Nilai Tukar Fluktuatif, Jokowi Usul Jangan Tergantung Satu Mata Uang

Presiden Jokowi
Sumber :
  • VIVA/M Ali Wafa

VIVA – Presiden Joko Widodo menilai ekonomi global saat ini, mulai dihiasi dengan aksi-aksi proteksionisme dan anti globalisasi. Menurutnya, kondisi ini mengkhawatirkan dan bisa merusak sistem perdagangan multilateral.

Erick Imbau BUMN Beli Dolar AS Besar-besaran, Menko Perekonomian hingga Wamenkeu Bilang Gini 

Tidak hanya itu, Presiden juga menilai, kondisi ini bisa mengganggu pertumbuhan ekonomi di kawasan hingga nasional masing-masing negara, akibat tidak menentunya nilai tukar mata uang. 

"Situasi ekonomi global berdampak serius bagi negara-negara di kawasan. Capital outflow yang besar mengakibatkan fluktuasi nilai tukar,” kata Jokowi, seperti dalam siaran pers Deputi Bidang Protokol, Pers dan Media Sekretariat Presiden, Rabu 15 November 2018.

Rupiah Mulai Menguat ke Level Rp 16.172 per Dolar AS

Mantan Gubernur DKI itu mengingatkan, agar terus menjaga ketahanan ekonomi. Agar mekanisme kawasan harus dipastikan berjalan dengan baik, sehingga Chiang Mai Initiative Multilateralisation (CMIM) harus diperkuat.

Jokowi juga mengusulkan, aksi konkret harus dilakukan. Pertama, meningkatkan kontribusi pada CMIM, sehingga dana bantuan yang cukup harus siap untuk membantu anggota yang membutuhkan.

Rupiah Sentuh Rp 16.128 per Dolar AS, Airlangga: Sedikit Lebih Baik dari Malaysia dan China 

Kedua, operasionalisasi CMIM harus lebih implementatif. CMIM harus tanggap membantu anggota yang terkena krisis keuangan. 

“Ketiga, saya mengusulkan, agar kita tugaskan menteri keuangan dan Gubernur Bank Sentral untuk bahas peningkatan dana talangan menjadi dua kali lipat,” lanjut Jokowi.

Presiden Jokowi juga mengingatkan, agar ketergantungan kawasan ini terhadap satu mata uang saja melalui implementasi efektif kerja sama currency swap, dan meningkatkan penggunaan mata uang lokal dalam pembayaran transaksi perdagangan lintas negara.

“Kerja sama APT (ASEAN Plus Three) harus menjadi bagian dari solusi global,” ucap Presiden Jokowi.

Maka lanjut Jokowi, APT perlu melakukan kerja sama yang lebih erat untuk mewujudkan Asia Timur dan Asia Tenggara yang stabil dan sejahtera. 

Selain itu, Presiden Jokowi mengatakan bahwa perdamaian dan kesejahteraan kawasan kita, tidak dapat dipungkiri sangat ditentukan APT. “Kerja sama ASEAN Plus Three sangat penting artinya,” tutur Presiden.

Selain dihadiri para kepala negara/kepala pemerintahan ASEAN, KTT ASEAN Plus Three ini dihadiri juga oleh PM RRT Li Keqiang, PM Jepang Shinzo Abe, dan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya