Sri Mulyani Akui Perang Teknologi 5G AS-China Pengaruhi Dunia

Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Aprillio Akbar

VIVA – Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati memperkirakan, perubahan konflik geopolitik antara Amerika Serikat dengan China, dari sebelumnya perang perdagangan menjadi perang teknologi 5G, bakal memengaruhi perubahan kondisi ekonomi dunia secara umum.

3 Hal yang Perlu Diketahui dari Realme 12 5G

Sebagaimana diketahui, perang teknologi 5G tersebut semakin muncul di permukaan, setelah Pemerintahan Presiden AS, Donald Trump menekan sekutunya untuk mencegah perusahaan-perusahaan teknologi China, membangun infrastruktur yang diperlukan untuk mendukung teknologi 5G atau internet ultracepat.

Trump menekankan, pencegahan penggunaan peralatan dari China tersebut maupun pembangunan infrastrukturnya perlu dilakukan atas alasan keamanan nasional. Dia menduga alat-alat tersebut akan membuka akses bagi pemerintah China ke dalam jaringan komunikasi AS.

Harga Realme 12 5G di Indonesia Terungkap

"Kita tahu, hari-hari ini kalau Anda ikuti berita mengenai AS dan RRT dalam perang dagang muncul, kemudian dimensi perang teknologi dengan adanya teknologi 5G yang dikhawatirkan akan mendominasi dan dimonopoli," kata dia di kantornya, Jakarta, Selasa 12 Februari 2019.

"Karena, seluruh kehidupan manusia dikaitkan dengan teknologi 5G. Dunia dihadapkan konstelasi geopolitik baru yang disebabkan teknologi digital yang mampu membuat kehidupan masyarakat dunia berubah dari interaksi sosial hingga tugas hariannya sampai ke kondisi ekonomi," katanya.

3 Produsen HP China Berlomba-lomba Memikat Hati Konsumen Indonesia Hari Ini

Meski demikian, Sri mengaku belum dapat memastikan bagaimana pengaruh konstelasi perang teknologi antara dua negara dengan kekuatan ekonomi terbesar di dunia itu terhadap perkembangan ekonomi politik di Indonesia.

Namun, Sri menegaskan, supaya dampak negatif perubahan konflik geopolitik akibat perkembangan teknologi digital tersebut tidak menggerus perekonomian domestik secara keseluruhan. Menurutnya, sikap antisipatif hingga kemampuan beradaptasi perlu dimiliki oleh setiap segmen masyarakat Indonesia.

"Kita harus memahami ini, mengantisipasi, mengelola, me-manage, memanfaatkan. Kalau tidak, kita ketinggalan. Bagaimana kebijakan kita tidak hanya bisa mengantisipasi ini, tetapi juga menyiapkan masyarakat di tengah perubahan teknologi digital yang dampaknya luas," katanya. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya