PHRI Tegaskan Hotel Sepi Bukan karena Avtur

Hariyadi Sukamdani.
Sumber :

VIVA – Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Hariyadi Sukamdani menegaskan, harga avtur yang tinggi bukan menjadi penyebab utama tingkat keterisian hotel menjadi sebesar 20-40 persen. Lantaran, penyebab utamanya ditegaskannya adalah harga tiket maskapai yang terlalu tinggi yang menyebabkan itu.

Jelang Arus Mudik Lebaran 2024, Dirut Pertamina Cek Kesiapan Layanan Avtur di Kualanamu

Hal itu, kata dia, perlu ditegaskan karena informasi yang beredar di tengah masyarakat saat ini adalah PHRI mengeluhkan harga avtur yang tinggi yang kemudian menyebabkan harga tiket maskapai penerbangan mahal dan menyebabkan anjloknya tingkat keterisian hotel.

"Mengenai tiket, yang jadi perhatian kami harga tiketnya, kami harus luruskan. Karena kan kemarin heboh tuh banyak di social media harga avtur Singapura lebih murah (dibanding Indonesia) dan lain-lain. Nah, yang jadi persoalan kembali ke substansi masalah," tutur Hariyadi di kantor Apindo, Jakarta, Rabu, 13 Februari 2019.

F1 Powerboat 2024 Danau Toba, Pertamina Pastikan Stok BBM Aman di Sumut

Hariyadi menjelaskan, harga tiket pesawat yang sejak Januari 2019 melambung tinggi akibat naik di kisaran 40 persen itu merupakan pemicu utama, yang menyebabkan masyarakat enggan untuk melakukan aktivitas pariwisata maupun perjalanan menggunakan alat trasportasi tercepat, yakni pesawat terbang.

"Yang mengeluh bukan hanya PHRI, tapi masyarakat seluruhnya. PHRI kena dampak karena kejadian ini perjalanan masyarakat berkurang, semua kena. Jakarta berkurang, membatalkan perjalanan ke Jakarta. Daerah lebih-lebih, tamu-tamu yang datang belanjakan uangnya apakah untuk oleh-oleh, mereka juga jadi sepi," tutur dia.

Pertamina Sumbagut Pasok Puluhan Ribu Liter BBM untuk F1 Powerboat

Namun, dia menekankan, PHRI masih dalam posisi menduga bahwa penyebab utama dari persoalan tersebut adalah besarnya tindakan-tindakan kartel di dalam industri penerbangan itu sendiri. Sebab menurutnya, industri penerbangan saat ini hanya dikuasai oleh Garuda Indonesia dan Lion Air.

Lantaran, dengan bergabungnya Sriwijaya Air dengan manajemen Garuda Citilink, maka di Indonesia ditegaskannya, hanya ada dua perusahaan penerbangan yang menguasai pasar penerbangan, yaitu kelompok Garuda dan kelompok Lion Air. Di mana Lion Air telah menerapkan ketentuan bagasi berbayar yang juga membuat harga tiket Lion air naik sekitar 40 persen.

"Tapi kenyataan airlines sendiri dua pemain besar atur harga. Ya kami menduga jangan-jangan ada kartel nih. Lebih agak anehnya pada saat low season, naik harga," tutur dia. (art)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya