Mengenal Arsitektur Rumah Bali yang Mendunia

Arsitektur Bali
Sumber :
  • Dokumentasi Flickr

VIVA.co.id – Sudah tak diragukan lagi bahwa sejak 10 tahun silam, arsitektur rumah Bali sangat digemari, bahkan oleh masyarakat mancanegara. 

Yuk Pelajari Berbagai Jenis Keramik dan Cara Perawatannya

Bukan tanpa alasan, kepopuleran tempat wisata di Bali, memang turut mendongkrak budaya di sana, termasuk rumah tradisionalnya yang dianggap eksotis oleh turis asing.

Bahkan, arsitektur gaya Bali, juga bisa tampil apik, ketika dipadupadankan dengan gaya modern. Malah, rumah dengan perpaduan dua konsep tersebut bisa tampil apik, layaknya resort mewah yang membuat para penghuninya beristirahat dengan nyaman, seperti sedang berlibur.

Posisi Ideal Tempat Tidur Berdasarkan Feng Shui

Kendati kepopuleran rumah Bali sudah tak diragukan lagi, namun masih ada pihak yang belum mengetahui bagaimana arsitektur Bali ini dibuat, seperti apa konstruksinya, serta bagaimana cara pengerjaannya. 

Agar tak penasaran, seperti dilansir Rumahku.com, Nyoman Gde Suardana, seorang arsitek yang juga tergabung dalam Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Bali, mencoba berbagi beberapa hal menarik tentang pesona rumah Bali.

Trik Jitu Pilih Bank untuk KPR

1. Ritual tradisional

Sama seperti budaya lokal lainnya, pembangunan rumah Bali tradisional juga membutuhkan beberapa ritual khusus. 

Bahkan, proses pengukurannya pun berbeda. Ya, jika masyarakat modern mengukur panjang, lebar, serta tinggi bangunan dengan menggunakan meteran, arsitektur Bali tradisional dibangun dengan metode pengukuran jari dan tangan.

Beberapa proses pengukuran tersebut adalah:

- Agu’ (sebuku jari), dua nyari (dua jari), dan petang nyari (empat jari)
- Agemel (selubang bulatan tangan yang dibentuk dari mempertemukan ujung jari telunjuk dengan ujung ibu jari)
- Alek (sepanjang jari tengah) dan akacing (sepanjang jari telunjuk)
- Astapak batis ngandang (sepanjang lima jari-jari kaki) dan astapak batis (sepanjang telapak kaki, yakni dari ujung tumit hingga ujung ibu jari)
- Sedemak (segenggaman tangan atau sekepalan tangan) dan tampak lima (sepanjang satu tangan dengan lima jari terbuka)
- Acengkang (sejengkal, dari ujung jari telunjuk hingga ujung ibu jari yang direntangkan)
- Musti (seukuran tangan mengepal dengan ibu jari yang menghadap ke atas),
- Hasta atau asta (ukuran sejengkal jarak tangan manusia dewasa dari pergelangan tengah tangan sampai ujung jari tengah yang terbuka)
- Depa (ukuran yang dipakai antara dua bentang tangan yang direntangkan dari kiri ke kanan).

Karena itu, Nyoman tak menampik bahwa ukuran rumah Bali tradisional banyak yang sesuai dengan karakter si pemilik. 

Misalnya, jika badan orang tersebut kecil, maka ukuran rumahnya pun kecil, karena jari dan tangan setiap orang berbeda–beda.

2. Rumah Bali modern

Maraknya pembangunan di Bali, membuat lahan di kawasan semakin sedikit. Padahal, rumah tradisional identik dengan luas tanahnya yang terbilang cukup besar. 

Untuk itu, ada beberapa penyesuaian terkait masalah tersebut, mulai dari ukuran, denah tata letak, serta penggunaan material.

Namun, idealnya rumah Bali tak boleh lepas dari konsep tri mandala, yakni pemecahan bangunan yang terdiri dari tiga bagian. Antara lain:

- Utama, atap bangunan yang dianggap suci oleh masyarakat Bali 
- Madya, bagian tengah bangunan (dinding, jendela, dan pintu)
- Nista, alas atau susunan terbawah dari sebuah bangunan. 
Termasuk pondasi rumah yang jadi penyangga bangunan. Sedangkan jika dilihat dari sisi materialnya, rumah Bali banyak didominasi oleh bahan–bahan yang terbuat dari alam. 

Selain itu, rasa khas arsitektur rumah Bali lebih ketara, saat pemilik dapat memilih warna, tekstur, serta bentuk yang tepat.

Dalam pemilihan warna, rumah Bali identik dengan warna–warna kuning tua, krem, oranye, atau cokelat. 

Warna–warna natural tersebut sangat selaras dengan nuansa alam, sehingga wajar saja bila konsep rumah Bali membuat penghuninya merasa sangat nyaman.

Untuk tekstur, bentuk batu alam, unsur kayu, serta patung–patungan kerap menghiasi arsitektur rumah Bali yang elok. 

Sementara itu, jika dilihat dari bentuknya, rumah bali tradisional tampil secara horizontal. Meski lahan untuk membangun ke samping sudah sulit untuk ditemukan, namun bentuknya harus disajikan dengan tepat sehingga nampak seperti menyamping. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya