Intip Drone Amfibi Andalan RI untuk Jaga Area Terluar

Drone OS Wifanusa
Sumber :
  • VIVA.co.id/Agus Tri Haryanto

VIVA.co.id – Pertahanan maritim Indonesia akan semakin kokoh, sebab sebentar lagi Kementerian Pertahanan akan menerbangkan dua unit burung besi Unmanned Aerial Vehichle (UAV) atau pesawat tanpa awak bernama OS Wifanusa. UAV tersebut merupakan salah satu karya anak bangsa melalui produksi oleh PT Trimitra Wisesa Abadi.

Penggunaan Pesawat Tanpa Awak sebagai Penyemprot Pestisida

Menariknya lagi, UAV yang digarap oleh PT Trimitra Wisesa Abadi ini merupakan pesawat tanpa awak tipe amfibi pertama di Tanah Air. Artinya, Wifanusa ini memungkinkan untuk mendarat atau terbang di daratan maupun lautan.

"Wifanusa ini drone pertama yang ada di Indonesia. Pertama bukan satu-satunya, tetapi untuk UAV kelas tinggi dan itu amfibi baru Wifanusa. Konsep awalnya itu, bagaimana drone bisa take off sama landing bukan hanya di landasan, tapi juga bisa di air," ujar Yosa Rosario, Electrical and Programmer System PT Trimitra Wisesa Abadi ditemui VIVA.co.id di Topad Mabes AD, Jalan Kali Baru Timur, Jakarta, Selasa, 26 April 2016.

Sukses Drone Amfibi, Tim Wifanusa Siapkan Kejutan Lain

Yosa melanjutkan, daya jelajah UAV yang terbatas membuat drone tersebut kesulitan untuk menemukan landasan yang tepat untuk di darat. Terlebih, UAV berbeda dengan pesawat awak yang daya jelajahnya luas hingga menggapai landasan yang diinginkan.

"Untuk UAV terbaik di Indonesia itu jangkauannya sekitar 100-200 kilometer. Kalau jangkauannya tersebut akan kesulitan menemukan landasan, terutama drone untuk pemantauan daerah terluar Indonesia,” ujarnya.

Drone Buatan Ongen Akan Dibekali Persenjataan

Dia mengatakan, dengan profil Indonesia yang dikenal sebagai negara maritim dengan wilayah yang lebih banyak akan airnya, maka Wifanusa ini tidak perlu mencari landasan, tapi di air sudah bisa mendarat atau terbang.

Drone yang berwarna hijau dan tampak menyerupai helikopter versi mini ini, dapat terbang di atas ketinggian lima ribu meter atau 15 ribu kaki di atas permukaan. Pesawat tanpa awak yang akan diserahkan ke Kementerian Pertahanan pada Juni 2016 ini, dapat mengangkasa antara delapan sampai 10 jam dengan bahan bakar Pertamax.

"Delapan sampai 10 jam itu daya jelajahnya sampai 500 kilometer. Wifanusa dapat mendarat atau terbang di atas lautan yang tenang, bukan kondisi badai. Jadi, saya rasa UAV Wifanusa ini paling cocok untuk digunakan di Indonesia dengan wilayahnya yang dikelilingi air," ucapnya.

Proses pembuatan Wifanusa ini menghabiskan waktu riset sekitar tiga tahun. Mengenai biayanya, Yosa menolak untuk membeberkannya. Tapi pastinya, Kementerian Pertahanan memesan drone amfibi itu kepada PT Trimitra Wisesa Abadi sebanyak dua unit.

"Bulan Mei akan selesai masa uji cobanya dan pada Juni kami akan serah terima dengan Kementerian Pertahanan," kata dia.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya