Standard & Poor's Turunkan Rating Utang Jepang

Kamis, 17 September 2015 - 06:32 WIB
Oleh :
Unjuk rasa di Jepang
Unjuk rasa di Jepang
Sumber :
  • REUTERS/Kyodo
Photo Mini 1
VIVA.co.id
Baca Juga :
Jaga Likuiditas, BI Minta Pemerintah Stop Penerbitan SUN
- Lembaga pemeringkat asal Amerika Serikat, Standard & poor's, menurunkan peringkat utang Jepang dari AA- menjadi A+ pada Rabu waktu setempat. Namun, prospek kredit negara dengan ekonomi terbesar di dunia itu direvisi dari negatif menjadi stabil. 

Baca Juga :
Intip 10 Negara dengan Utang Terbanyak Saat ini
Dilansir dari CNBC, Kamis 17 September 2015, dalam sebuah pernyataan S & P menambahkan, hal tersebut dikarenakan dukungan ekonomi bagi surat utang internasional Jepang terus melemah selama tiga sampai empat tahun terakhir.

Baca Juga :
Kemenkeu Terbitkan SUN Rp1,05 Triliun
Strategi pemerintah negara tersebut untuk mendorong perekonomian dan menurunkan deflasi yang terjadi, tidak efektif serta tidak sesuai dengan tujuannya. 

Data resmi terbaru dari pemerintah Jepang yang dirilis pekan lalu menunjukkan bahwa ekonomi negara sakura tersebut telah menyusut 1,2 persen pada triwulan II dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Realisasi tersebut di bawah proyeksi awal 1,6 persen, bahkan pasar memperkirakan kontraksi yang terjadi bisa mencapai 1,8 persen. 

Meski demikian diharapkan, pemerintah setempat dapat menjaga arah kebijakan ekonomi yang diterapkan. Sehingga tidak menyedot banyak energi di tengah pemulihan ekonomi yang sedang rapuh akibat krisis global. 

"Tekanan harga tidak sekuat dan secepat yang diharapkan pembuat kebijakan, sehingga inflasi dua persen yang ditargetkan pada musim panas mendatang kemungkinannya kecil. Kami tetap berpegang pada pandangan bahwa Bank of Japan akan meningkatkan pelonggaran moneternya hingga pertemuan Oktober mendatang," ujar Marcel Thieliant, Ekonom Capital Economics Jepang. 
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
Data resmi terbaru dari pemerintah Jepang yang dirilis pekan lalu menunjukkan bahwa ekonomi negara sakura tersebut telah menyusut 1,2 persen pada triwulan II dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Realisasi tersebut di bawah proyeksi awal 1,6 persen, bahkan pasar memperkirakan kontraksi yang terjadi bisa mencapai 1,8 persen. 
Halaman Selanjutnya