BPS Ungkap Hal yang Bikin AS Ngambek Dagang dengan RI

Presiden Joko Widodo (kanan) berbincang dengan Kepala BPS Suhariyanto (kiri)
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari

VIVA – Badan Pusat Statistik mencatat ekspor Indonesia pada Juni 2018 masih mengalami surplus dengan Amerika Serikat. Hal ini menunjukkan upaya Presiden AS Donald Trump untuk mengevaluasi Generalized System of Preference (GSP) terhadap 124 produk asal Indonesia untuk tahun ini belum berdampak.

Neraca Perdagangan Januari Surplus, BI: Positif Topang Ketahanan Eksternal Ekonomi RI

Kepala BPS Suahriyanto menjelaskan, ekspor Indonesia ke AS pada Juni 2018 masih mengalami surplus sebesar US$559 juta. Sedangkan, secara kumulatif dari Januari hingga Juni 2018 masih surplus sebesar US$4,1 miliar.

"Neraca perdagangan untuk AS masih surplus. Selama ini surplus ini yang membuat presidennya agak ngambek dengan kita seperti dia dengan China. Kayanya kalau orang lihat bisnis itu enggak boleh dilihat untungnya," ucap dia di Gedung BPS, Jakarta, Senin 16 Juli 2018.

5 Ancaman Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2024

Meski begitu, Suhariyanto mengatakan, surplus ini mengalami penurunan jika dibandingkan Mei 2018 yang mencapai  US$779 juta.

"Jadi sekarang masih surplus, mudah-mudahan negosiasi yang dilakukan pemerintah yang sedang berlangsung tidak seburuk yang kita bayangkan tapi saat ini belum ada dampaknya," ungkapnya.

Neraca Perdagangan RI Surplus, BI: Topang Ketahanan Eksternal Ekonomi Indonesia

Surplus neraca perdagangan Indonesia pada Juni 2018 juga terjadi terhadap beberapa negara lain, diantaranya dengan India yang sebesar US$632 juta serta belanda US$117 juta.

Sementara itu, untuk neraca perdagangan Indonesia yang mengalami defisit pada Juni 2018, diantaranya terhadap China yang sebesar US$157 dolar, Thailand US$389 juta, serta Australia yang sebesar US$206 juta.

Sedangkan berdasarkan sektornya, ekspor Indonesia pada Juni 2018 masih didominasi oleh industri pengolahan senilai US$8,55 miliar, pertambangan dan lainnya senilai US$2,53 miliar, minyak dan gas US$1,72 miliar, serta pertanian sebesar US$200 juta.
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya