BTN Sesuaikan Rencana Bisnis Bank 2019, Ini Alasannya

Direktur Utama BTN Maryono.
Sumber :
  • Dokumentasi BTN.

VIVA – PT Bank Tabungan Negara Tbk mengumumkan penyesuaian Rencana Bisnis Bank (RBB) untuk keseluruhan tahun ini. Penyesuaian itu dilakukan karena pertumbuhan ekonomi internasional maupun domestik diperkirakan mengalami perlambatan, ditambah adanya respons kebijakan moneter bank sentral terhadap kondisi itu yang akan berdampak pada industri perbankan.

Ekspansi Bisnis di Parepare, BTN Targetkan Salurkan KPR Baru Rp48 M

Direktur Utama BTN, Maryono, mengatakan, pihaknya telah melakukan kajian ekonomi makro dengan mengubah asumsi makro, di mana pertumbuhan ekonomi diperkirakan lebih rendah dari asumsi awal. Akibatnya, suku bunga acuan Bank Indonesia diperkirakan terus turun seiring dengan inflasi yang relatif stabil. 

"Penyesuaian RBB perlu dilakukan karena mempertimbangkan kondisi makro ekonomi yang ada, dan melihat perkembangan industri perbankan dalam negeri yang cenderung mengalami pengetatan likuiditas," kata Maryono di kantornya, Jumat, 19 Juli 2019.

Gara-gara Hal Ini, Nasabah Loyal BTN Meningkat 222 Persen

Maryono menjelaskan, perubahan RBB meliputi pertumbuhan kredit hingga akhir tahun yang diprediksi berkisar 10-12 persen. Sementara itu, Dana Pihak Ketiga atau DPK diprediksi juga tumbuh di level yang sama yaitu 10-12 persen. Kemudian, aset ditargetkan bisa tumbuh di kisaran 8-10 persen.

“Target pertumbuhan DPK dan kredit kami masih di atas RBB industri perbankan yang berada di angka 9-11 persen untuk kredit dan DPK yang hanya tumbuh 7 hingga 9 persen, kami optimistis kinerja Bank BTN tetap dalam jalurnya atau on track,” tutur Maryono. 

BTN Targetkan Kredit pada 2022 Tumbuh hingga 11 Persen

Maryono optimistis BTN dapat mengejar pertumbuhan kredit pada paruh kedua tahun ini, karena penyaluran kredit per Juni 2019 sudah sejalan dengan rencana perseroan. Adapun segmen kredit yang digenjot adalah Kredit Pemilikan Rumah (KPR) non subsidi, kredit komersial, dan kredit konstruksi.

Adapun stimulus pertumbuhan kredit pada semester II-2019, menurut Maryono, antara lain, kebijakan Bank Indonesia seperti pelonggaran Giro Wajib Minimum, serta pemangkasan suku bunga acuan atau BI-7 Days Reverse Repo Rate menjadi 5,75 persen, permintaan kredit terutama properti yang masih tinggi, serta stabilnya suhu politik pascapemilu.

Dia menambahkan, BTN juga melakukan revisi dari target rasio perbankan. Di antaranya Capital Adequacy Ratio atau CAR yang ditargetkan bisa bertahan pada kisaran 17-19 persen, dan Non Performing Loan atau NPL gross tetap dijaga di bawah 2,5 persen. 

Sementara itu, terkait dengan aksi korporasi, BTN akan menjalankan rencana yang sudah ditetapkan. Di antaranya mengakuisisi perusahaan modal ventura demi memiliki saham di LinkAja, dan akan menuntaskan akuisisi PT PNM Investment Management.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya