- VIVA.co.id/Agus Rahmat
VIVA – Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal atau BKPM, Thomas Lembong mengakui, realisasi investasi di 2018, memang cukup mengecewakan.
Berdasarkan data BKPM, realisasi Penanaman Modal Asing (PMA) maupun dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), hanya mencapai Rp721,3 triliun dari target yang ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional sebesar Rp765 triliun, atau hanya naik 4,1 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Thomas berpendapat, hal inilah yang menjadi salah satu faktor penyebab, di mana pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya bisa mencapai angka 5,17 persen pada tahun kemarin.
"Realisasi investasi di tahun 2018 kemarin, memang cukup mengecewakan, di mana pertumbuhan investasi melambat dari di atas 10 persen pasca2017, menjadi hanya sedikit di atas 4 persen di tahun 2018," kata Thomas di kantornya, kawasan Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Rabu 6 Februari 2019.
"Itu tentunya, salah satu faktor yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi secara total berada di bawah keinginan kita," tambahnya.
Thomas menjelaskan, salah satu penyebab rendahnya pertumbuhan investasi 2018, adalah realisasi PMA yang hanya menyumbang Rp392,7 triliun, atau turun 8,8 persen dibandingkan realisasi PMA di 2017, yang mencapai Rp430,5 triliun.
Namun, dengan adanya indikasi dari sejumlah realisasi investasi di 2019, serta sejumlah dialog yang dilakukannya bersama para investor besar, Thomas mengaku optimistis di 2019 ini akan ada kenaikan di realisasi investasi tersebut.
Sebab, lanjut Thomas, sejumlah investor mulai meyakini bahwa segala dampak buruk dari dinamika perekonomian global yang menerjang di 2018, sudah berangsur pulih, sehingga badai perekonomian dunia pun dianggap sudah berlalu.
Dia pun mengaku optimistis atas kondisi tersebut sehingga di tahun ini BKPM telah menargetkan realisasi investasi sebesar Rp792 triliun, atau naik 9,8 persen dari realisasi tahun lalu.
"Jadi, saat ini saja sebenarnya sudah terlihat tanda-tanda awal, bahwa investasi di tahun ini akan recover, setelah pelemahan yang cukup signifikan di 2018," ujarnya. (asp)