RI Diingatkan Hati-hati dengan Lembaga Rating

Ilustrasi investasi
Sumber :
  • iStock
VIVA.co.id
Sofjan Wanandi: Demo Tak Pengaruh Iklim Investasi
-
President Director Center
Singapura Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi 2016
Banking Crisis, Achmad Deni Daruri, mengatakan perekonomian Indonesia bisa diibaratkan sebagai mobil. Jika mobilnya bagus, kecepatan optium dapat tercapai, asalkan jalannya bagus.
Pengamat: Proyek Infrastruktur Jangan Disetop

Ditegaskannya, seperti dikutip dalam keterangan tertulisnya, Rabu 3 Juni 2015, turbulensi perekonomian dunia dapat dianalogikan dengan buruknya jalan, misalnya jalannya berlumpur.


Dalam kondisi jalan yang berlumpur, menurutnya, maka diperlukan mobil yang dapat berjalan di jalan berlumpur, sekali pun jalannya pasti terseok-seok ketimbang berhenti total.


"Dalam konteks perekonomian, maka perencana perekonomian Indonesia harus menyiapkan perekonomian Indonesia yang bisa berjalan pada jalan yang 'berlumpur'. Masalahnya, dengan kondisi 'mobil' yang ada sekarang, apakah kita bisa berjalan melewati lumpur?" kata Achmad.


Dia menjelaskan, kekhawatiran tersebut beralasan, mengingat pertumbuhan ekonomi nasional memperlihatkan tren yang terus menurun. Sementara itu, lembaga
rating
(pemeringkat) Standard & Poor memberikan signal kondisi perekonomian Indonesia relatif baik.


"Masalahnya, pada krisis ekonomi tahun 1998 yang lalu, semua lembaga
rating
asing kompak mengatakan perekonomian Indonesia juga bagus," tuturnya.


Dia mengungkapkan, penilaian mereka terbukti menyesatkan, saat turbulensi perekonomian menghadang.


Menurutnya, bisa jadi, penilaian Standard & Poor ini merupakan perangkap, agar Indonesia terus berleha-leha, sekali pun pertumbuhan ekonomi terus turun, sehingga krisis besar akhirnya menghantam perekonomian Indonesia.


Lebih lanjut, dia menjelaskan, penilaian Standar & Poor terbukti keliru ketika menurunkan kredit
rating
Amerika Serikat, saat Obama menjadi Presiden pertama kalinya. Sebab, terbukti di bawah Obama yang sosialis, perekonomian AS tumbuh secara optimal.


"Tinggal menunggu waktu bagi bank sentral Amerika Serikat untuk menaikkan tingkat suku bunganya. Ini merupakan perangkap, jika Indonesia termakan oleh buaian Standard & Poor, di mana Indonesia akan berupaya menaikkan utang baik dalam negeri maupun luar negerinya," ujarnya.


Akhirnya, dia menambahkan, biaya bunga utang Indonesia akan meningkat pesat yang membuat kapasitas pemerintah untuk membayar investasi infrastruktur dan kesehatan menurun. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya