Ancaman Sampah Plastik di Tengah Wabah Corona

Ilustrasi sampah plastik.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Irwansyah Putra

VIVA – Wabah virus corona di Indonesia menimbulkan dampak ekonomi yang cukup besar pada masyarakat. Banyak perusahaan yang harus berhenti sementara produksinya, demi memutus rantai penyebaran penyakit tersebut.

Upaya Mahasiswa Kurangi Sampah Plastik, Kompak Lakukan Ini

Sementara itu, mereka yang masuk dalam golongan pekerja informal harus menerima kenyataan pahit, yakni menurunnya pendapatan. Sebab, kebanyakan konsumen lebih sering melakukan aktivitas di dalam rumah.

Ketua Asosiasi Untuk Kemasan dan Daur Ulang Bagi Indonesia yang Berkelanjutan, Karyanto Wibowo mengatakan, selama pandemi konsumsi kemasan plastik tetap berjalan dan justru cenderung meningkat. Sebab, plastik mampu menjaga kualitas, higienis dan fleksibilitas dalam berbagai jenis aplikasi.

Fokus Gencarkan Daur Ulang Sampah

Namun, para pelapak yang biasanya membeli kemasan plastik dari pemulung tutup, akibat dari turunnya permintaan akan plastik daur ulang. Efeknya, para pemulung tidak dapat menjual sampah plastik yang menjadi sumber ekonomi bagi keluarga mereka.

Ilustrasi sampah plastik.

Audit Sampah Sungai Watch Dinilai Tidak Merepresentasikan Kondisi di Indonesia 

Para pelaku daur ulang mengurangi pembelian sampah plastik, karena harga virgin plastic atau plastik baru merosot. Industri lebih memilih untuk membeli plastik dalam kondisi baru, ketimbang versi daur ulang.

Padahal, pemerintah menargetkan peningkatan daur ulang sampah plastik setiap tahunnya sebesar 25 persen. Namun, menurut Wakil Ketua Asosiasi Daur Ulang Plastik Indonesia, Justin Wiganda, tidak ada bantuan atau insentif dari pemerintah. Bahkan, itu terjadi sebelum virus corona hadir di Indonesia.

“Sebagian dari kami masih bisa bekerja mendaur ulang, karena pasar yang masih ada seperti ekspor. Pasar lokal juga masih ada, meski ada penurunan,” ujarnya melalui keterangan resmi, dikutip Senin 20 April 2020.

Sementara itu, Karyanto menjelaskan bahwa ada beberapa kemasan yang bisa diperpanjang daur hidupnya, seperti kemasan PET, PE dan PP.  Ia mencontohkan, kemasan PET bisa didaur ulang menjadi rPET.

“Memperpanjang daur hidup kemasan turut membangun kesejahteraan banyak kalangan, sekaligus mengatasi persoalan sampah di Indonesia,” tutur Karyanto.

Menurut data dari Kementerian Perindustrian, ?saat ini terdapat 600 industri besar dan 700 industri kecil yang bermain di sektor industri daur ulang plastik. Tapi, persentase pengolahan daur ulang yang ada masih sangat rendah, yakni hanya 12 persen saja.

Dari sekian banyak industri besar yang menggunakan plastik sebagai bahan baku, salah satu yang telah berkomitmen mendukung penggunaan kemasan daur ulang adalah Danone Aqua.

“Produk Aqua life menggunakan 100 persen bahan daur ulang rPET. Botol kemasan Aqua lain sudah mengandung sampai dengan 25 persen bahan daur ulang. Ini merupakan komitmen kami, untuk mendukung pengurangan sampah plastik,” jelas Communications Director Danone Indonesia, Arif Mujahidin.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya