Alasan Generasi Milenial di Zaman Now Wajib Melek Investasi

Ilustrasi investasi
Sumber :
  • www.pixabay.com/nattanan23

VIVA – Otoritas Jasa Keuangan mencatat, jumlah investor di Indonesia baru berkisar satu juta investor. Angka tersebut ternyata hanya 0,39 persen dari total penduduk Indonesia yang saat ini mencapai 250 juta orang.

Sektor Manufaktur RI Jauh dari Deindustrialisasi, Ekonom Beberkan Buktinya

Tentu saja, angka itu masih sangat kecil. Padahal, saat ini, jumlah penduduk usia muda alias penduduk usia produktif di Indonesia sangat besar, dan akan mencapai puncak pada 2030.

Dengan bonus demografi besar itu, mereka para generasi milenial, diharapkan sudah melek investasi sehingga tidak terlalu konsumtif. Sebab, sebuah riset menyebut, tanpa ada kemampuan mengelola keuangan, generasi milenial, Indonesia terancam tak punya rumah. Generasi milenial yang dimaksud adalah mereka yang lahir antara tahun 1981-1994.

Ketahui Manfaat dan Risiko Saham Blue Chip, Dapatkan Dividen yang Konsisten

Sekretaris perusahaan Reliance Sekuritas, Erry TP Hidayat mengemukakan, Reliance Sekuritas saat ini juga fokus menggarap potensi investor dari kalangan mahasiswa atau generasi milenial.

Ini dibuktikan, dengan kian gencarnya Reliance mengedukasi mahasiswa di berbagai kampus agar melek dalam berinvestasi sejak dini. Juga, semakin banyaknya geleri investasi yang dibuka Reliance Sekuritas di berbagai kampus.

Beli Properti Bisa untuk Rumah Tinggal Sekaligus Investasi Jangka Panjang

Ilustrasi investasi.

Erry menjelaskan, investasi diperlukan agar bisa memenuhi keinginan, melawan inflasi, membantu memenuhi kebutuhan, juga supaya kekayaan aset meningkat dan tak kalah penting untuk mengantisipasi ketidakpastian di masa depan.

"Mahasiswa atau generasi milenal zaman now, sudah harus mulai investasi sejak dini, mereka bisa ikut Yuk Nabung saham di Reliance Sekuritas. Kami pun gencar edukasi ke berbagai kampus," ujar Erry, dalam keterangannya, Jumat 16 Maret 2018.

Ia mengungkapkan, salah satu manfaat investasi yakni untuk melawan kenaikan inflasi dan kenaikan harga barang. Sekadar contoh, pada 2000, harga sepotong burger berkisar Rp14.500, namun pada 2017, sudah mencapai Rp42 ribu.

Dengan demikian, artinya dalam kurun waktu 17 tahun ada kenaikan harga 198 persen dengan perkiraan inflasi tahunan 11,6 persen. Inflasi setinggi itu, kata Erry, hanya bisa dikejar dengan produk investasi seperti saham.  

Ingat, bagi yang memiliki pendapatan tetap, inflasi merupakan bencana. Jumlah yang diterima akan relatif tetap, tetapi harga barang terus melambung tinggi.    

"Maka, sejak dini, ubah pendapatan menjadi investasi, karena jangka panjang mampu melawan inflasi, atau ketika ada uang lebih selalu sisihkan untuk investasi," ucap Erry.

Tentu saja, mahasiswa pun harus pahami prinsip dasar investasi. Antara lain, gunakan dana lebih. Kemudian cari informasi sebanyak mungkin sebelum ambil keputusan. Jangan tempatkan seluruh dana investasi pada satu jenis instrumen. Juga, disiplin melakukan target investasi baik profit maupun cut loss.

ilustrasi generasi milenial

Sebagai investor pemula, para mahasiswa juga harus waspada dengan iming-iming janji memberi imbal hasil tinggi dalam jangka pendek. Juga waspada penawaran investasi dari perusahaan yang tidak jelas.

Kemudian, selalu cek atau riset bagaimana izin perusahaan investasi tersebut. Karena, hanya Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang berhak mengeluarkan izin perusahaan investasi di Indonesia.

"Kenali perusahaan sekuritas di mana berinvestasi. Reliance Sekuritas sudah 15 tahun dan teruji selalu memberi layanan terbaik bagi investor, dengan berbagai pilihan produk," kata Erry.

Bagi mahasiswa yang ingin berinvestasi di Reliance Sekuritas sangat mudah. Cukup sisihkan Rp100 ribu saja di program 'Yuk Nabung Saham'. Caranya, daftar atau datang langsung ke galeri investasi yang ada di kampus-kampus. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya