Jokowi Ingin Kurs Rupiah Tak Lagi Mengacu Dolar AS

Presiden Jokowi saat membuka pameran waralaba di Jakarta, Jumat 25 November 2016.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari

VIVA.co.id – Presiden Joko Widodo menghadiri acara Sarasehan 100 ekonom Indonesia di hotel Fairmont pada hari ini, Selasa 6 Desember 2016. Dalam paparannya, Jokowi menyampaikan bahwa pengaruh pemilihan Presiden Amerika Serikat dirasakan oleh seluruh negara, bukan hanya Indonesia. 

Gubernur BI Proyeksikan Rupiah Baru Balik ke Rp 15.000-an pada Kuartal IV-2024

Jokowi menuturkan, ketika Donald Trump terpilih sebagai Presiden AS, praktis semua mata uang melemah, bukan hanya rupiah. Ia mengatakan, sebetulnya rupiah juga sedikit menguat dibandingkan dengan mata uang lainnya. 

"Trump terpilih sebagai Presiden AS, praktis semua mata uang melemah, bukan hanya rupiah. Tapi ini, menurut saya rupiah lebih stabil dibanding mata uang lainnya," kata Jokowi di Hotel Fairmont, Jakarta, Selasa 6 Desember 2016. 

Rupiah Mulai Perkasa Seiring Meredanya Konflik Israel-Iran

Mantan Wali Kota Solo ini menyampaikan, negara AS saat ini menerapkan kebijakan Amerika First, alias mementingkan perekonomiannya sendiri. 

"Kelihatannya, Trump akan menggunakan kebijakan reflationary, dan Amerika akan menguat," kata dia. 

Rupiah Melemah, OJK Kasih Tips Emak-emak Kelola Keuangan

Atas dasar itu, Jokowi menegaskan, dolar saat ini tak lagi mencerminkan fundamental perekonomian Indonesia. Dolar AS saat in,i justru mencerminkan kebijakan ekonomi Amerika yang berjalan sendiri. 

"Mestinya, kita bawa persepsi itu tidak lagi ke dolar," kata Jokowi. 

Apalagi, menurut Jokowi, angka ekspor Indonesia ke Amerika Serikat, hanya berkisar pada angka 10 hingga 11 persen dari total ekspor Indonesia ke luar negeri.

"Jadi, jangan sampai angka 10-11 persen ini menjadi mendominasi persepsi ekonomi, karena dolar dan rupiah tadi. Kalau ukur ekonomi Indonesia pakai dolar, nantinya, ya kita akan kelihatan jelek," kata Jokowi. 

Padahal, lanjut Jokowi, negara lain juga mengalami hal sama. Ekonomi Indonesia saat ini, sebetulnya berada dalam kondisi yang baik-baik saja. 

"Tetapi, ini sekali lagi, persepsi. Kalau kita masih bawa itu, bisa berbahaya. Sementara, kalau kita ukur ekonomi kita pakai euro, yuan, renminbi, Korean won, poundsterling akan berbeda. Mungkin, akan kelihatan jauh lebih bagus," kata dia. 

Jokowi menegaskan, kurs rupiah seharusnya diukur kepada mata uang yang lebih relevan. Seperti kepada mitra dagang Indonesia antara lain adalah Tiongkok dan Jepang. 

"Tetapi, kita selalu bertahun-tahun, selalu melihat dolar dan rupiah. Menurut saya, kurs rupiah dan dolar bukan lagi tolak ukur yang tepat," katanya. 

Dia menjabarkan, saat ini, kerja sama dagang antara Tiongkok mencapai 15,5 persen dari total perdagangan internasional RI. Sedangkan Eropa, 11,4 persen dan Jepang 10,7 persen. 

"Kan, harusnya kurs yang relevan adalah kurs rupiah melawan mitra dagang terbesar kita. Kalau Tiongkok terbesar, ya harusnya rupiah-renminbi. Kalau Jepang, ya kursnya kurs rupiah yen. ini penting untuk edukasi publik, untuk tidak hanya memantau kurs pada dolar AS semata. Tapi yang lebih komprehensif," tutur Jokowi. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya