ESDM Proyeksikan B20 Bisa Hemat Devisa US$3,34 miliar pada 2019

Ilustrasi sawit. Sumber foto oleh: bpdp.or.id.
Sumber :

VIVA – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral atau ESDM memproyeksikan penghematan devisa tahun 2019 akan mencapai US$3,34 miliar dari kebijakan mandatori perluasan penggunaan B20. Penghematan devisa ini terjadi lantaran impor BBM jenis solar bisa ditekan.

Pengusaha Muda Sleman Wakili Indonesia di Forum B20 India

Direktur Bio Energi Kementerian ESDM, Andriah Feby Misna menjelaskan, kebijakan pencampuran Fatty Acid Methyil Ester (FAME) ke bahan bakar solar sebesar 20 persen (B20) ini sebetulnya sudah dimulai sejak 2016, namun hanya untuk sektor Public Service Obligation (PSO).

Perluasan kebijakan yang diluncurkan per 1 September 2018 ini pun disebut berpotensi menghemat penggunaan solar yang berasal dari impor sebesar 3,9 juta kilo liter tahun ini dan 6,2 juta kl tahun depan.

Sri Mulyani: Importance of B20 Forum for World Economic Growth

"Potensi penghematan devisa 2018 sebesar 2,1 miliar atau Rp30,59 triliun dan di 2019 nanti, devisa hemat US$3,34 miliar. Ini manfaat yang kita dapat dari implementasi B20," kata Feby di Jakarta, Kamis 6 Desember 2018.

Selain itu, lanjut dia, manfaat lainnya adalah pengurangan emisi gas rumah kaca sebesar 4,49 juta ton Co2 atau setara dengan 16.300 bus kecil. Lalu, akan ada peningkatan harga CPO dunia, penambahan tenaga kerja di industri sawit dan peningkatan nilai tambah dari hilirisasi industri Crude Palm Oil (CPO).

B20 Communique Submitted to Jokowi for Global Economic Recovery

Di satu sisi, ia juga mengakui, ada banyak tantangan yang harus dilalui dalam kewajiban penggunaan B20 ini. Salah satunya adalah isu harga, di mana harga Biodiesel lebih tinggi dari harga solar dan sangat tergantung dengan harga CPO dunia.

"Untuk sementara selesai dengan (subsidi dari) BPDP KS (Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit), tapi setelahnya perlu dibahas lagi gimana caranya agar sustainable (berkelanjutan)," katanya.

Ia menambahkan, untuk keluhan terkait mesin yang disampaikan oleh industri pertambangan, pihaknya melakukan pengujian dengan stakeholder terkait. Hal ini untuk memastikan penggunaan Bahan Bakar Nabati (BBN) itu tidak memberi kendala kepada mesin.

"Keluhan dari engine kita melakukan pengujian bersama dengan stakeholder untuk mendapatkan rekomendasi teknis," tuturnya.

Laporan: Fikri Halim

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya