Sri Mulyani Sebut Ekonomi RI Sehat Jelang Pemilu, Tak seperti India

Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Aprillio Akbar

VIVA – Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, mengklaim, kondisi ekonomi Indonesia pada 2019 terus menguat dan bergerak menuju arah yang positif. Meskipun, saat ini Indonesia berada di tengah-tengah tahun politik dan kencangnya prediksi internasional bahwa perekonomian global akan melambat.

Paguyuban Marga Tionghoa Dorong Gunakan Hak Pilih 14 Februari untuk Lahirkan Pemimpin Berkualitas

Walaupun tidak menyebutkan secara rinci angka-angka yang menunjukkan penguatan ekonomi itu pada Februari 2019, Sri mengaku perekonomian Indonesia yang hanya dalam dua bulan lagi memasuki pemilihan umum mampu menguat secara stabil dan merupakan kondisi yang baru.

Hal itu, lanjut dia, karena banyak negara pada 2019 yang tidak mampu menjaga perekonomiannya sekuat Indonesia. Misalnya saja ekonomi China yang terus mengalami perlambatan, hingga perekonomian India yang mengalami kondisi serupa karena sama-sama memasuki tahun politik seperti Indonesia.

Prabowo Kaget Ada Pemuda Ngaku Siap Mati untuknya di Pilpres 2019: Saya Suruh Pulang!

"China ekonominya melemah, India menjelang pemilu ekonominya juga rada melemah. Sebenarnya untuk Indonesia hanya dua bulan dari pemilu dan ekonominya makin menguat itu agak exceptional sih," tuturnya di Kantor Direktorat Jenderal Pajak, Jakarta, Selasa, 19 Februari 2019.

Meski begitu, pemerintah tetap mempertahankan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam APBN 2019 sebesar 5,3 persen atau meningkat dari capaian 2018 yang sebesar 5,17 persen. 

Prabowo Cerita Tak sampai Satu Jam Putuskan Terima Ajakan Jokowi Gabung Kabinet

Di samping itu, defisit APBN yang ditargetkan pemerintah tetap ditekan untuk semakin rendah dari target 2018 yang sebesar 2,5 persen menjadi 1,84 persen pada 2019.

Padahal Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF), maupun lembaga-lembaga internasional lainnya, dikatakan Sri, memperkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi global melambat dari yang diperkirakan 3,9 persen kemudian direvisi menjadi 3,7 persen dan kembali direvisi menjadi 3,5 persen.

Selain itu, perdagangan internasional diperkirakan stagnan di kisaran empat persen akibat dari semakin nyatanya dampak perang perdagangan antara Amerika Serikat dan China. Selain itu, semakin nyatanya dampak kenaikan tingkat suku bunga acuan bank sentral AS yang naik empat kali pada 2018.

"Artinya ekonominya kuat tapi APBN-nya tetap sehat karena banyak juga ekonomi negara lain menjelang pemilu kuat tapi APBN-nya berdarah-darah karena populis banget. Tapi kita dalam situasi di mana APBN-nya sehat, ekonominya kuat dan menjelang pemilu," tuturnya. (art)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya