Gojek Diprotes Habis-habisan di Malaysia, Kok, Grab Adem Ayem Saja?

Gojek dan Grab.
Sumber :
  • Nikkei Asian Review

VIVA – Belum juga mengaspal, Gojek sudah diprotes habis-habisan di Malaysia. Berawal dari cuitan Menteri Pemuda dan Olahraga Malaysia, Syed Saddiq Syed Abdul Rahman, yang berniat membukakan jalan bagi pesaing Grab tersebut.

Viral Curhat Penumpang Dipaksa Transfer Uang Rp100 Juta oleh Driver Taksi Online

Dijuluki menteri milenial, lantaran usianya di bawah 30 tahun, Syed Saddiq kemudian menggelar jajak pendapat di akun Twitternya, @SyedSaddiq, untuk mengetahui respons warga Malaysia terkait idenya ini.

Gayung bersambut, Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad memberi lampu hijau.

GoTo Rugi Rp 90 Triliun pada 2023, Manajemen Ungkap Penyebabnya

Meski belum ada keputusan mengenai regulasi, namun kehadiran Gojek di Malaysia akan dibahas dengan Kementerian Pemuda dan Olahraga serta Kementerian Transportasi. Hal ini diungkapkan Menteri Pengembangan Entrepreneur, Redzuan Yusof.

Kendati demikian, rencana kedatangan Gojek langsung ditolak keras. Berdasarkan data yang diolah VIVA, Kamis, 29 Agustus 2019, pemilik Big Blue Taxi asal Malaysia, Datuk Shamsubahrin Ismail, yang memulainya. Ia menegaskan bahwa Indonesia mayoritas bukan Islam.

Soal Rencana Buyback Saham, Dirut Goto Kedepankan Prinsip Kehati-hatian

Bos Big Blue Taxi Malaysia, Datuk Shamsubahrin Ismail.

Selain itu, ia juga bilang kalau Indonesia adalah negara miskin. "Gojek bukan jaminan masa depan anak muda. Mereka merusak anak muda. Kita bukan Indonesia. Indonesia mayoritas bukan orang Islam," kata Ismail.

Pria gemuk berkacamata itu juga terang-terangan menyebut jika Indonesia adalah negara miskin. "Ini negara-negara miskin, kita negara kaya. Kalau anak muda Indonesia bagus, mereka tak keluar negeri untuk cari kerja. Gojek hanya untuk orang miskin, seperti di Jakarta, di Thailand, di India, di Kambodja," tegas dia.

Tak hanya Shamsubahrin sebagai pemilik taksi, penolakan juga datang dari kalangan politisi. Salah satunya Khairuddin Aman Razali dari Partai Islam Se-Malaysia.

“Gojek akan memicu terjadinya interaksi antara dua manusia berbeda jenis kelamin yang bertentangan dengan hukum syariah,” ungkapnya. Selain Khairuddin, rekan satu partainya Husain Awang juga menyatakan bahwa angka pelecehan seksual di Indonesia mengalami peningkatan karena kehadiran Gojek.

Husain mengecam kehadiran Gojek sebagai bukti pemerintah telah gagal dalam membuka lapangan pekerjaan, serta mengurus transportasi umum dan mengatasi kemacetan.

Grab Malaysia.

"Saya mendesak pemerintah untuk tidak mengizinkan Gojek hadir, termasuk di masa uji coba. Pemerintah seharusnya meningkatkan kualitas moda transportasi seperti MRT dan LRT," tutur Husain.

Penolakan terhadap Gojek di Malaysia justru berbanding terbalik dengan Grab. Seperti diketahui, Grab didirikan oleh Anthony Tan dan Tan Hooi Ling yang merupakan warga negara Malaysia.

Grab hadir di negeri Jiran itu pada Juni 2012. Awalnya bernama MyTeksi, yang merupakan cikal bakal GrabTaxi, lalu menjadi Grab. MyTeksi meluncur dengan dana awal US$25 ribu (Rp351 miliar) dari kantong pribadi Tan.

Sementara Tan Hooi Ling, rekan Tan yang juga seorang konsultan di McKinsey & Company, membuat rencana bisnis untuk mempromosikan aplikasi seluler tersebut. Pada 2014, Tan dan Ling kemudian memindahkan kantor pusat Grab ke Singapura, sekaligus masuk pasar Indonesia untuk bersaing dengan Gojek.

Saat ini Grab menyediakan layanan transportasi on-demand di Asia Tenggara, serta layanan antar makanan dan barang di lebih dari 338 kota di 8 negara. Layanan Grab di Malaysia mencakup GrabCar, GrabRide, GrabSend, hingga GrabFood.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya