dalam sabutannya di Indonesia Economic Forum, Jakarta, Rabu, 20 November 2019.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, memang pengangguran di Indonesia masih diduduki oleh lulusan pendidikan tingkat formal. Dari 133,56 juta penduduk angkatan kerja pada Agustus 2019, 10,42 persennya menganggur dan merupakan lulusan Sekolah Menengah Kejuruan atau SMK.

PT KAI Buka Lowongan Kerja Syarat Minimal IPK 3,5, Netizen Heboh

Diikuti pengangguran lulusan Sekolah Menengah Atas atau SMA sebanyak 7,2 persen, Diploma I/II/III 5,99 persen, Universitas 5,67 persen, Sekolah Menengah Pertama atau SMP 4,75 persen dan terakhir dari Sekolah Dasar atau SD yang hanya sebesar 2,41 persen.

Karena itu, dia mengaku khawatir, dengan besarnya potensi bonus demografi Indonesia yang masih akan berlangsung hingga 2030 ataupun 2040, Indonesia tidak mampu mencapai predikat sebagai negara maju atau memperoleh nilai ekonomi US$7 triliun dolar pada 2045 jika angkatan mudanya masih banyak yang menganggur atau tidak memiliki pekerjaan yang layak.

"Bonus demografi Indonesia memang aset terbesar. Tapi saya takut tahun-tahun berikutnya menjadi kutukan demografi. Lihat Mesir, Chili, Venezuela, mereka punya bonus demografi, tapi sekarang jadi terjebak karena pemerintah tak mampu menciptakan pekerjaan bagi pemudanya," kata dia.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya