Kontraktor Lokal RI Incar Proyek Tender Tertutup di Tanzania

Proyek pembangunan Jembatan Soekarno
Sumber :
  • Raden Jihad Akbar / VIVA.co.id

VIVA.co.id – Ketua Komisi Nasional Hubungan Antar Lembaga Non-Pemerintah, Asosiasi Kontraktor Indonesia (AKI), Destiawan, mengatakan bahwa dalam upaya memperluas pasar jasa konstruksi ke Tanzania, pihaknya akan menyasar proyek-proyek infrastruktur yang tidak ditender bebas.

Siap-siap Tarif Tol Dalam Kota Resmi Naik Besok, Ini Rinciannya

Menurutnya, langkah tersebut dilakukan AKI karena para kompetitor besar, terutama para kontraktor yang berasal dari China, sebelumnya sudah terlebih dahulu berekspansi ke sana, dengan membawa modal yang sangat besar.

"Kontraktor China itu ke sana kebanyakan bawa modal besar. Makanya, sasaran kita cari pola kerja sama dengan kontraktor di sana. Jadi masuk proyek-proyek yang tidak ditender bebas," kata Destiawan di Kementerian PUPR, Jakarta Selatan, Senin 17 Oktober 2016.

Sri Mulyani Ungkap 'Kontraksi Dalam' Belanja Modal Januari 2022

Destiawan mengaku yakin jika para kontraktor Indonesia mampu bersaing dalam hal teknologi, dan pengalaman menggarap proyek-proyek infrastruktur berskala besar.

Hal ini menurutnya akan menjadi poin utama, guna menyaingi kompetitor lain yang modalnya secara kapital jauh lebih besar saat memasuki pasar jasa konstruksi di Tanzania.

Daftar 12 Ruas Jalan Tol Baru yang Diresmikan 2021

"Kontraktor di Indonesia tidak kalah unggul. Produk-produk precast (beton pra cetak) kita di Aljazair saja jadi primadona, apalagi teknologi girder (balok baja)," kata Destiawan.

Dirinya mengatakan, saat ini pihak AKI dan Association of Citizen Contractors Tanzania (ACCT) sudah melakukan upaya penjajakan, bagi proyek-proyek infrastruktur yang bisa digarap perusahaan-perusahaan kontraktor asal Indonesia di negara mereka tersebut.

Oleh karenanya, wacana untuk membangun pabrik di Tanzania guna menekan biaya ekspor pun sudah dicanangkan, sebagai langkah awal berekspansinya para pengusaha jasa konstruksi tanah air di salah satu negara di benua Afrika tersebut.

"Kalau kita bisa ke sana, kita akan bangun pabrik di sana, karena ekspor langsung kan mahal. Seperti Waskita, PP, atau Wika kan sudah punya pabrik mobile yang bisa dipindah-pindah," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya