BI Sebut Tren Defisit Neraca Perdagangan pada Akhir 2018 Menurun 

Kapal tunda melintas di antara kapal yang melakukan bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan

VIVA – Bank Indonesia memperkirakan tren defisit neraca perdagangan pada akhir 2018 menurun. Meskipun, impor diakui masih belum bisa diredam.

Neraca Perdagangan Januari Surplus, BI: Positif Topang Ketahanan Eksternal Ekonomi RI

"Kalau masih defisit, defisit, tapi trennya menurun," ujar Deputi Gubernur Bank Indonesia, Dody Budi Waluyo di Kompleks BI, Jakarta, Jumat 11 Januari 2019.

Untuk angka pasti defisit neraca perdagangan pada Desember 2018 atau sepanjang 2018, ia menunggu pengumuman resmi dari Badan Pusat Statistik. Namun, ia membocorkan, dari sisi impor masih ada tekanan yang cukup tinggi. 

Neraca Perdagangan RI Surplus, BI: Topang Ketahanan Eksternal Ekonomi Indonesia

"Tapi perlu dilihat bahwa impor itu sendiri masih related dengan barang modal khususnya karena kegiatan investasi kita yang masih cukup besar," tuturnya. 

Sementara itu, untuk kinerja ekspor pada akhir 2018 pun dikatakannya tidak akan mampu membuat neraca perdagangan Indonesia surplus di tahun 2018. Hanya memang, pengendalian ekspor impor diyakini lebih baik. 

Neraca Perdagangan Oktober Surplus, BI: Topang Ketahanan Eksternal Ekonomi

"Tentunya tren yang kita lihat dan kita melihat masih adanya impor barang modal yang terkait investasi yang mendorong impor itu tinggi. Tapi trennya ke arah penurunan," katanya. 

Berdasarkan data BPS, pada November 2018, neraca perdagangan RI tercatat defisit sebesar US$2,05 miliar. Hal itu disumbang oleh ekspor sebesar US$14,83 miliar, sedangkan impor US$16,88 miliar. 

Sementara itu, defisit neraca perdagangan RI sejak awal 2018 sampai dengan November mencapai US$7,52 miliar. Sektor migas disebut masih menjadi penyebab utama. (art)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya