Momentum Lebaran Jadi Patokan Pertumbuhan Industri Ritel

Berburu Diskon Lebaran
Sumber :
  • VIVAnews/Muhamad Solihin

VIVA.co.id – Menjelang Lebaran menjadi salah satu momen sejumlah pusat perbelanjaan mengadakan pesta diskon untuk menarik minat para pembeli.

Siap-siap, Serbu Pesta Diskon Dahsyat Cuma di Akhir Pekan Ini

Ketua Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia, Handaka Santosa, mengatakan, momentum ini sejatinya adalah tolok ukur untuk melihat peningkatan penjualan selama setahun. Khususnya di Indonesia yang mayoritas masyarakatnya Islam.

"Momen Lebaran sebenarnya menjadi acuan para peritel melihat peningkatan penjualan (selama setahun). Bukan libur sekolah, tahun baru atau pun Natal, karena Indonesia mayoritasnya Islam, jadi acuannya adalah perayaan Ramadan atau Lebaran," ungkap Handaka kepada VIVA.co.id pada Rabu, 29 Juni 2016.

Siap-siap, Festival Diskon 12.12 Bikin Ketagihan Belanja Online

Karena itu, menurut Handaka, momen ini dimanfaatkan maksimal oleh peritel untuk menarik pembeli, salah satu caranya dengan menawarkan diskon tinggi. 

Dia mengatakan, upaya tersebut dilakukan peritel dengan melihat peluang bahwa di saat menjelang Lebaran banyak orang yang memperbarui barang-barang.

Masih Sempat! Pesta Diskon 11.11 Banyak Promo Berlimpah, Cek Yuk!

"Yang jelas terlihat peningkatan penjualannya adalah pakaian, ya. Tapi, peningkatan juga terjadi di komoditas lainnya seperti perabotan rumah tangga, misalnya sofa," katanya.

Meski Ramadan ini penjualan barang sudah mulai meningkat dari bulan sebelumnya, dibanding tahun kemarin tidak ada perubahan.

"Rata saja. Flat. Tidak ada pertumbuhan. Ekonomi kita belum tumbuh," ucapnya.

Dia melanjutkan, strategi penjualan ini rata-rata akan berakhir Juli. Setelah itu, setiap pusat perbelanjaan dan peritel akan mengeluarkan strategi penjualan yang berbeda. Seperti mengeluarkan tema dengan ikon dalam film Disney yang terkenal.

Selain itu, peritel kini mulai memperhitungkan keberadaan e-commerce sebagai kompetitor. Perlahan-lahan mulai disiapkan inovasi baru untuk mengimbangi kelebihan e-commerce.

"Meski keberadaan e-commerce di Indonesia masih memberi pengaruh sekitar satu persen. Itu pun masih terpusat di kota-kota besar, seperti Jakarta, Surabaya, dan Bandung. Belum terasa pengaruhnya di kota-kota lainnya," tuturnya.

Dia menambahkan, ke depan, yang dapat dilakukan peritel untuk berkompetisi dengan e-commerce adalah dengan mengedepankan sektor pelayanan langsung yang berkualitas.

"Seperti untuk melakukan perawatan kuku, potong rambut kan enggak bisa dilakukan melalui e-commerce," tuturnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya