Perusahaan Aset Kripto 'Blusukan' ke Mahasiswa Kenalkan Blockchain

Ilustrasi teknologi Blockchain.
Sumber :
  • Institut Friedland

VIVA – Revolusi industri 4.0 seringkali dikaitkan dengan teknologi blockchain dan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI). Aset kripto atau cryptocurrency kini makin dikenal di Indonesia. Ketertarikan mereka umumnya berawal dari keinginan untuk berinvestasi.

2024 jadi Tahun Krusial bagi Industri Kripto Indonesia

Melihat potensi ini, tujuh perusahaan penyedia cryptocurrency memberikan edukasi terkait dunia blockchain dan cryptocurrency di Tanah Air.

Ketujuhnya adalah Coinvestasi bersama GoWithMi, Tezos, Bitcherry, Indodax, Gopax, dan Triv. Mereka pun menggelar yang namanya 'Roadshow Cumlaude Crypto'.

Data Center Ini Ngakunya Paling Hemat Energi se-Jakarta

Media Director Coinvestasi, Hendi Wishnu mengatakan, Cumlaude Crypto membantu meningkatkan penyerapan dan penggunaan teknologi blockchain, khususnya kepada para mahasiswa di Indonesia.

Teknologi ini memiliki konsep database yang sifatnya trusted atau terpercaya karena disimpan di beberapa tempat yang disebut dengan miner atau block producer.

Pintar Investasi Kripto Lewat Wadah Edukasi

Dengan demikian, blockchain membuat bisnis model berubah. Menurut Hendi, Cumlaude Crypto membahas intisari teknologi blockchain dan aset kripto serta pemanfaatannya dalam dunia nyata secara jelas dan komprehensif.

"Ini termasuk membantu meningkatkan penyerapan dan penggunaan teknologi blockchain," kata dia, lewat keterangannya, Selasa, 1 Oktober 2019. Roadshow Cumlaude Crypto berlangsung sejak 5-14 September, dan berlanjut di Jakarta pada 20 September 2019.

Dihadiri kurang lebih 525 mahasiswa yang antusias mempelajari teknologi blockchain dan aset kripto dari Universitas Brawijaya, Institut Teknologi Sepuluh November, Universitas Gadjah Mada, Telkom University, Institut Teknologi Bandung, dan Unika Atma Jaya Jakarta.

"Setelah seminar selesai, dilanjutkan dengan sesi kuis yang tujuannya menguji pemahaman peserta akan materi yang sudah diberikan. Peserta dengan pemahaman terbaik akan dinobatkan sebagai Cumlaude Crypto pada sesi 'wisuda' di akhir acara," tutur Hendi.

Meski begitu, kehadiran blockchain sebagai teknologi yang diklaim sulit untuk diretas diragukan oleh seorang pakar teknologi.

Adalah guru besar ilmu komputer asal Massachusetts Institute of Technology (MIT), Stuart Madnick, yang menyebut blockchain masih sangat rentan karena merupakan sebuah sistem baru.

Selain itu, Madnick juga mengaku berdasarkan hasil penelitian atas sejumlah kasus peretasan terhadap sistem blockchain yang terjadi antara 2011 sampai 2018 dengan sejumlah aspek. Mulai dari transparansi, kendali distribusi, anonimitas hingga keunggulan teknik.

“Meski blockchain disebut memiliki karakter transparan, di mana partisipan dapat berperan di dalam sistem, namun tetap ada sejumlah pihak yang berniat buruk dan memungkinkan untuk meretasnya,” ujar Madnick.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya