Dorongan Ekonomi Domestik Buat Mata Uang Garuda Perkasa

Petugas jasa penukaran valuta asing memeriksa lembaran mata uang rupiah dan dolar AS di Jakarta.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari

VIVA – Data Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate atau Jisdor, rupiah ada di level Rp14.764 per dolar AS pada Kamis 15 November 2018, melemah dari Rp14.755 pada perdagangan Rabu 14 November 2018.

Rupiah Ambruk Pagi ini ke Rp 15.841 per Dolar AS

Namun, mata uang Garuda itu masih menguat dibanding Selasa 13 November 2018, yang berada di posisi Rp14.895 per dolar AS.

Pengamat Pasar Modal dari Asosiasi Analis Efek Indonesia (AAEI), Reza Priyambada mengatakan, penguatan rupiah ini kembali terjadi, seiring masih adanya sentimen positif dari dalam negeri.

Bank Indonesia Proyeksi Dolar AS Bakal Anjlok di Semester II-2024

"Padahal, sebelumnya terdapat kekhawatiran rupiah akan berbalik melemah, seiring dengan penguatan dolar AS akibat imbas pelemahan CNY dan EUR, karena sentimen internal masing-masing," kata Reza dalam pesan tertulisnya, Kamis 15 November 2018.

Sejumlah sentimen positif domestik yang membantu penguatan rupiah, beberapa di antaranya adalah masih bertumbuhnya kredit konsumsi hingga Kuartal-III 2018. 

Rupiah Menguat Pagi Ini, tapi Berpotensi Balik Melemah

Lalu, pertemuan Presiden Jokowi dan delegasi dengan sejumlah petinggi negara dalam KTT ASEAN,, yang diharapkan membawa sejumlah kerja sama yang memberikan nilai tambah bagi Indonesia, turut menguatkan mata uang Garuda.

Kemudian, prediksi Kadin terhadap neraca perdagangan Indonesia di Oktober 2018, yang dapat kembali surplus, menambah porsi sentimen positif di balik penguatan rupiah tersebut.

"Dari sisi global, pergerakan EUR kembali melemah dengan masalah fiskal yang dihadapi Italia, namun terimbangi dengan kenaikan GBP, di mana pelaku pasar berharap akan ada penyelesaian positif terkait Brexit," kata Reza.

Reza memprediksi, rupiah akan bergerak di kisaran 14.792-14.779 pada hari ini. Pergerakan EUR yang kembali melemah dengan masalah target defisit Italia, perlu diwaspadai, karena dapat dimanfaatkan dolar AS untuk kembali bergerak menguat.

Adanya kenaikan Poundsterling, paling tidak bisa mengurangi potensi kenaikan dolar AS tersebut. Namun demikian, diharapkan sentimen dari dalam negeri bisa kembali positif, untuk membuat rupiah bertahan di teritori hijaunya. 

Terutama, lanjut dia, jelang pertemuan RDG-BI yang diharapkan memberikan sesuatu yang positif untuk pasar. "Tetap mencermati dan mewaspadai berbagai sentimen yang dapat membuat rupiah kembali melemah," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya