Peringkat BUMN Konstruksi Adhi Karya Turun

Adhi Karya
Sumber :
  • VIVAnews/Muhamad Solihin

VIVA.co.id – PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) menurunkan peringkat emiten pelat merah PT Adhi Karya Tbk (ADHI) menjadi idA-, dari idA untuk perusahaan dan obligasi berkelanjutan tahap I 2012 dan tahap II 2013.

Singapura Tak Lagi Surga Belanja, Investor Lirik Indonesia

Selain itu, untuk Sukuk Mudharabah Berkelanjutan tahap I 2012 dan tahap II 2013 juga turun menjadi idA-, dari sebelumnya idA.

Analis Pefindo Haryo Konconegoro menyebut, penurunan peringkat ini didorong oleh pelemahan dari struktur permodalan dan rasio perlindungan arus kas perusahaan, sebagai akibat dari tekanan berkelanjutan atas margin profitabilitas perusahaan, karena kondisi yang penuh tantangan pada divisi engineering, procurement, and construction (EPC).

Sarang Laba-laba Pangkas Biaya Renovasi Bangunan

"Hal itu menyebabkan rasio utang terhadap EBITDA (disetahunkan) melebihi level 3,5 kali dan rasio Funds from Operations terhadap utang (disetahunkan) secara konsisten di bawah 15 persen jasa enam triwulan terakhir. Hal itu salah satu kondisi yang kami nyatakan dapat memicu penurunan tingkat perusahaan pada saat pemantauan tahun lalu," kata Haryo di kantornya, Selasa 19 April 2016

Sementara itu, outlook untuk peringkat perusahaan direvisi menjadi stabil dari sebelumnya negatif, lantaran penurunan peringkat telah memperhitungkan ekspektasi, bahwa struktur permodalan dan proteksi arus kas perusahaan tidak akan berbeda secara signifikan dibanding posisi terakhir, untuk jangka pendek dan menengah. "Peringkat berkaki sejak 11 April 2016 hingga 1 April 20117," ujarnya.

Peringkat Investasi RI Layak Naik, BI Paparkan Alasannya

Menurut Haryo, peringkat tersebut mencerminkan posisi perusahaan yang kuat di industri konstruksi domestik, keuntungan sebagai perusahaan konstruksi negara, dan potensi perbaikan margin profitabilitas pada jangka menengah.

Namun, peringkat tersebut dibatasi oleh tingkat keuangan perusahaan yang tinggi dan rasio arus kas yang lemah, risiko yang berkaitan dengan bisnis EPC dan bisnis baru, serta lingkungan bisnis yang cukup fluktuatif pada industri konstruksi properti. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya