Tak Mudah Hilangkan Ikatan Dolar AS dari Rupiah

Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution di rumah dinasnya.
Sumber :
  • VIVA.co.id/shintaloka Pradita Sicca

VIVA.co.id – Presiden Joko Widodo meminta kepada masyarakat maupun para pelaku usaha untuk tidak menjadikan dolar Amerika Serikat, sebagai tolok ukur kondisi fundamental ekonomi dalam negeri. Keinginan tersebut muncul, karena gejolak mata uang negeri Paman Sam berdampak negatif pada rupiah, sehingga nilainya jauh dari fundamentalnya.  

Rupiah Mulai Perkasa Seiring Meredanya Konflik Israel-Iran

Meski begitu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution memandang, melepaskan mata uang dolar AS dalam perdagangan bilateral antarnegara bukanlah hal mudah. Apalagi, dolar AS masih menjadi referensi utama mata uang setiap negara.

"Itu tidak mudah, karena harus ada persiapan khusus antarsatu negara dengan yang lain. Tidak semudah itu," ujar Darmin, saat ditemui di Hotel Fairmount, Jakarta, Selasa 6 Desember 2016.

Rupiah Melemah, OJK Kasih Tips Emak-emak Kelola Keuangan

Karena itu, Indonesia secara perlahan mulai mengurangi penggunaan mata uang dolar AS dalam transaksi perdagangan. Di antaranya, adalah melakukan perjanjian khusus dengan pemerintah China, untuk meningkatkan perdagangan antarkedua negara dengan menggunakan  mata uang renmimbi. (asp)

Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo

Gubernur BI Proyeksikan Rupiah Baru Balik ke Rp 15.000-an pada Kuartal IV-2024

Bank Indonesia (BI) memproyeksikan, nilai tukar rupiah akan terus ada di level Rp 16.000 per dolar AS hingga kuartal III-2024.

img_title
VIVA.co.id
24 April 2024