Harga Tiket Pesawat Mahal, Tingkat Hunian Hotel Turun hingga 40 Persen

Ketua PHRI, Hariyadi Sukamdani
Sumber :
  • VIVA.co.id/ Fikri Halim

VIVA – Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia atau PHRI mengeluhkan harga tiket pesawat yang mahal dan kebijakan bagasi berbayar. Kondisi ini menyebabkan tingkat hunian atau keterisian kamar dari pengunjung hotel berkurang di kisaran 20 hingga 40 persen. 

Labuan Bajo Siap Sambut Wisatawan! Temukan Peluang Baru di Webinar Outlook Kepariwisataan NTT

Hal itu disampaikan Ketua Umum PHRI, Hariyadi Sukamdani di hadapan Presiden Joko Widodo, saat acara Rakernas IV PHRI Tahun 2019 dan HUT ke- 50 PHRI di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Senin, 11 Februari 2019 malam. 

"Kondisi harga tiket yang mahal ini telah mengakibatkan berkurangnya perjalanan masyarakat yang berakibat menurunnya hunian hotel 20-40 persen," kata Hariyadi. 

Pembangunan Jalan Kelok 18 di Jalur Lingkar Selatan akan Berdampak ke Pariwisata Gunungkidul

Ia mengatakan, maskapai beralasan bahwa harga avtur yang tinggi adalah penyebab mahalnya tiket pesawat. Saat ini, harga avtur di Indonesia disebut 20 persen lebih tinggi daripada harga internasional. 

"Hal ini pula yang menyebabkan harga tiket pesawat luar negeri menjadi lebih murah, sehingga membuat sebagian masyarakat kita lebih memilih berlibur di luar negeri yang mengakibatkan keluarnya devisa," katanya. 

Tingkatkan Kualitas SDM Tenaga Kerja Indonesia, Kemnaker Gelar Business Meeting Sektor Pariwisata

Tak hanya itu. Menurut dia, ketentuan bagasi berbayar telah menyebabkan menurunnya omzet pelaku UMKM. Khususnya, mereka yang berbisnis produk oleh-oleh atau buah tangan. 

"Kami berharap pemerintah dapat segera mencarikan solusi terhadap kondisi ini. Peran Pertamina di dalam menjual avtur sebaiknya segera diakhiri. Dengan memberikan peluang kepada perusahaan lain untuk menjual avtur dengan harga yang lebih kompetitif," katanya. 

Ia juga menyinggung, penerbangan Indonesia saat ini sudah dikuasai dua grup maskapai besar yaitu Lion Group dan Garuda Indonesia Group. Apalagi, Sriwijaya Air sudah resmi bergabung dengan Garuda Indonesia Group. 

"(Pemerintah) agar memberikan kesempatan bagi perusahaan penerbangan baru, atau perusahaan penerbangan regional untuk beroperasi, menambah rute, dan bersaing secara efisien serta mencegahnya terjadi kartel," kata Hariyadi yang juga Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia itu. 

"Kami yakin bapak presiden berpihak pada prinsip persaingan yang sehat, dan efisien. Sehingga akan memberikan daya saing yang tinggi."  (mus)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya