Laba Inalum Melonjak 180 Persen

Pabrik PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum).
Sumber :
  • Setkab.go.id
VIVAnews
Vespa World Days 2024 Pecahkan Rekor di Pontedera
- PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) sebelumnya resmi menjadi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mulai Desember tahun lalu.

Kemnaker Mendukung Penataan NLE dengan Diimbangi Peningkatan Pelindungan Kerja TKBM di Pelabuhan

Hal itu ditandai dengan dilakukannya penandatanganan Akte Pengalihan Saham di Kementerian BUMN antara Dahlan Iskan sebagai Menteri BUMN dan kuasa dari konsorsium Nippon Asahan Aluminium (NAA).
Musim Mudik Lebaran 2024, TPI Imigrasi Soetta Catat Pergerakan Penumpang Naik 10 Persen


Dahlan pada Maret lalu telah menunjuk petinggi PT Aneka Tambang Tbk, Winardi Sunoto, sebagai bos Inalum.


Direktur Utama Inalum, Winardi, mengatakan, pada Maret 2013 hingga April 2014, Inalum membukukan laba bersih senilai US$68,61 juta. Perolehan laba ini naik 180 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$24,5 juta.


"Inalum terus beroperasi dengan baik, hal ini didukung dengan posisi air Danau Toba yang sangat stabil pada 104,16 meter di atas permukaan laut, sehingga operasional tungku peleburan bisa bekerja maksimal," ujar Winardi, Kamis 24 Juli 2014.


Dia memaparkan, saat ini, Inalum mengoperasikan 504 tungku peleburan dan berhasil memproduksi aluminium batangan (ingot) sebanyak 131.719 ton dari yang direncanakan 261.420 ton pada 2014.


Sebelumnya, Winardi mengatakan, usai menjadi BUMN, kapasitas produksi Inalum ditargetkan harus tumbuh menjadi 500 ribu ton pada 2019.


Menurut dia, untuk memenuhi kapasitas produksi tersebut, Inalum berencana membangun tiga proyek, di antaranya proyek pembangkit listrik tenaga uap (PLTU), pembangunan smelter, dan ekspansi pelabuhan.


"Untuk pendanaan ke depan, kami gunakan yang terbaik dari alternatif perusahaan yang ada," ujarnya.


Dia menjelaskan, proyek yang akan dibangun Inalum dimulai dari pembangunan PLTU, lalu smelter, dan ekspansi pelabuhan. Menurut dia, Inalum akan bekerja sama dengan perusahaan lain untuk membangun smelter alumina yang mengolah biji bauksit menjadi alumina.


"Paling lama pembangkit listriknya, jadi harus menjadi prioritas, karena menghabiskan waktu sekitar 40 bulan baru selesai. Untuk smelter belakangan, itu kan paling tidak dua tahun," tuturnya. (art)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya