Rendang Badaceh Raup Omzet Puluhan Juta Selama Ramadan

Aulia Gurdi pemiliki usaha Rendang Badaceh.
Sumber :

VIVA.co.id – Anda pasti tahu dengan rendang bukan? Sebuah masakan daging bercita rasa pedas, dengan menggunakan campuran dari berbagai bumbu dan rempah-rempah. Masakan asli asal Minangkabau, Sumatera Barat ini bahkan telah memiliki penggemar tersendiri, karena rasa yang menggugah lidah.

RESEP: Sajian Lebaran Istimewa, Bolu Gulung Krim Stroberi

Namun, siapa sangka rendang justru bisa menjadi bisnis kuliner yang membawa berkah Ramadan bagi Aulia Gurdi, seorang Ibu rumah tangga yang tinggal di kawasan Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Memulai bisnis sejak Maret 2016 lalu, Ramadan pada tahun ini diakui Aulia, membawa berkah tersendiri bagi keluarga.

Bagaimana tidak, bisnis rendang miliknya yang diberi nama 'Rendang Badaceh' mengalami peningkatan permintaan sejak bulan Ramadan berlangsung. Dalam seminggu terakhir, permintaan Rendang Badaceh sudah mencapai 65 kilogram, dengan harga jual per kilogramnya di kisaran Rp290-300 ribu.

Tips Membuat Kue Lebaran Anti Gagal

“Saya bukan pemain lama dan terhitung baru. Dengan total permintaan dalam seminggu terakhir, mungkin (omzet) puluhan juta,” ujar Aulia, saat berbincang dengan VIVA.co.id, beberapa waktu yang lalu.

Lalu, apa itu Rendang Bandaceh? Bandaceh sendiri, diakui Aulia, merupakan ungkapan asli Padang, yang memiliki arti khusus dan mengundang banyak tanya. “Mungkin kalau bahasa gaulnya itu, ‘rendang yang pecah di mulut’. Memang sengaja diambil dari bahasa Padang, karena unik,” tutur dia.

RESEP: Kreasi Kue Lebaran Seru, Jam Filled Butter Cookies

Rendang miliknya pun tidak memiliki resep khusus yang berasal dari nenek moyang. Tapi bukan berarti, cita rasa dari Rendang Badaceh hilang begitu saja. Menurutnya, rasa rendang di setiap wilayah Sumatera Barat, sangat berbeda-beda, dan perlu di dalami lebih dalam.

Misalnya dia mencontohkan, rasa rendang di wilayah Paliaman, memiliki ciri khas dengan daging yang relatif basah. Berbeda dengan rasa rendang yang berasal dari wilayah Bukit Tinggi yang dagingnya justru sangat kering. Kedua contoh ini, akhirnya dijadikan bahan contoh untuk bisnis rendang miliknya.

“Banyak yang mengakui, seperti teman-teman, atau saudara-saudara itu rendang asal Paliaman itu punya rasa khas yang sangat berbeda. Akhirnya, kami pilih itu,” katanya.

Varian yang ditawarkan oleh Rendang Badaceh pun beragam rasa. Mulai dari rendang rasa ayam kampung, rendang rasa ati sapi, rendang rasa paru, sampai dengan rendang dengan varian rasa jengkol. Karena tidak memiliki resep khusus, pemilihan bahan makanan dengan kualitas premium pun menjadi sebuah keharusan.

“Paling penting itu bahan. Misalnya daging dengan kualitas premium, cabai juga tidak asal pilih karena bisa mempengaruhi cita rasa,” ujarnya.

Saat ini, Rendang Badaceh milik Ibu tiga orang anak ini hanya memasarkan kulinernya melalui laman Facebook, WhatsApp, sampai dengan Blackberry Messanger. Ditanya mengenai modal awal, Aulia mengaku hanya menyesuaikan modal dengan kebutuhan belanja sesuai dengan pesanan yang muncul. Cara ini pun dinilai tidak terlalu mengambil risiko.

Kualitas daging yang jauh lebih segar dengan made by order pun menjadi cara Aulia untuk memuaskan para konsumen Rendang Badaceh. “Kami hanya menyediakan yang fresh. Tidak ada daging lama, atau bumbu lama. Kami biasanya buka PO (pre order), setelah ada PO baru kami belanja. Jadi, berdasarkan request,” jelas dia.

Penasaran bagaimana Rendang Badaceh bisa meraup omzet puluhan juta hanya dengan memasarkan melalui akun Facebook?

Menurut dia, media sosial saat ini menjadi wadah yang sangat menggiurkan untuk memasarkan produk yang Anda miliki. Berawal dari mulut ke mulut antar kerabat, akhirnya Rendang Badaceh mulai dikenal tidak hanya di ruang lingkup keluarga, bahkan sudah menyebar ke seluruh Indonesia.

Aulia mengakui, pesanan Rendang Badaceh sudah mencapai daerah-daerah seperti Makassar, Banjarmasin, Bontang, Bali, Palu, bahkan sampai dengan negeri Kincir Angin, Belanda. “Waktu itu, ada teman saya pesan ingin dibawa ke Belanda, karena memang rendang itu awet berhari-hari. Saya memang memberi batasan bisa digunakan selama enam hari,” katanya.

Seperti kebanyakan pengusaha kuliner lainnnya, Aulia pun ikut mengeluhkan kenaikan harga daging yang saat ini merangkak naik di pasaran. Mau tidak mau, penyesuaian harga pun dilakukan untuk berbagai varian rasa. Tetapi, ada pengecualian bagi pelanggan yang selama ini mengonsumsi Rendang Badaceh.

“Sampai sekarang, memang saya belum kasih harga baru untuk Lebaran, karena memang ada kenaikan harga daging. Tetapi, saya memaklumi bagi pelanggan setia kami. Lagi pula, saya selalu percaya ketika kita menjual barang berkualitas, pangsa pasar premium itu akan selalu ada,” tuturnya. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya