Bandara Kertajati Masih Sepi Penumpang, Ini Faktor Penyebabnya

Bandara Kertajati, Majalengka, Jawa Barat
Sumber :
  • ANTARA FOTO/M Agung Rajasa

VIVA – Minimnya faktor keterisian penumpang di Bandara Internasional Jawa Barat atau Bandara Kertajati, saat ini tengah marak menjadi perbincangan. Sebab, dari 11 rute yang tersedia, tercatat hanya rute Jakarta-Surabaya saja yang tetap beroperasi dengan load factor kurang dari 30 persen.

Mulai 29 Oktober 2023, AirAsia Layani Rute Penerbangan Kertajati-Denpasar

Menanggapi hal tersebut, Direktur Keuangan dan Umum BIJB Kertajati, Muhamad Singgih menjelaskan, sebenarnya sejumlah rute dari Kertajati ke Palembang, Semarang, Medan, Lampung, Balikpapan, Yogyakarta, Jakarta, dan beberapa kota lainnya sudah tersedia, dan sempat beberapa kali beroperasi.

"Rute-rute itu sebenarnya ada peminatnya, tetapi karena load factor-nya kecil, maka penerbangannya dibatalkan oleh pihak maskapai," kata Singgih, saat dihubungi VIVA, Jumat 5 April 2019.

369 Jemaah Haji Akan Terbang Perdana dari Bandara Kertajati Malam Ini

"Jadi, rutenya memang sudah terbentuk, cuma karena ketika beberapa kali terbang itu load factor-nya sangat kecil, akhirnya setelah beberapa kali terbang terus dibatalkan yang selanjutnya (oleh pihak maskapai)," tambahnya.

Mengenai hal apa saja yang menyebabkan rendahnya load factor penumpang di Bandara Kertajati ini, Singgih menjelaskan, sebenarnya Kertajati ini hanya merupakan bandara transit untuk destinasi wisata dan bisnis di Jawa Barat.

Asrama Haji Indramayu Siap Layani 8.968 Jemaah

"Jadi, Bandara Kertajati itu kan memang bukan tujuan, karena sebenarnya ini adalah tempat untuk transit dalam rangka untuk orang berpariwisata, kedua untuk bisnis, dan ketiga bisa juga untuk keluarga," kata Singgih.

Selain itu, diakui Singgih, aspek koordinasi antarpara stakeholder di wilayah sekitar Kertajati, guna meramaikan promosi dan penggunaan bandara tersebut, memang harus lebih ditingkatkan lagi.

"Jadi, intinya memang harus ada multidimensi atau multipihak yang harus bersama-sama menempatkan jumlah load factor supaya lebih naik," ujarnya.

Di sisi lain, masalah aksesibilitas ke arah Bandara Kertajati, ternyata juga turut menjadi salah satu penyebab minimnya load factor tersebut.

Oleh karenanya, Singgih berharap, penyelesaian seksi I, seksi II dan seksi III dari keempat seksi Tol Cisumdawu, bisa segera rampung, guna memfasilitasi efektivitas waktu perjalanan ke Bandara Kertajati tersebut.

"Di luar itu juga. ada masalah aksesibilitas. Sejauh ini kan, antara Bandung-Kertajati waktu tempuhnya masih 2,5 jam kira-kira. Berarti, kalau tolnya (Cisumdawu) seksi I, seksi II dan seksi III dari empat seksi yang ada selesai, mungkin kurang lebih bisa 40-45 menit," kata Singgih.

"Seharusnya, diharapkan bisa selesai 2019 ini. Tapi memang, kemungkinan akan selesai pada 2020, untuk penyelesaian tol Cisumdawu itu," ujarnya. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya