Pemerintah Jangan Terlena Meski Pertumbuhan Tinggi

Pengerjaan Proyek Jalan Tol Becakayu
Sumber :
  • VIVA.co.id/Anhar Rizki Affandi
VIVA.co.id
Sofjan Wanandi: Demo Tak Pengaruh Iklim Investasi
-  Sejumlah lembaga internasional memproyeksikan pertumbuhan ekonomi nasional pada tahun ini mengalami perbaikan dibandingkan tahun lalu. Namun, pemerintah diminta tetap memperhatikan faktor-faktor yang berpotensi menahan laju pertumbuhan.

Rupiah Melemah, Tertekan Gejolak Ekonomi Global
Ekonom PT Bank Permata Josua Pardede mengakui, target pertumbuhan yang dipatok dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2016 jauh lebih realistis dibandingkan tahun lalu. Tetapi, ada beberapa hal yang tetap harus diperhatikan.

Bursa Asia Pasifik Tertekan Dinamika Pilpres AS
Pertama, adalah menjaga defisit anggaran di bawah ketentuan batas maksimal terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar tiga persen, sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. 

Catatan VIVA.co.id, defisit anggaran pada tahun lalu justru melebar menjadi Rp318,5 triliun atau 2,8 persen dari target yang ditetapkan dalam APBN Perubahan sebesar Rp222,5 triliun atau 1,9 persen dari PDB. Berkaca dari realisasi tersebut, pemerintah pada tahun ini diminta untuk lebih cermat.

"Concern IMF (Dana Moneter Internasional) itu bagaimana memanage defisit dan realistis menetapkan penerimaan pajak. Jika defisit melebar, kita akan kembali menerbitkan obligasi, atau menambah utang," ujar Josua saat berbincang dengan VIVA.co.id, Rabu, 16 Maret 2016.

Kedua, adalah masih adanya tantangan eksternal yang berpotensi menghambat laju pertumbuhan. Menurut Josua, perlambatan ekonomi Tiongkok, gejolak yang terjadi di negeri Paman Sam Amerika Serikat, sampai dengan terfluktuasinya harga komoditas harus tetap dicermati.

Intinya, bagaimana pemerintah menangkal sentimen negatif dari perekonomian global, dengan cara menggeliatkan ekonomi dalam negeri. Sinergi antara pemerintah maupun otoritas keuangan dalam negeri diharapkan mampu mengeluarkan kebijakan ampuh untuk menangkal sentimen tersebut.

"Apakah kita masih terus bergantung? Jawabannya iya. Ini tantangan. Bagaimana pemerintah meningkatkan investasi, serta menjaga inflasi tetap terjaga," tegas dia.
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya