- U-Report
VIVAnews - Data pemerintah India menyebutkan bahwa setiap 15 menit sekali rata-rata satu orang perempuan melaporkan kasus pemerkosaan pada tahun 2018. Laporan ini semakin menggarisbawahi reputasi suram negara tersebut sebagai salah satu tempat terburuk di dunia untuk perempuan.
Dari laporan tersebut, para korban melaporan hampir 34 ribu pemerkosaan sepanjang tahun 2018, bahkan jumlah tersebut hampir tidak berubah dari tahun sebelumnya. Kelompok-kelompok pembela hak asasi perempuan mengatakan kejahatan terhadap perempuan kerap dianggap kurang serius.
"Negara ini masih dijalankan oleh pria. Satu (perdana menteri wanita) Indira Gandhi tidak akan mengubah banyak hal. Kebanyakan hakim masih laki-laki," kata Lalita Kumaramangalam, mantan ketua Komisi Nasional untuk Perempuan.
"Sangat sedikit laboratorium forensik di negara ini dan pengadilan hanya memiliki sangat sedikit hakim," ujar anggota Partai Bharatiya Janata tersebut, seperti dilansir Al Jazeera, Jumat 10 Januari 2020.
Sebelumnya, pemerkosaan terhadap seorang remaja pada tahun 2017 oleh mantan legislator negara bagian, Kuldeep Singh Sengar, mendapat perhatian nasional ketika korban mengancam akan bunuh diri lantaran menyebut polisi tidak bertindak.
Bahkan lima bulan sebelum akhirnya Sengar dihukum, keluarga korban harus didampingi keamanan ekstra setelah sebuah truk sempat menabrak mobil yang dikendarai korban, menyebabkan luka-luka dan menewaskan dua kerabat korban.
Sebuah studi oleh Pusat Penelitian Hukum dan Kebijakan di Bengaluru menyebutkan bahwa pengadilan jalur-cepat memang lebih efisien, namun tidak mampu menangani banyaknya kasus pemerkosaan.
Statistik pemerintah India pada dasarnya tidak sesuai dengan fakta di lapangan, sebab di negara tersebut masih dianggap tabu untuk melaporkan pemerkosaan di beberapa negara bagian India dan karena perkosaan yang berakhir dengan pembunuhan dikategorikan sebagai kasus pembunuhan murni.