Investasi Melambat, Konsumsi Rumah Tangga Tumbuh Tipis Kuartal II 2019

Kepala BPS Suhariyanto.
Sumber :
  • VIVA.co.id/ Syaefullah

VIVA – Pertumbuhan ekonomi pada kuartal II 2019 tercatat sebesar 5,05 persen secara tahunan, melambat dibandingkan pertumbuhan kuartal II 2018 yang sebesar 5,27 persen. Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan tersebut masih ditopang oleh konsumsi rumah tangga.

Kemenkeu: Pertumbuhan Ekonomi 2021 yang Dirilis BPS Sesuai Prediksi

Kepala BPS, Suhariyanto mengatakan, konsumsi rumah tangga pada periode tersebut mampu tumbuh 5,17 persen, sedikit di atas pertumbuhan konsumsi rumah tangga kuartal II 2018 yang sebesar 5,16 persen. Kontribusinya terhadap struktur Produk Domestik Bruto atau PDB Indonesia juga masih tertinggi, yakni 2,77 persen.

"Jadi konsumsi rumah tangga masih tumbuh," kata dia saat konferensi pers di kantornya, Jakarta, Senin, 5 Agustus 2019.

BPS: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia di 2021 Capai 3,69 Persen

Sementara itu, sumber pertumbuhan ekonomi ke dua, yakni Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) atau investasi yang berkontribusi 1,59 persen terhadap PDB, justru mengalami perlambatan signifikan, yakni hanya tumbuh 5,01 persen. Jauh di bawah pertumbuhan kuartal II-2018 yang sebesar 5,85 persen.

"Perlu jadi catatan bahwa situasi politik pada kuartal II 2019 agak disayangkan kurang mendukung. Jadi salah satu alasan juga sehingga kita perlu perbaiki stabilitas politik, kepastian hukum dan regulasi," ungkap dia.

BI Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi RI 2022 Maksimal 5,5 Persen

Adapun untuk konsumsi pemerintah, pada periode itu mampu tumbuh lebih cepat di banding kuartal II-2018, yakni mencapai 8,23 persen dari yang sebelumnya 5,20 persen. Namun begitu, konsumsi pemerintah hanya 0,60 persen berperan sebagai sumber pertumbuhan ekonomi kuartal II-2019.

Begitu juga untuk pertumbuhan lembaga non-profit yang melayani rumah tangga atau LNPRT, mengalami pertumbuhan paling signifikan, yakni sebesar 15,27 persen di banding periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 8,75 persen. Akan tetapi, kata Suhariyanto, peranannya terhadap PDB sangat kecil.

"Tapi share-nya kepada keseluruhan ekonomi masih rendah, hanya 1.8 persen. Sehingga tumbuh tingginya tidak berdampak signfikan," tegas dia.

Sementara itu, untuk sumber pertumbuhan ekonomi lainnya, seperti ekspor dan impor barang maupun jasa, pada kuartal II 2019 mengalami kontraksi, masing-masing tumbuh negatif 1,81 persen dan 6,73 persen. Dengan sumbangannya net ekspor terhadap perekonomian hanya menjadi sebesar 0,98 persen. 

"Dengan gabungan ini sumber pertumbuhan ekonomi dari sisi pengeluaran tidak berubah. Utamanya masih berasal dari konsumsi rumah tangga," tutur Suhariyanto.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya